"Kenapa kau menghindariku?"
Koeun tersentak saat seseorang yang duduk di belakangnya itu mulai mendekat dan berbisik di dekat telinganya.
Gadis itu menelan ludahnya gusar, dan dengan cekatan ia segera mengalihkan kembali pandangannya ke luar jendela, mencoba sekuat tenaga untuk tidak menganggap kehadiran laki-laki itu.
"I know you hear that, so answer it."
Koeun mengulum bibir bawahnya gugup. Pasalnya bibir laki-laki itu hampir saja menyentuh telinganya. Bukan hanya itu, ia bahkan sempat memainkan ujung rambut panjangnya.
Gadis itu menahan nafasnya sejenak, mencoba mengontrol detak jantungnya yang mulai berdetak tidak karuan. Kedua tangannya pun ia kepalkan dengan kuat sampai buku tangannya mulai memutih.
"You know, I'm not someone who likes to see people who have entered to my life just gone without permission."
Koeun tetap terdiam. Ia bukan tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh laki-laki itu, ia hanya tidak ingin menjawabnya.
Yang ia inginkan saat itu adalah segera turun dari bus dan bersembunyi di dalam kamarnya.
Selang beberapa menit, bus pun berhenti di pemberhentian ke-3. Koeun segera melangkahkan kedua kakinya dengan cepat menuju ke arah pintu bus.
Kakinya sedikit bergetar saat ia mulai melangkah keluar, sehingga membuat tangan kirinya berpegangan pada pintu yang sudah terbuka lebar. Dalam hati ia terus bedoa agar laki-laki itu tidak mengikutinya, ia bahkan tidak peduli lagi dengan hujan yang mulai membasahi kepala dan badannya.
Dengan langkah cepat gadis itu berjalan ke arah perumahannya, namun sayang sebuah tangan berhasil menghentikan langkahnya.
"We need to talk, Koeun."
Koeun terkejut saat menyadari bahwa langkahnya bisa terkejar oleh laki-laki itu. Jantungnya bahkan berdetak lebih cepat dari saat ia masih berada di dalam bus tadi.
Koeun terdiam tanpa ada niatan untuk melihat kearahnya, ia hanya mampu menatap kebawah lalu merutuki dirinya sendiri.
"Bicara tentang apa? Kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan Mark-ssi." gumamnya.
Laki-laki itu menghembuskan nafasnya pelan, sebelum akhirnya menarik pergelangan tangan Koeun sampai ia menghadap ke arahnya.
"Kau membenciku?"
Koeun menatapnya heran, tidak mengerti mengapa laki-laki dihadapannya bisa berfikir bahwa ia membencinya.
Ya dia memang menghindarinya beberapa hari ini, tapi tidak berarti dia membencinya bukan?
"Mengapa kau berfikir seperti itu?Aku tidak membencimu."
Mark tidak menjawab pertanyaan Koeun, ia malah menatap lekat kedua manik mata Koeun sehingga membuat gadis itu mau tak mau menghindari kontak mata dengannya.
"Pulanglah, kakimu belum benar benar pulih."
Koeun bergumam seraya menatap ujung sepatunya. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, merasa gelisah dan terganggu dengan tatapan tajam dari laki-laki di hadapannya itu.
"Aku akan mengantarmu sampai rumah."
"Aku bisa pulang sendiri."
"Aku akan tetap mengantarmu."
Mark pantang menyerah, ia bahkan semakin menguatkan genggamannya pada tangan gadis itu.
"Tidak usah Mark."
"Aku tidak suka peno-"
"Kubilang tidak usah, Lee Minhyung!?"
Mark terkejut saat gadis itu mulai meninggikan suaranya. Bukan hanya itu, ia juga terkejut saat Koeun menyebut nama aslinya.
Koeun yang mulai tersadar pun ikut terkejut dengan apa yang baru saja ia ucapkan, ia tidak menyangka bahwa nama itu akan kembali terucap dari mulutnya.
"A-aku harus pulang.." cicit gadis itu sedikit bergetar, "K-kau juga pulanglah, kakimu butuh istirahat."
Gumamnya seraya melepaskan tangan kanannya dari genggaman laki-laki itu. Namun sebelum tangan itu benar-benar terlepas, Mark sudah lebih dulu menarik Koeun ke dalam pelukannya.
"KOEUN! INI BAHAYAAAA!?"
Teriakan Yeri yang super kencang menyadarkan Koeun dari lamunannya, gadis berkuncir kuda itu pun segera menolehkan kepala ke arah Yeri yang sedang berlari ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Koeun seraya mengernyitkan keningnya bingung.
"Itu... Itu... hosh hosh..."
Yeri berbicara dengan nafasnya yang tidak beraturan sehingga membuat Koeun merasa sedikit kesal karena menunggu jawaban yang pasti.
"Apa terjadi sesuatu padamu?"
"Bukan, bukan itu." Yeri terdiam sebentar, ia menatap mata sahabatnya dengan ragu sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong, "Mark ikut dalam pertadingan."
Bagai tersambar petir, mata Koeun segera membulat sempurna. Ia benar benar terkejut dengan kabar yang baru saja ia dengar itu.
"Cepat datangi dia dan lihatlah sendiri."
Seakan bisa membaca pikiran Koeun, Yeri menyuruhnya mendatangi lapangan basket dengan sedikit mendorong bahunya. Dan dengan ligat Koeun pun berdiri dari bangku kelasnya lalu berlari dengan cepat ke arah lapangan basket.
'Semoga hal buruk tidak terjadi padanya'
-
Hai long time no see guys!
Maaf ya baru sempet aku publish sekarang, soalnya beberapa hari ini lagi super sibuk ditambah aku kehilangan mood karena something jadi harus nunggu sampe moodnya balik lagi huhuhuuu
Oh iya, kenapa di samping 23 aku kasih <1>? Soalnya ini bakalan ber-part sampe pertandingannya selesai hehehe
Cuma maaf kalo semisalnya nanti bakal very slow update, yah you know I'm still in busy zone ㅠㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Dear Diary❞ ; Markoeun
Cerita Pendek[SLOW UPDATE] Dear diary, Thanks for being born mark lee. #193 In Short Story (0813) #297 In Short Story (0816) ©babypeachss-0709