"Oh, shit. Aku dimana?"
*KRING*
Bunyi bel sekolah seketika berbunyi mengalihkan pikiranku, bersamaan diikuti suara-suara kaki yang keluar dari kelas. Aku dengan cepat, berlari bersembunyi di balik tiang koridor, takut misalnya Pak Sardiman keluar dan ngeliat aku. Dan, pas banget waktu aku mengintip Pak Sardiman keluar sambil membawa beberapa buku di tangannya serta penggaris panjang yang tadi ia todongkan ke arahku.
Aku bernafas lega dibalik tembok begitu ia melewati tiang koridorku, dan setelah itu aku kembali duduk di bangku sambil menyandarkan punggungku setengah ke bawah.
"Hoy!"
Jantungku nyaris copot gara-gara suara memekik dari keempat orang temanku yang lagi ketawa-ketiwi ngeliat ekspresiku yang bener-bener lagi engga karuan.
"Lebay amat, dah. Kenapa sih?"
Anissa bertanya sembari mengambil posisi di sebelahku dan yang lainnya berdiri mengerumuni tempatku duduk."Gue dimana?"
Vero melirik ke Seli yang berada di sebelahnya "Di sekolah atuh, mau dimana lagi,"
Aku menggeleng "Bukan, maksud gue. Kenapa kita bisa disini?"
Kini Seli yang melirik ke arah Vero, Mauren, dan Anissa. "Apa sih, Dis. Lo aneh banget, sumpah."
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali.
"Kamu, gapapa kan?" kini giliran Mauren yang bertanya.
Aku menengadah memerhatikan wajah Mauren yang terlihat paling khawatir dari yang lain. Sampai sekarang, aku masih engga ngerti gimana dia bisa ada disini. Atau seharusnya, pertanyaan itu aku balik tanya pada diri sendiri.
Aku memilih mengangguk demi menghentikan pertanyaan mereka yang semakin mengundang sakit di kepalaku.
"Ya udah, sekarang mending kita ke kantin dulu" ajak Vero.
"Yuk!" Seli menarik tanganku untuk bangkit dari kursi. Aku hanya mengikuti mereka sambil berjalan beriringan sementara Mauren yang berjalan di sebelahku, menyikut lenganku dan menarikku agak kebelakang sedikit.
"Beneran gapapa, kan?" tanyanya setengah berbisik. Aku mengangguk sambil menyinggungkan senyum. Melihat wajahnya sedekat ini ngebuat aku ngerasa seolah melihat 4D dimensi dari bayangan yang muncul dikepalaku sewaktu ngebayangin karakter Mauren pas lagi nulis.
Begitu kami sampai di kantin, Seli langsung mengambil tempat yang mejanya emang agak panjang. Sementara itu,Anissa mengajukan diri untuk memesankan makanan dan setelahnya ia beranjak ditemani oleh Seli.
Aku mengambil tempat di ujung kursi menghadap ke arah Mauren,Vero,dan Seli. Tak lama kemudian, mereka datang sambil membawa beberapa nomor di kedua tangan mereka.
"Sumpah, kapok gue mesenin kalian makan. Rame banget, asli. " jelas Anissa sambil mengelap keringat disekitar pelipisnya.
Vero melirik ke Seli, "Kok lo adem ayem aja?"
"Karena, gue dibelakang doang nungguin." ujar Seli sambil melebarkan senyumannya setelah menenggak es teh miliknya setengah botol.
Anissa memutar bola matanya setelah melihat reaksi Seli "Jahat kan?" matanya menuju ke arah kami semua.
"Udah lah, lain kali besok sendiri-sendiri aja." Mauren menengahi. Tak ada yang menjawab, mereka hanya mengangguk, menyetujui.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCAPADA
Teen FictionAdistia Kamania seorang penulis best-seller genre horror , ditantang oleh para penggemarnya untuk membuat novel bertema romance setelah dirinya vakum. Namun, sesuatu yang aneh terjadi! Adistia yang saat itu berada di sekolah lamanya untuk mencari i...