CHAPTER 2 (Re-Publish)

12.7K 483 23
                                    

Dipublikasikan : 24 Juni 2017

Re-Publish : 9 November 2020






"Lo gak papa Rin? "Tanya Renata Khawatir. Matanya sedari tadi menatap Karina yang terus menerus memegang pergelangan tangannya dengan tatapan sendu.

"Coba sini gue lihat" ucap Vivian mengambil alih tangan Karina dengan hati-hati.

"Mentang-mentang anak PMR, obatin orang sembarangan " guyon Renata dengan nada sebuah iklan permen yang pernah terkenal dulu.

"Kan gue cuma khawatir" kata Vivian sembari memeriksa tangan Karina.

"Lo juga, nekat banget sih!" Marah Renata.

Karina yang dibentak seperti itu hanya merengut kesal. "Ya maaf. Kebenaran itu harus dibela gaes. Gak ada kata menyerah dalam mencari kebenaran. Lagian juga ini gue sakit malah dimarahin" marah gadis itu balik.

"Kebenaran, kebenaran. Palingan juga kalo lo ketemu pencompet yang bawa pisau lu udah lari ketakutan. Gak mikir harus bela kebenaran lagi atau enggak" timpal Renata membuat ketiga gadis tersebut tertawa lepas.

Vivian menyentuh pergelangan tangan Karina yang memerah sedikit membiru. Membuat gadis tersebut meringis pelan. "Sakit?" Tanyanya.

Karina mengangguk, merasakan sakit pada bagian yang di sentu oleh Vivian. "Sakit" keluhnya.

"Keterlaluan gak sih sampai biru gitu?" Tanya Renata.

Vivian mengindik, tidak ingin membuat masalah semakin membesar. "Di loker gue ada spray pereda nyeri"

"Dapat dari mana lo barang gituan" tanya Renata penasaran. Seingatnya, sati botol benda tersebut berharga mahal. Darimana ia tau? Dulu Renata pernah disuruh membeli barang tersebut oleh Adiknya yang merupakan pemain basket di sekolah mereka. Jadi tentu saja Renata tau berapa uang yang harus dikeluarkan untuk membeli barang tersebut.

"Gue kan anak PMR. Lagian memang setiap kelas punya ini kok. Jadi gue disuruh pegang siapa tau ada yang cidera di kelas kita" jelas Vivian singkat. "Yaudah yuk ke kelas" ajaknya.

"Yuk!"

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-


"Nanti sore kalo jadi chat gue ya!!" Teriak Karina bersamaan dengan kepergiaan Renata dan Vivin.

"Wokeh. Bye!! " jawab Vivin mengancungkan jari jempolnya kemudian melambai.

"Bye! " jawab Renata tanpa teralihkan dari fokusnya menyetir motor.

Nanti malan, rencananya ketiga gadis tersebut hendak pergi hang out bersama di salah satu kafe yang baru aja di buka di salah satu mall Jakarta. Mereka sudah saling tukaran nomor telepon. Bahkan ketiganya sudah membuat buat sebuah grup chat, nama grupnya cantik-cantik swag. Entah dari siapa ide nama itu muncul, tapi yang pasti ketiganya cukup menyukai nama tersebut.

Matahari mulai tenggelam, jalan Raya mulau terlihat rame dengan ratusan kendaraan bermotor. Karina berdiri di salah satu halte, nunggu abang kesayangannya menjemput. Katanya sih agak lama jemput karena dia lagi sibuk.

Ting

Sebuah notifikasi berbunyi. Segera saja Karina merogoh ponselnya, membaca pesan yang baru saja masuk.

Kakak unch ♡ : Ey.. Gue gak jadi jemput lu ya!!
Kakak unch ♡ : Masih banyak tugas ni!

Ketua Kelas [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang