Author/Penulis: Ihsan iskandar
(Catatan dari penulis: Chapter/bagian ini mengandung unsur Violent/kekejaman seperti darah dan adegan berbahaya. Untuk pembaca yang tidak kuat mengenai hal tersebut, dianjurkan untuk tidak membaca Chapter ini.)
Setelah pukulan yang menghempaskan pemuda berikat kepala merah putih itu. Tentara Djepang mengambil batu dan bersiapkan memukulnya.
Namun setelah melihat pemuda yang tersungkur karna tinju tadi, raut wajah sang tentara Djepang memucat putih. Karena, tentara muda yang dilawannya bersiap menembakkan senjata senapan yang terlempar tadi.
("Senapan "Arisaka" Model 44 yang banyak diproduksi oleh Djepang untuk memenangkan perperang. Dengan berisikan 5 peluru magasin dan kecepatan menembak peluru 655m/detik. Moncong senapan yang khas dengan simbol matahari di sampingnya, mengarah tepat ke wajah sang tentara Djepang.")
"KISAMAK!!!!"
"Hahaha aku tidak tahu sumpah serapah apa yang kau katakan, tapi inilah akhirnya"
Sang tentara Djepang yang sadar bahwa ini sudah direncanakan dari awal oleh si tentara muda itu pasrah akan kematiannya. Mata yang melihat dengan tajam satu sama lain tanpa ada keraguan di dalamnya, tersiratkan bahwa ini adalah pertarungan sampai mati.
"Hmm... baiklah, selamat tinggal. Sayonara!"
Dor... tembakan tepat mengarah ke kaki sang tentara Djepang dilontarkan. Namun se-mili detik sebelum tembakan terjadi telah diganggu oleh Fauzan dan menembak ke arah lain.
"Jangan..!!!! Kenapa kau ingin menembak dia? Apakah kau gila ingin membunuhnya!?"
"Hei DIAMLAH! aku hanya akan melumpuhkannya dan membawanya ke markas untuk diinterogasi!"
Setelah mendengar bahwa Tembakan yang di tuju bukan untuk membunuhnya. Fauzan merasa puas karna tentara muda ini tidak begitu jahat.
"Oh begitu ternyata, syukurlah... baiklah kalau begitu- ehh?? Cairan merah apa ini?"
Genangan Cairan merah yang membuat bingung Fauzan membasahi lutut kirinya. Setelah mengingat cairan yang tidak asing ini. Fauzan langsung melihat ke arah Tentara Djepang yang sudah terjatuh tergeletak di depannya dengan wajah pucat pasih.
"Sial, kau membunuhnya. Padahal aku ingin menginterogas-"
"Hhiiiiii!!!!!! TIDAKK!!!"
"HEI TENANGLAH, itu hanya-"
"Jangan menyentuh pergi kau pembunuh!"
"Tapi kau yang mengangguku dan tidak sengaja menembakkan kearah organ vitalnya"
Fauzan yang histeris dan baru pertama kali melihat darah begitu banyak di depannya, ditambah seseorang yang baru saja tersungkur tidak bergerak. Membuat pikirannya tidak karuan.
Setelah masalah yang dan kejadian yang tidak dapt ditahannya lagi. Penglihatan Fauzan semakin Buram dan menghitam. Dan pipinya jatuh menyentuh lantai dingin ruangan berdarah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terindu Kemerdekaan
Historical FictionFauzan yang bosan dengan kehidupannya dan hanya melakukan apa yang dia inginkan. suatu saat. entah bagaimana, dia terdampar ke masa lalu sebelum masa kemerdekaan. Apakah Fauzan berhasil bertahan di dalam TEMPOE DOELOE yang hanya berbekal pengetahua...