Bab 11

269K 5.8K 137
                                    

“Damn..!!” umpat Wilson di bawah guyuran shower. Dia mengingat kembali kejadian di apartemen Livia tadi sore, masih teringat jelas lembutnya bibir cewek itu dan rasa ciuman mereka tadi. Sial, hanya dengan mengingat ciuman tadi, Wilson sudah mengeras lagi dan diapun menambah volume guyuran showernya. Selesai mandi dan menenangkan pikirannya, Wilson memandangi dirinya di cermin yang ada di kamar mandinya. Satu kata untuk menggambarkan pantulan dirinya dalam cermin yaitu, jelek. Ya, guratan-guratan kasar di sekitar pipi bekas jerawatnya semasa puber ditambah bentuk wajah yang tidak proposional dan matanya yang sipit, membuatnya tidak akan pernah dilirik oleh wanita manapun apabila dia bukan bernama Wilson Xian.

Wilson mengenakan T-Shirt santai warna putih dan celana training abu-abunya, dia melangkah santai ke ruang kerjanya. Sempat terlintas wajah Livia sekali lagi dalam pikirannya, raut wajah kecewa terpancar saat Wilson menghentikan ciuman mereka, tiba-tiba muncul rasa bersalah dalam benak Wilson. Benteng pemikirannya membuatnya menjauh dari Livia saat itu, dirinya masih tidak bisa mempercayai wanita manapun di dunia ini. Tapi sepertinya Livia berbeda, Wilson bisa merasakannya dari awal pertemuan mereka dan dari ciuman tadi sore. Dari dasar hatinya, jujur dia mengakui bahwa dia menginginkan Livia, tapi di satu sisi dia takut bagaimana jika Livia sama seperti wanita lain yang hanya menginginkan hartanya.

“Aku tidak boleh menjalin hubungan apapun dengannya.” Gumam Wilson. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa inilah keputusan yang paling tepat untuknya saat ini, dia harus bisa menjauhi Livia. Wilson membuka laptopnya dan mulai mengecek email masuknya satu persatu. God, baru saja dia mempunyai tekat, kini tekat itu rupanya harus diuji. Tertera di email tersebut bahwa minggu depan akan ada pertemuan dengan Billy & Co Foto Production beserta pimpinan Query Web & Software Development, yang tak lain tak bukan, si cantik Livia. Jadwal tersebut merupakan jadwal meeting sekaligus jadwal pemotretan untuk setiap ruangan Luxury of Life yang akan dipajang untuk iklan dan websitenya. Yang berarti minggu depan dia akan bertemu dengan Livia lagi, dan dia tak tahu bagaimana dia harus menghadapi cewek itu setelah kejadian tadi sore.

--

Luxury of Life merupakan apartemen dengan konsep yang diperuntukkan bagi mereka yang berekonomi menengah ke atas. Semua fasilitas yang disediakan berkualitas tinggi, belum lagi semua furniture pengisi ruangan yang didesain modern-glamour menambah kesan mewah apartemen tersebut.  Billy sang fotografer bersama krunya sedang menyiapkan set dan mereka memulai sesi pemotretan outdoor untuk memanfaatkan cahaya matahari pagi itu. Livia dan bagian advertising berdiskusi bersama Billy untuk pengambilan spot mana yang bagus untuk diambil dan bisa menarik untuk dijadikan iklan. Sementara itu, Wilson hanya berdiri dan mengamati mereka dari kejauhan. Selain dia tidak menyukai keramaian banyak orang, dia juga masih belum siap untuk bertemu Livia secara langsung.

Tidak perlu dilihat berkali-kali, cukup sekali melihat saja, Wilson sudah menyadari bahwa Livia memang cantik apalagi hari itu Livia mengenakan terusan pendek simple berwarna ungu pastel dan dipadukan dengan cardigan putih berbahan rajut menambah kesan anggun cewek itu. Kaki Livia yang putih dan ramping itu terus-terusan membuat Wilson tak bisa melepaskan pandangannya dari Livia. Andai saja dirinya tampan, mungkin dia punya keberanian untuk mendekati Livia dan pasti keadaannya jauh berbeda.

“Mr Wilson, pemotretan untuk outdoor sudah selesai dan kini para kru sedang beristirahat untuk makan siang. Pemotretan untuk ruang indoor akan dimulai pukul dua siang nanti.” Ujar salah satu staff Wilson memberi laporan kepadanya. Wilson pun mengangguk dan beranjak pergi dari tempat itu. Lebih baik hari ini dia tidak bertemu Livia dan lebih baik dia pergi secepatnya sebelum Livia menyadari kehadirannya di sini.

--

Sore menjelang malam, pemotretan sudah berjalan dan masuk ke sesi terakhir yaitu pemotretan view malam hari pada room apartemen. Wilson mendatangi set tersebut saat dia menyelesaikan meetingnya yang lain, tapi sepertinya pemotretan telah berakhir. Dilihatnya semua kru sedang mengemasi peralatan pemotretan,  Wilson melihat ke sekliling tapi dia tak menemukan sosok Livia di set. “Mungkin Livia sudah pulang,” batinnya. Wilson pun lalu menemui Billy dan berbincang sebentar dengan fotografer handal yang namanya sudah mendunia itu.

Tempting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang