01

97 11 10
                                    

-Seni-

Adalah sesuatu hal yang tak bisa luput dariku, Jilan. Dengan "seni" itu membuat bahagia. Seni yang aku suka adalah melukis maupun menggambar. Kenapa? Karena dapat mengisi kekosongan hatiku ini. Tak peduli soal pacar,cinta atau apapun yang berhubungan dengan itu. Dengan "seni" saja sudah kuanggap sebagai "pacar" yang sesungguhnya. Aku tak tahu lagi, apakah aku bisa memiliki seorang pacar atau tidak. Yang aku tahu aku bisa menjadikan "seni" sebagai pengisi hidupku ini. Strees dan masalah hilang karena "seni".

" seni" adalah hal yang terindah bagiku. "seni" juga dapat digunakan untuk meluapkan isi hatiku ini. Itulah manfaat seni yang sesungguhnya bagiku. Jadi "seni" adalah hal yang berharga bagiku.

-Jilan Fairuz-

***
Kring... kring....kring...

Bunyi alarm terdengar dari kamar yang dipenuhi lukisan dan gambar menarik. Di ranjangnya pun terdapat sebuah gambar yang tampaknya masih belum selesai. Itulah isi yang ada di dalam kamar, Jilan Fairuz.

"Wah, sudah pagi." Jilan mematikan alarm yang sudah berbunyi dari tadi. Ia segera beranjak dari kamar nya itu dan segera menuju kamar mandi. Tak lupa sebelum itu, ia membersihkan kamarnya terlebih dahulu.

Tak perlu lama lama untuk mandi. Setelah selesai mandi, Jilan ke kamar untuk memakai seragam sekolah. Seragam dengan tulisan "SMA PERSATUAN" tercetak di dasinya. Jilan nampak bersemangat untuk sekolah, mungkin ia ingin bertemu dengan teman temannya yang ia cintai.

"Jil, sarapannya sudah siap!" suara dari ruang makan memanggil Jilan untuk sarapan. Mamanya, Amanda rupanya sudah menyiapkan makanannya itu untuk anak satu satunya yang ia sayangi.

"Iya, mamaku sayang." setelah selesai memakai seragam, Jilan segera menuju ruang makan untuk sarapan.

Nasi goreng, mamanya membuat menu sarapan favorit anaknya itu. Menu itu memang sudah tiap hari ia hidangkan untuk Jilan waktu sarapan. Mereka berdua sudah setiap sarapan bersama. Papanya, Daniel sudah lama tidak pulang ke rumah karena pekerjaannya di luar negeri. Jadi, mau tidak mau mereka setiap sarapan hanya berdua saja.

"Ma, nasi goreng memang enak ya." Jilan mengunyahnya dengan lahap.

"Iya dong, itukan menu kesukaanmu." mamanya juga sarapan disebelah Jilan.

Usai sarapan, Jilan pamit pada mamanya untuk berangkat sekolah. Pak Nasir, sopir rumah Jilan kebetulan sudah menunggu di depan rumah untuk mengantar Jilan ke sekolah.

"Ma, Jilan berangkat dulu ya." Jilan sambil memasang sepatu.

"Iya, nak. Hati hati ya." kata Mama Jilan.

"Nyonya, neng Jilan saya antar dulu ya." kata Pak Nasir yang sudah ada dalam mobil.

"Iya, pak. Hati hati."

Jilan pun berangkat ke sekolah. Diperjalanan menuju sekolah, Jilan mengeluarkan buku gambar dari tasnya. Ia tak lupa menggambar di waktu luang, itu sudah jadi hobinya.

Pak Nasir hanya tersenyum melihat gambaran Jilan. Dia tahu kalo Jilan sangat bagus jika menggambar, jadi sudah tak heran lagi bagi Pak Nasir.

Sampailah juga di sekolah. Jilan turun dari mobil dan berpamitan dengan Pak Nasir. Lalu, Jilan berjalan masuk sekolah sambil memegang buku gambarnya.

Love In ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang