CHAPTER 1 - AWAL

231 21 2
                                    

"Ayok, semua ibu-ibu bapak-bapak nyanyi  bareng sama saya ya!"

"Ehhaaaa! Eh-eh-eh-eh-Ha!"

Suara itu sontak membuat aku tiba-tiba ngebuka mata pas tau-tau ada suara berisik banget yang ga taunya berasal dari acara musik TV. Dalam keadaan gelap gulita dan setengah sadar, aku meraba-meraba tempat tidur mencari remote TV yang ntah terakhir kali aku taruh dimana.

Karena kesal, remote itu ga kunjung aku temuin, aku bangun dari posisi tengkurapku. Lalu, menyalakan standlamp yang berada di sebelah kasurku, mengecek ponsel yang kini menunjukkan waktu 10.15. "Parah." tegurku pada diri sendiri.

Suara TV yang semakin menganggu, membuatku berlutut di atas kasur sambil ngeberantakin tempat tidur yang emang udah dari tadi berantakan. Jadi, ga ada salahnya, sekalian aja diberantakin.

"Itu dia," kesalku sambil mendengus pendek . Aku langsung mengambil remote, dan mematikan TV lalu,melemparnya kembali ke sembarang tempat,

Setelah itu aku bergerak ke samping, memilih duduk sebentar di ujung tempat tidur, sambil ngumpulin nyawa, sekalian  merhatiin sekeliling kamar yang cukup berantakan, akibat  semalam aku mengalami adu perang dengan coro!

Iya, coro. Kecoa dalam apartemenku, yang ga tau gimana caranya dia bisa naik ke kamarku yang berada di lantai 5. Pas lagi masak, tiba-tiba aku ngerasain sesuatu yang nge-gelitik di sekitar kakiku, yang awalnya aku kira itu rambut aku yang rontok.

Dan begitu aku nunduk kebawah, dia lagi diam di samping kakiku, bener-bener diam ga gerak. Spontan aku teriak-teriak sambil menyebutkan satu-satu nama hewan yang mungkin lagi keselek di kebun binatang. Tapi, setelah hampir setengah jam, akhirnya dia mengalah dan berhasil keluar.

Kalo diingat-ingat pertempuran semalam, memang agak sedikit menguras tenaga sampai aku bisa kebangun jam segini dalam keadaan acak-acakan.

Aku menggaruk tengkukku merasa engga siap untuk bangkit dari tempat tidur meskipun nyawaku sudah berhasil kekumpul sepenuhnya. Sambil melawan kemalasanku,aku menyeret langkah untuk membuka gorden.

Tanpa aba-aba, sinar matahari langsung menyambut membuatku mengerutkan hidung.

Merasa tidak nyaman dengan matahari setengah-pagi-dan-siang, aku melenggang pergi menuju ke depan pintu, mengambil surat yang tergeletak di lantai . Sambil membuka surat itu, aku memutar lagu dari band The Cranberries berjudul "Zombie"

Dear, Adistia Kamania

Halo kak, author! Apa kabar? Sehatkan? Gimana, rehatnya? Kebanyakan nanya ya aku? Maklum hihi. Mudah-mudahan baik-baik aja ya. Aku harap setelah setahun vakum, kaka bisa ngeluarin cerita-cerita yang menarik lagi ya. Aku ga sabar nungguin kak, hehe :p Intinya sehat-sehat ya kak. Dan tetap semangat, karena aku jatuh cinta banget sama karya-karyanya kakak. Tanpa cerita kaka, hidupku gamblang.

Aku mengerutkan keningku, sambil tertawa pendek.

Ya udah gitu aja ya kak, semangat terus!

Love from your fans,
KN

Aku meletakkan surat itu ke atas meja makan, sambil menimbang-nimbang isi suratnya. Kalo aku ga balik buat cerita, ntar aku bayar apartemen pake apa? Makan pake apa? Beli baju pake apa?

Hidup sendiri emang ga pernah enak. Meskipun dari kuliah, emang udah hidup sendiri, tapi beban setelah lulus kuliahnya itu yang jauh lebih berat. Kalau kuliah waktu dulu masih dibayarin ortu, ga pusing sana-sini, sekarang apa-apa semua tanggung sendiri. Malu kan, kalo udah lulus dan masih minta ortu? Iya gak?

MARCAPADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang