Luka

1.3K 73 59
                                    

Pastikan bacanya sampai ada tulisan bersambung yaaaa

***

Matanya terbuka lebar. Menyaksikan api berkobar disekitar. Pun pekikan penduduk dari luar rumah terdengar jelas. Bukannya bocah bertopi hitam itu tuli atau tak mau berlari keluar dari kamar. Namun justru ia sengaja memilih diam di sana. Mengunci ruangan tersebut. Membisu menyaksikan sang ibu dan saudaranya tergeletak tak berdaya di hadapannya. Kaki Sheila, wanita yang dipanggil sebagai ibunya itu mengenai ujung kaki ranjang yang panas, leleh karena dilahap api. Alhasil wanita berusia sekitar 40 tahunan tersebut benar-benar tak bisa bergerak. Terlalu sakit. Sedang saudaranya yang tampak seumurannya itu juga enggan bergerak. Ia pingsan total setelah menghirup asap ganas yang mengganggu saluran pernapasannya.

Sebuah senyuman kecil terukir manis di bibir tipis bocah bertopi hitam itu dibarengi air mata yang satu dua kali menetes.

Sebenarnya tak pernah terbesit dalam otaknya bahwa ia akan melakukan hal mengerikan ini. Membakar seluruh bagian rumah. Namun sudah terlanjur.

Beberapa tiang penyangga kamar melepuh jatuh hampir mengenai bahu Sheila. Ya, hampir. Semesta masih menginginkannya hidup. Bocah itu terhentak untuk beberapa saat. Meski matanya terhalang ujung topi, tapi sebenarnya bola matanya tersebut hampir keluar karena kaget. Beberapa dindingpun sudah berubah hitam dan mengelupas. Kursi kecil yang berada di dekat sang ibu juga sudah hancur seperti bubuk garam.

Perlahan ia melepas topi hitamnya. Ya, bocah itu berusia sekitar belasan tahun. Bahkan wajahnya tampak lebih muda dari itu. Ia menatap lekat kedua anggota keluarganya tersebut dengan penuh perasaan luka. Entahlah bocah itu tak menyukai pemandangan yang terhampar di hadapannya; sang ibu yang sedang merintih kesakitan dan saudaranya yang tergeletak tak sadarkan diri. Ada perasaan luka yang tegores lebar dalam hatinya bila bocah itu menatap mereka berdua. Terutama saudaranya. Beberapa bulir air mata berhasil meluncur lagi. Sebenarnya ia sangat benci menangis, apalagi di hadapan ibunya. Tak boleh terlihat sama sekali sisi lemahnya. Namun yang terjadi sebaliknya. Malam itu, bocah tersebut untuk pertama kalinya menangis banyak di hadapan wanita tua itu.

"Anakku bangunlah.. Sadar nak... Dan cepat lari." Ibunya berkata lirih. Sedang orang yang dipanggilnya masih belum jua sadar. "Ibu mohon bangunlah anakku.." tambahnya.

Ada gurat sedih sekaligus benci terpancar jelas di wajah bocah bertopi hitam itu ketika mendengarnya. Ia perlahan beranjak menjauh dari pintu lalu mendekat kearah saudaranya di dekat ranjang.
Bocah itu menatap saudaranya cukup lama. Sambil mendekat, kenangan indah bersama saudaranya tersebut melitas. Tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama sebagai kakak dan adik. Makan bersama, main di taman bersama, tertawa bersama, membeli makanan yang sama, potongan rambut pendek yang sama. Bahkan mereka tampak seumuran walau sebenarnya usia mereka beda beberapa tahun. Namun sayangnya, malam itu bocah tersebut harus mengenyahkan semuanya. Kenyataannya ia tak pernah sayang terhadap saudaranya. Justru benci yang tertanam. Ia semakin mendekat. Namun bukan untuk menolong, melainkan untuk membunuhnya dengan pisau yang sedang digenggam.

"Bangun anakku! Bangun anakku!" suara Sheila makin keras. Memecah konsentrasi. Berusaha menghalau bocah itu melakukan perbuatan kejinya.

"Ibu mohon jangan lakukan itu terhadapnya. Ia sangat menyayangimu."

"Sebenarnya apa yang membuat kamu begitu membencinya? Dia itu saudara kamu! Dia begitu memerdulikanmu. Dia selalu mendahulukan kamu dibanding dirinya sendiri. Dia selalu menuruti keinginan kamu. Terus kenapa kamu tega melakukan ini sama dia? Kamu tega membunuhnya?"

"Ada hal yang ibu tak mengerti bu..." Kini ia dan saudaranya yang masih pingsan hanya berjarak dua kaki saja.

"Apa yang akan kamu lakukan? Dia itu saudaramu!" Sheila berusaha menyeret kakinya, bergerak untuk melindungi anak pingsan tersebut. Namun sayangnya, sekali lagi tubuhnya terlalu lemah untuk digerakkan.

Astaghfirullah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang