CHAPTER 03
"No matter the situation, never let your emootion overpower your intellegence"
Hamington University
Empat hari telah berlalu semenjak terakhir kalinya Reza berbicara dengannya di taman kesukaan mereka. Sudah empat hari lamanya Ana kembali ke dalam rutinitasnya sehari-harinya yang selalu sibuk. Ana menghela nafas pelan ketika akhirnya satu pelajaran mata kuliah selesai ia ikuti, dengan seluruh anak-anak murid yang berada di kelas itu yang mulai membereskan buku dan alat tulisnya Ana memandang kearah sekelilingnya melihat satu per satu murid berjalan meninggalkan ruangan kelas dengan penuh canda dan obrolan satu dan lainnya. Ia adalah orang yang selalu paling terakhir dalam meninggalkan kelas. Sendirian. Namun, kadang itu hal yang Ana butuhkan. Ia yang ia pikir. Berinteraksi dengan orang lain sama dengan membuat hubungan dengan orang lain yang dapat berakhir dengan terikatnya dirinya dengan orang lain. Ana tidak bisa membiarkan itu terjadi. Tidak setelah apa yang selama ini ia alami. Ia tidak bisa memberikan orang lain kontrol terhadap dirinya sepenuhnya karena ia tahu, apa yang orang itu bisa lakukan terhadap dirinya. Beberapa saat duduk dan menikmati keheningan di kelas yang telah kosong untuk beberapa waktu akhirnya Ana memutuskan untuk bangkit dari posisi duduknya dan berjalan keluar kelas. Suasana ramai menyambut Ana, dengan langkah gontai Ana melangkah kearah kanan menuju cafetaria yang berada tidak jauh dari posisi kelasnya sekarang.
Sebuah tangan tiba-tiba menarik badannya menuju koridor yang terlihat cukup sepi membuat Ana memberontak dengan keras.
"Diem, udah ikut aja" suara cowok yang asing di telinganya membuatnya semakin memberontak, rasa panik mulai menjalari tubuhnya membuatnya semakin keras memberontak dan berteriak hingga sebuah tangan menutup mulutnya dan menahan kedua tangannya dengan keras. Mampus gue mampus, ini ada apaan lagi coba panik Ana dalam hati dengan setengah mati menggerakkan kakinya berusaha untuk melepaskan diri dari tangan laki-laki asing yang tiba-tiba menariknya. Tenang Na, kalo lo panik semakin gabisa mikir ucapnya dalam hati berusaha menenangkan dirinya. Dengan keadaan panik diperhatikannya keadaan sekitarnya, ruangan lab akuntansi, lab desain interior, dan badannya yang tergolong mungil itu terus di tarik melewati ruangan lab tersebut membuat jantungnya semakin berdetak dengan cepat. Tiba-tiba badannya di dorong menuju ruangan yang berada tepat di samping tangga, rasa sakit langsung menjalar di tangan dan kakinya membuatnya mengutuk kebodohannya yang membuat dirinya terjebak dalam situasi saat ini. Ia bahkan tidak mengetahui dimana dirinya sekarang, bagaimana ia bisa tau? Hamington University tergolong universitas terbesar dan terbaik di Indonesia yang punya bagunan segede istana dan sekarang Ana berada di gedung yang bahkan ia tidak pernah injek sama sekali. Ketidakberdayaan yang seperti ini yang semakin membuat Ana kesal dibuatnya.
"LEPASIN GUE!" teriak Ana keras sambil menepis tangan yang berusaha menahan tubuhnya agar tidak kabur.
PLAK!
Sebuah tamparan keras membuat semuanya mendadak berhenti bergerak. Mendadak pipinya terasa panas, kepalanya berdenyut keras membuat rasa pusing semakin tidak tertahankan, untuk beberapa saat Ana merasa pandangannya mengabur.
"EH JABLAY BISA DIEM GAK LO" teriak sebuah suara cempreng yang membuat pandangan Ana terfokus pada sosok buram dihadapannya yang perlahan-lahan menjadi jelas. Mira. Mendadak semuanya menjadi jelas bagai benang yang tadinya kusut kembali menjadi lurus. Pandangan Ana bergerak menuju sosok yang berada di belakangnya. Jason. Yep, typical. Kenapa gue gabisa nebak ini sama sekali gumam Ana pelan. Dengan perlahan ia bangun dari posisi duduknya dan memandang tajam kearah mata Mira yang membuatnya tersentak sesaat sebelum akhirnya menatap tajam balik kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
C O L L I D E
RomanceCollide. verb (used without object), col - lid - ed, col - lid - ing. Sudah 12 tahun lamanya Ana selalu berusaha keras, dibalik bola mata coklat besar yang menunjukan kesan yang lugu itu terdapat refleksi sosok yang jauh dari kata itu, ia adalah s...