🍑09

602 93 33
                                    







Sudah hampir setengah jam Koeun berdiri didepan pintu coklat bernomor 19. Gadis itu terlihat begitu gelisah, keringat dingin bahkan mulai membasahi keningnya.


Padahal ia sudah bertekad setelah memeriksa keadaan laki laki itu ia akan segera pulang.


Namun jangankan memeriksa, untuk menekan bel di hadapannya saja ia tidak berani.


Gadis itu menarik nafasnya dengan berat, mencoba menetralisir kembali detak jantungnya sebelum akhirnya ia meyakinkan diri lalu menekan bel tersebut dengan pasti.


Tidak butuh waktu lama karena setelahnya ia mendengar suara derap langkah yang cepat menuju ke arah pintu.



CKLEK



"Ya sia- Loh Koeun? Apa yang kau lakukan disini?"


Gadis itu sedikit terkejut saat melihat laki laki yang sekarang berada di hadapannya,


"H-Haechan?"


Ya dia adalah Haechan, teman sekelasnya.


"Ahh.. aku tau aku tau." Haechan terkekeh sebentar, "Mark! Gadismu sudah datang!" teriaknya.


"Y-yakkk!" Koeun melayangkan pukulan ke perut laki laki berambut coklat itu,


"Aw... Kenapa memukulku? Kau malu? Hahaha" Haechan kembali menggoda gadis dihadapannya, dan tentu saja itu berhasil membuat kedua kupingnya memerah.


"Siapa?" Mark dengan suara seraknya datang menghampiri mereka, "Koeun?"


"Ah.. Hai!" sapa gadis itu dengan canggung, "A-aku datang untuk menje-"


"Kau memang harus menjengukku" potong Mark, "Kalau sudah selesai bicara lebih baik kau cepat masuk keruanganku dan buatkan aku makanan"


"Eh?"


"Sepertinya tadi ada yang bilang bahwa dia tidak ingin memakan apapun." ejek Haechan. Dan setelahnya ia itu segera mendapat lirikan tajam darinya.


"Wah wahhh sepertinya aku harus pulang, jika tidak aku pasti akan menjadi obat nyamuk disini." ucap Haechan penuh penekanan.


"Kalau begitu segera pergi dari sini." jawab Mark singkat seraya mendudukan dirinya ke sofa.


"Jadi aku diusir? Oke fine." lagi lagi Haechan menekan kata katanya, lalu setelahnya kembali terkekeh.


"Ehm Haechan..." Koeun menarik pelan ujung kemeja yang dipakai laki laki itu, "Jangan pulang dulu kumohon." bisiknya.


"Maaf tidak bisa Eun, aku bisa mati kalau tetap disini sedangkan ia sudah mengusirku."


Haechan menatap ke arahnya, tiba tiba saja ia merasa iba melihatnya sampai memohon seperti itu.


Tapi apa daya, ia tidak bisa melakukan apapun selain menuruti kemauan sahabatnya. Mark cenderung lebih egois saat sedang sakit dan Haechan tau itu.


Koeun menghembuskan nafasnya pasrah, lalu melepaskan tangannya dari kemeja Haechan.


"Hhh kalau begitu aku permisi mark, cepat sembuh dan..." Haechan tersenyum menggoda "Jangan melakukannya dengan cepat"


Setelahnya ia menghilang dibalik pintu, meninggalkan Koeun yang wajahnya sudah semerah tomat. Entah mengapa ia seakan mengerti apa yang baru saja dibicarakan oleh Haechan.








❝Dear Diary❞ ; MarkoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang