CHAPTER 00
Jakarta,
The Aurora Night Club
Suara musik dan sebagian orang bernyanyi masih terus terdengar di dalam ruangan kedap suara yang cukup luas tersebut. Suasana Aurora malam minggu itu terbilang cukup ramai, bagaimana tidak? The Aurora merupakan salah satu tempat hiburan malam yang terkenal di ibu kota Jakarta, semua orang harus mengantri untuk mendapatkan meja disini, ataupun hanya sekedar masuk dan menikmati seteguk dua teguk minuman yang membakar tenggorokan itu di meja bar kecuali untuk orang yang telah melakukan reservasi berhari-hari sebelumnya dan tentunya kecuali untuk keenam laki-laki yang sedang menikmati minumannya ruangan lantai 2 yang ada di tempat hiburan malam itu. Ruangan VIP itu merupakan pembatas antara mereka dan kebisingan yang ada di satu lantai dibawahnya, dengan bar yang memiliki penyimpanan koleksi minuman alkohol tersendiri, musik tersendiri, sofa-sofa empuk yang nyaman dan juga pelayanan ekstra jika diinginkan. Keenam laki-laki tersebut sibuk berbincang sambil tertawa mendengar cerita satu sama lainnya.
"Oi, Troy lo jadi bawa berkas-berkasnya?" tanya salah seorang diantaranya setelah meneguk menumannya dan mencium dahi wanita yang ada disebelahnya, yang bahkan ia sendiri tidak mengingat namanya siapa.
"Bawalah, gila ya lo gak ada kerjaan banget nyuruh gue di tengah tugas kuliah gue" balas Troy sambil memutar bola matanya kesal mendengar kalimat yang keluar dari salah satu mulut sahabatnya ini, Arkan, Gimana tidak? di saat Troy sedang melakukan kegiatan yang menyenangkan dan itu terganggu akibat telfon Arkan yang gak ada berentinya. Mengingatnya saja sudah membuat Troy males mendengarnya.
"Tugas kuliah apa tugas kewajiban yang lain hah?" celetuk cowok yang sedang memutar minuman di tangannya sambil tersenyum tipis melihat kalimatnya tepat mengenai sasaran kearah sahabatnya ini.
"Bawel lo meong" hardik Troy kesal mendengar celetukan Romeo. Mendengar itu mata Romeo menyipit mendengar nama panggilan yang kadang digunakan teman-temannya jika ingin menjahilinya. "Gausah panggil gue gitu, tai" balasnya ketus.
"Hm, Kewajiban yang dilakukan barengan sama Eva ya?" ucap laki-laki yang duduk tepat di seberang Troy yang langsung membuat mereka semua tertawa keras dan sukses membuat muka Troy menjadi merah padam mendengarnya.
"BAGAS LO EMANG ANJING YA" geramnya kesal dan malu mendengar celetukan sederhana yang keluar dari sahabatnya yang satu itu. Mendengar itu Bagas hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Sesama anjing gaboleh saling memaki Troy" ucapnya singkat ditengah tawanya. Malam semakin larut dan obrolan mereka terus berlanjut mulai dari dunia kuliah mereka hingga dunia bisnis yang mereka jalani hingga topik penting tadi mulai terlupakan hingga akhirnya, laki-laki yang memiliki postur paling tinggi di antara mereka membanting gelasnya ke arah meja, tidak cukup keras untuk memecahkan gelas dan meja kaca yang ada disana namun, cukup keras untuk menarik perhatian mereka semua.
"Kenapa Dit? Mulai gak sadar ya lo" celetuk Bagas melihat kelakuan Adit yang cukup membuat mereka semua kaget.
"Apaan sih Gas, gue masih sadar tai" jawabnya dengan nada yang aneh dan pandangan yang mulai tidak fokus menandakan minuman guilty pleasure itu mulai memasuki saraf kesadarannya, juga beberapa sahabat-sahabatnya.
"Yaelah dasar, Mr.Obvious mabok" gumam laki-laki yang duduk tepat disamping Bagas memutar matanya kesal melihat kelakukan Adit.
"Bawel lu Raf, diem aja" pekik Adit sambil menggerakan tangannya sekadang mengusir Rafa, melihat itu ia hanya menggumam pelan Adit dan alkohol is a fucking disaster dan Bagas yang mendengarkan hanya tertawa mengdengar pernyataan yang 100% kebenarannya itu.
"Udah woy, udah tau si Adit kalo udah kena, udah gak ada yang bisa berentiin" ucap Troy sambil menggelengkan kepalanya yang mulai berputar itu untuk menghilangkan rasa pusing yang dirasakannya. "Kenapa Dit, lo kayak gitu?" tanya Arkan setengah penasaran dengan sikap Adit namun, setengah tidak berharap juga Adit menjawab pertanyaannya. Bertanya sama orang yang mabok itu udah gak jelas lagi jawabannya jadi Arkan tidak begitu berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
C O L L I D E
RomanceCollide. verb (used without object), col - lid - ed, col - lid - ing. Sudah 12 tahun lamanya Ana selalu berusaha keras, dibalik bola mata coklat besar yang menunjukan kesan yang lugu itu terdapat refleksi sosok yang jauh dari kata itu, ia adalah s...