My friends asked the reason why I love that girl.
'Girl' here means the one named Biru.
Jadi, seingat gue (dan ingatan gue lumayan tajam), berawal dari akhir kelas 10. Waktu itu, kelas kami bersebelahan dan ditunjuk sebagai satu tim untuk proyek pementasan drama akhir tahun. Biru sebagai sutradara. Sementara, setelah melewati casting sederhana, gue didapuk untuk menjadi teman pemeran utama.
Namanya Biru Andrana Shares. X IPS 1. Gue juga baru kenal dia dari kegiatan pementasan ini. Mungkin gue pernah lihat atau berpapasan di kantin atau di musola, atau di gedung olahraga indoor. But I've never been in a conversation with her. Mungkin karena memang nggak ada keperluan even just say hi.
Beside it, I realized, dia kelihatan a bit introvert terhadap orang yang nggak sering bertemu, berdasarkan pengamatan gue selama proyek. Ke teman-teman sekelasnya sih, dia biasa aja. Ngobrol, ketawa-ketiwi, jajan rombongan--she's just like the other girls. Dan waktu harus serius membahas drama, Biru benar-benar profesional. Banyak omong sih enggak. Tapi juga nggak diam melulu. Dia mengarahkan secara singkat, tapi yang diarahkan langsung ngerti apa yang harus dilakukan.
Gue dan dia sempat terlibat obrolan pendek sesekali ketika berlatih atau membuat properti drama. Gue memang merasa dia agak nggak kebiasa ngobrol dengan orang yang nggak dekat, tapi gue bisa menangkap dia nggak merasa risih atau nggak nyaman waktu ngobrol bareng gue. Alhamdulillah, meskipun secuil gitu, namanya tetap kemajuan ya kan.
Intinya, she can be a little introvert and yet friendly. And also, a professional sometimes.
And actually, honestly, I didn't even understand why I kept my eyes on her since we started this project. I mean, man, she's kinda attractive.
Kalau mau bilang gue lebay atau love is blind or you name it, whatever. Gue kan cuma memberi tahu.
Tentang pementasannya, waktu itu lancar. Sempurna. Kami merayakan hasil kerja keras dengan pesan piza dan makan di gedung olahraga indoor. Biru diberi ucapan selamat karena sukses jadi sutradara kelas gabungan kami. Dia senyum, manis, dan bilang semuanya didukung para pemeran dan teman-teman di balik layar.
She's, also, a warm-hearted girl.
She seems like a low profile too.
●●●
Acara akhir tahun waktu itu selesai saat hari sudah gelap. Jam 7 malam. Menjelang akhir acara, kami berkumpul di kelas IPS 1. Semua sudah rapi, bersiap pulang. Beberapa teman janjian pulang bersama, nebeng karena nggak ada yang jemput.
Gue menghampiri Biru waktu itu. Bukan pertama kalinya karena sudah beberapa kali gue yang datang ke dia untuk membicarakan hal tentang drama. Tapi kali ini gue sedikit berdebar, nggak tahu kenapa.
Dan juga, nggak tahu kesambet apa dari mana, seperti otomatis, waktu itu gue tanya, "Bi, lo pulang sama siapa?" Sedetik kemudian gue malu karena tiba-tiba bertanya begitu.
"Nggak ada, Sha," katanya setelah menengok. "Paling nanti naik ojek."
Dan gue menyambar, "Sama gue aja. Rumah lo di mana?" too fast. Makin malu aja gue.
Tapi, alhamdulillah, dia menanggapi dengan wajah yang biasa aja. Katanya, "Di Jalan Baru. Searah nggak tuh? Kalo nggak searah, nggak usah. Nanti gue cuma ngabis-ngabisin bensin."
Asik, searah man. Kalau kapan-kapan ngapel, nggak perlu buang bensin. Hehehe. "Oh, gue juga arah Jalan Baru kok, santai aja."
"Oke deh, Sha. A minute. I'll finish these stuffs first."
"Iya, calm. Gue tunggu di meja piket depan ya." Biru cuma mengangguk.
Gue keluar dengan muka kepalang riang. Seems like a toddler who gets a new toy from his father. Biru setuju gue antar dia pulang. One big step, kayaknya nih.
Nggak lama, Biru keluar. Gue nggak sadar. Dia yang menepuk pelan lengan gue dan ngomong, "Sha, gue udah selesai."
Gue buru-buru pasang muka biasa biar nggak dikira sinting karena senyam-senyum sendiri. "Oh, iya. Ayo Bi. Naik motor, nggak papa kan?"
"Nevermind. Biasanya juga gue naik ojek," sahutnya.
"Tapi jangan disamain ya, gue sama abang ojek." Dia cuma nyengir. "Nanti mampir di minimarket dulu ya Bi? Gue mau beli stok cemilan."
"Iya, Sha."
Gue pamit ke teman-teman yang masih betah di sekolah. Biru juga dadah-dadah dengan teman-teman perempuan sekelasnya.
"Rasha, temen gue jangan dibawa ke gang ya!"
"Anterin Biru sampe depan pintunya ya Sha!"
"Rasha, Biru-nya jangan diapa-apain!"
"Rasha, Biru-nya harus selamat loh, jangan lupa!"
Gue hanya mengangguk-angguk. Itu ocehan teman-teman Biru yang kayaknya girang sekali melihat Biru pulang dengan laki-laki. Abang ojek sih, beda cerita ya.
Jadi, malam itu perdana (perlu digarisbawahi), gue datang ke rumah Biru. Gue berhenti di depan pagar putih rumahnya dan bertanya ada orangtuanya atau enggak. Waktu itu Biru bilang papanya sudah pulang. Lalu dia mengajak gue masuk sebentar. Gue iyakan, lumayan ketemu calon ayah mertua pertama kali waktu itu.
Lagipula, ayah pernah bilang, "Rasha, kalo kamu udah gede dan punya pacar, nganter cewekmu pulang harus sampe depan pintu rumahnya ya. Kalo ada orangtuanya, disapa dan salim." Sekarang gue realisasikan nasihat ayah waktu itu.
I know. Biru, technically, isn't my girlfriend that time, tapi malam itu gue yang antar dia pulang dan papanya sudah ada di rumah. At least, I have to say salam and hi to him.
●●●
halok.
cikenberger is back. another new cerita abal.
:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(:(
jadi ini tu masi awalnya. kek apa ya istilahnya.prolog.............. bukan prolog jugak.
kek rewind.
hah........................
bukan juga.
ya pokonya awal si rasha ngobrol ama biru.
awal rasha suka ama biru.
awal kedekatan mereka.ASHIK.
jadi dikasih flashback dolo gitu loh ama gue.
masi nggak berbentuk ni cerita
kek bayi umur 2 bulan
kan masi nggak ada bentuknya.ya aja deh.
intinya gitu.
JAN LUPA VOTE COMMENT DONG:(
KAN GUE JUGA BUTUH KRISAR DARI KALIAN:3timakaci (kiss)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru
ChickLitBiru Andrana Shares suka duduk di taman sekolah, di tengah-tengah gedung sekolah. Biru Andrana Shares sering membaca buku di sana. Biru Andrana Shares selalu mengenakan sweater-sweater lucu, seperti dia. Biru Andrana Shares suka es krim stroberi dan...