Koeun terduduk dengan malas di salah satu bangku kelasnya.
Tubuhnya terasa begitu lelah, kepalanya pun mulai berdenyut tidak karuan, membuat ia sedikit mengernyitkan kening menahan sakit.
Sudah tiga hari berlalu sejak dimulainya perjanjian konyol yang ia sepakati dengan Mark.
Awalnya laki-laki itu hanya menyuruhnya membawakan minum dan handuk setiap ia akan latihan basket. Namun semakin berjalannya waktu, ia semakin tidak berperasaan, ia tidak mengizinkan gadis itu beristirahat barang sedetik pun. Entah apa yang membuatnya begitu tega menyuruh Koeun melakukan ini dan itu semaunya. Dan dengan bodohnya gadis itu akan menuruti apapun yang diinginkan olehnya.
Sungguh tragis.
"Hei Eun, whats wrong?" sahabatnya-Yeri, datang menghampiri dengan raut wajah yang terlihat bingung.
Gadis dengan kuncir kuda itu hanya melirik sekilas ke arah Yeri yang sedang menatapnya.
"Nothing." jawabnya kemudian.
Setelahnya ia pun meletakkan kepalanya ke atas meja seraya memejamkan ke dua matanya yang mulai terasa perih.
Sebenarnya Yeri tahu apa yang menyebabkan sahabatnya terlihat begitu lesu seperti ini.
Jelas saja, ia adalah saksi dari perjanjian tidak terduga antara Koeun dan Mark.
Ia cukup merasa prihatin dengan keadaan sahabatnya saat ini. Sudah tiga hari ia terlihat seperti mayat hidup yang seakan siap mati kapanpun ia mau.
Benar-benar terlihat menyedihkan.
'Bagaimana bisa dia tetap menyukai laki-laki berdarah dingin itu?' Pikir Yeri.
"Apa Mark belum juga berniat untuk menyudahi hukumanmu?" lagi-lagi Yeri melontarkan pertanyaan, dan langsung saja ia mendapat gelengan dari Koeun sebagai jawaban.
"Apa dia sudah gila? Kau kan tidak sengaja menjatuhkannya, tapi kenapa hukumanmu harus seperti ini? Benar benar tidak berperasaan"
"Ntahlah... "
"Kau juga Eun?! Kenapa kau diam saja? Kenapa kau tidak protes? Harusnya kau protes!"
Koeun sedikit tersentak mendengar sahabatnya mulai tersulut emosi, dan dengan sigap ia pun segera mencoba untuk menenangkannya.
"Sudahlah Yer, tenangkan di-"
"Bagaimana aku bisa tenang Eun?! Kau.... Argh aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu" Yeri mengusap wajahnya dengan kasar.
"Koeun?" tiba-tiba sebuah suara hadir di tengah pembicaraan mereka.
"Shit!" tanpa sadar Yeri mengumpat, walaupun kecil tetapi Koeun masih bisa mendengarnya.
Mau tak mau Koeun pun mengangkat kepalanya untuk memastikan apa penyebab sahabatnya itu sampai mengeluarkan umpatan.
"M-mark?"
-
Ini apaan sih? 😂
Btw, maaf ya baru sempet update lagi hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Dear Diary❞ ; Markoeun
Short Story[SLOW UPDATE] Dear diary, Thanks for being born mark lee. #193 In Short Story (0813) #297 In Short Story (0816) ©babypeachss-0709