Part 5 -Our Vacation-

19.6K 1K 30
                                    

8 bulan kemudian..

Aku terbangun dari tidur siangku dan membuka mata perlahan. Seketika aku menghirup aroma harum coffee latte yang menyelinap dari pintu kamar yang tidak tertutup rapat.

Perlahan aku bangkit dari ranjang dan berjalan menuju dapur. Kulihat suami tampanku tengah membuat coffee latte art. Kupeluk tubuh tegapnya dari belakang. Aku tak kan bisa memeluknya erat karena perutku yang membesar membentur punggung lebarnya.

Ia berbalik badan setelah meletakkan dua cangkir coffee latte yang di buatnya di meja pantry. Meraih pinggang lebarku dan mengecup puncak kepalaku.

"Kok sudah bangun? Coffee maker-nya berisik yah?" ucapnya sambil menyeringai. Aku menggeleng seraya tersenyum manis. "Aroma kopi-nya masuk ke dalam kamar, Mas," jawabku seraya beranjak duduk di sofa ruang tengah. Rizal membawa dua cangkir kopi tadi dan duduk dengan nyaman di sebelahku.

Ia memberiku satu cangkir dan kuhirup aromanya yang magis. Saat trimester pertama kehamilanku, aku kesulitan tidur sebelum menghirup aroma kopi. Bahkan hingga saat trimester ketiga ini pun, aku tetap suka menghirup aroma manis kopi buatan Rizal tanpa meminumnya.

Ku lihat di meja ada sebuah undangan terselip di antara koran dan majalah. Aku meraihnya dan membukanya.

We would love
to have you at our

Wedding

Janice Nalendra Hadiwidjoyo
&
Michael Syahreza Adibrata

Saturday, july 22th 2017

At 7pm

Hotel Grand Melia Ballroom

Dinner Reception to follow

Akhirnya Mike melengkapi obsesi dan ambisi-nya itu. Menikahi putri dari atasannya adalah langkah terakhirnya, setelah kesuksesan yang telah diraihnya selama ini. Aku hanya tersenyum sambil mengelus perutku pelan. "Undangannya kapan datang, Mas?" tanyaku seraya meletakkan undangan dan kembali meraih cangkir kopiku.

"Beberapa menit yang lalu sebelum kamu bangun, Dee," gumamnya di sela-sela ia menyesap kopi. "Rekan kerja atau teman lama, Dee?" lanjutnya sambil meletakkan cangkir di meja. Aku bergelung manja di sisinya sambil mendongakkan kepala dan mengecup rahangnya yang di tumbuhi rambut usia satu hari.

"Kalau aku cerita, kamu jangan marah atau berfikiran macam-macam ya?" Aku ingin ia berjanji dulu sebelum aku memulai cerita. Ia hanya mengangguk. "Michael itu mantan aku dua tahun yang lalu saat kita belum bertemu dan Janice adalah anak dari atasannya," tuturku semakin erat memeluk dirinya dari samping tubuhku.

Sesaat kurasakan tubuhnya menegang dan rileks kembali. Mungkin ia ber-asumsi bahwa ia tak percaya dengan mudah bahwa aku pernah menjalin hubungan dengan seorang pengacara kondang seperti Mike. "Kamu serius, Dee?" tanyanya tak yakin.

"Serius apanya Mas?" aku balik tanya.

"Kamu mantannya Pak Michael?"

Aku mengangguk dan berkata, "tanya Dina aja kalau nggak percaya,"

Setelah pisah dengan Mike empat bulan yang lalu, Dina dan aku kini berteman baik. Saat ini Dina tengah menjalin hubungan dengan rekan kerjaku. Aku yang memperkenalkan mereka berdua di sebuah acara makan malam yang di adakan oleh kantorku.

My Beloved HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang