Part 4 -Now and Then-

17.9K 1.1K 17
                                    

Beberapa hari kemudian..

Aku menepis tumpukan invoice ke samping meja. Menghirup dan kuhela nafas dengan perlahan. Kepalaku terasa pening siang ini. Setelah menghabiskan lunch dengan susah payah, akhirnya hanya separuh yang mampu kutelan. Kurang tidur nyenyak dan tiap malam mimpi buruk pasca Mas Rizal menghadiri meeting di Gresik.

Sungguh aku tak sanggup menatap layar komputer yang seperti berbayang dan huruf-huruf yang saling tumpang tindih.

Maya menghampiri cubicle-ku dan terduduk di bangku di hadapanku.
"Kamu kenapa, Dee," tanyanya sambil meraih pergelangan tanganku.

"Pusing nih, nggak konsen. Padahal habis makan siang," keluhku seraya memijat pelipis kananku. "Bukannya kamu ada meeting sama Budget finance departement ya,"

Nampak Maya menyengir sekilas. "Sepuluh menit lagi kok." Aku hanya tersenyum tipis. "Kamu mual nggak Dee?" tanyanya retoris. Aku menggeleng pelan lalu mengangguk. Dia cuma menaik-naikkan kedua alisnya serempak. "Lagi ngisi ya?"

"Iya, tadi abis aku isi nasi sama soto betawi Pak Ujang foodcourt."

Tiba-tiba Maya manyun dan aku pun tertawa pelan. "Ishh kamu tuh nggak ada serius-seriusnya kalau diajak ngomong."

"Aku belum tahu May, karena emang belum ngecek," ucapku menenangkannya. Sekilas Maya melirik jam tangannya dan menepuk bahuku pelan. "Aku meeting dulu ya, nanti kita lanjut lagi."

"Oke." Aku mengangguk pelan.

Setelah Maya pamit meninggalkanku, aku mulai mencoba fokus pada layar komputer dan satu berkas invoice. Satu notifikasi pesan pop-up muncul di atas layar ponselku.

MyHubby: Dee, aku lembur hari ini. Ada meeting dengan Head Construction Engineer jam 5.

Karena pesan pop-up tidak komplit, aku langsung membuka ponselku. Membaca keseluruhan pesannya.

MyHubby: Aku belum bisa prediksi hingga jam berapa. Kasihan kamu kalau harus nunggu aku selesai meeting.

Me: Oke mas. Aku pesen taksi aja nggak apa-apa. Jangan malem-malem yaa pulangnya.. 😂

MyHubby: Yaa Dee sayangqu, 😘😘

Ku letakkan ponselku di meja dan melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda.

***

Sore hari sebelum aku meninggalkan kantor, Maya menghampiriku. Meraih tanganku dan menyelipkan sesuatu. Plastik hijau Brand Apotik di gedung kantor ini. "Untuk besok pagi ya Dee," ucapnya sambil cengar-cengir.

Aku menatap takjub pada benda pipih di dalamnya. "May?"

"Nggak ada salahnya di test dulu Dee," Gadis itu mengacungkan kedua jempolnya padaku dengan semangat. Aku hanya mengangguk dan memasukkan pemberian Maya tadi ke dalam sling bag-ku.

Sesampainya aku di lobby gedung. Aku masih sibuk dengan ponselku, memesan taksi online. Hingga tak berapa lama kemudian, aku mendapat pesan dari Driver-nya bahwa ia akan tiba di lokasi sekitar 10 menit. Aku menunggu sambil duduk di sekitar lobby yang terdapat beberapa kursi.

Kulihat Dina dari jauh menghampiriku. Tatapannya masih saja tak bersahabat denganku. "Kenapa nggak nunggu di atas aja sih, Dee? Kalau perlu ikut meeting aja," ucapnya nyinyir. Aku hanya mengulum senyum. Aku tahu Dina masih kesal padaku karena ia di larang mengikuti suamiku ke Gresik, sesuai arahan Mas Rizal pada Agus tempo hari.

My Beloved HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang