Seorang pria duduk di kursi kerjanya sambil sedikit menyeringai licik. Ia memutar pena di tangannya. Menuliskan beberapa tanda tangan di kontrak yang akan mengirimkannya kepada para investor asing yang sebentar lagi akan ia akali. Saat pria itu memikirkan rencana liciknya, seseorang mengetuk pintu ruangan pribadinya.
"Masuklah."
Seorang wanita masuk, lengkap dengan pakaian serba hitam putih, menandakan kalau ia adalah seorang pelayan. Ia membungkuk di ambang pintu. Tubuhnya sedikit gemetar karena merasa ngeri dengan majikannya sendiri.
"Maaf mengganggu, Tuan. Tapi Nona tidak mau makan. Ini sudah hari kedua."
"Apa?! Paksa dia. Jika masih tidak mau, kurung dia di kamar paling atas. Aku tidak mau kalau dia mati. Anak itu harus diberi pelajaran."
"Maaf kalau saya ikut campur. Tapi, apa tindakan anda ini tidak berlebihan?" Ucap pelayan itu sambil menunduk.
Pria itu bangkit berdiri dan menghampiri pelayannya itu. Ia mencengkeram rahang pelayan itu.
"Siapa kau berhak mencampuri urusanku. Tugasmu hanya mengurus rumah ini. Kau tidak berhak ikut campur, apalagi menceramahiku. Lebih baik kau ceramahi gadis bodoh itu agar menurut. Sekarang keluar dari ruanganku!"
Dengan segera, pelayan itu keluar dari ruangan tuannya.
Pria itu kehabisan kesabarannya. Berani- beraninya pelayan itu mengguruinya. Dasar pelayan zaman sekarang sudah mulai berani menginjak-injak kepala tuannya.
***
Hari pun telah berganti. Masalah baru pun siap menanti setiap umat di bumi. Entah itu masalah yang baru, juga masalah yang dibawa oleh masa lalu.
Pagi ini, pemandangan Sehun memakan sarapannya dengan melamun merupakan sebuah rutinitas. Di meja panjang itu, hanya ia seorang yang mendudukinya. Pelayan lewat namun mereka tidak berhak untuk duduk di meja makan majikan mereka. Para pelayan hanya menungguinya, tepatnya menunggu membereskan piring bekas majikannya makan.
Jika dipikir- pikir, Sehun memang kesepian. Orang- orang yang disayanginya telah tiada. Ia memang kurang kasih sayang. Ia hanya menerima kasih sayang dari para pelayan yang mengurusnya dengan porsi yang sewajarnya. Tidak lebih. Ia tidak memiliki orang untuk bersandar.
"Aku selesai."
Sehun bangkit berdiri karena memang ritual sarapannya sudah berakhir, saatnya ia pergi kekantor. Ada rapat yang harus ia datangi.
Sehun membuang muka selama rapat antar CEO. Omongan manis yang berisi bualan semata hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi mereka, membuat telinga Sehun sakit.
Sebenarnya, Sehun bisa saja kehilangan seluruh mitra kerjanya. Bisa saja para pesohor kaya raya itu mencabut kontrak kerjasama, hanya gara-gara CEO Oh mengabaikan rapat. Sungguh hal itu akan memberikan kesempatan pada pria yang sejak tadi memperhatikan Sehun.
Taehyung juga ikut hadir dalam rapat itu. Statusnya sebagai salah satu kolega Sehun-lah alasannya. Tak henti-henti ia melirik tingkah laku Sehun. Hingga pada akhirnya terbit seringaian pias di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge of Oh Sehun
Fanfiction"Luka yang dibuat olehnya tidak akan bisa sembuh semudah membalikkan telapak tangan. Kau yang harus membayar luka itu." - Oh Sehun. Ketika dendam merubah hati nurani Oh Sehun.