Moment III

12 0 0
                                    

Monday, March 24th 2014

05.07 am.

**

" Sebal deh. Pria yang satu ini gampang sekali mengerucutkan bibir dan mengembungkan pipinya. Terlalu tua untuk bersikap seperti itu, tapi aku suka.

Dia bungsu, dan aku sulung. Itu seperti membuat kami saling melengkapi satu sama lain. Dia, yang lebih dewasa bersikap seperti anak kecil dan aku, yang hanya seorang remaja labil bisa menghadapi sikapnya yang kekanak-kanakan dengan sifat dewasaku.

Dia pasti selalu mengacuhkanku untuk sepersekian detik setelah aku menolak ciumannya. Aku suka wajahnya yang sedang marah seperti itu, berpura-pura marah padahal dalam hatinya ia sedang menyembah-nyembah untuk mendapatkan ciuman dariku. Saat ia mulai jual mahal, aku mulai kembali menggodanya.

Bermain dengan wajahnya. Pipinya yang penuh membuatku senang untuk menariknya, hidung mancungnya pun tak kalah menarik. Terkadang aku memencet kedua pipinya, membuat wajahnya terlihat seperti ikan yang haus air. Dia tidak keberatan sama sekali, meskipun sedang memakai seragamnya.

Sayangku, bukannya aku tidak ingin merasakan ciumanmu itu. Hanya saja, orang-orang disekitar kita memperhatikan kita, nyaris 24 jam. Bagaimana kita bisa punya waktu untuk bermanja-manja?

Jangan berhenti, jangan mudah menyerah untukku sayang. Suatu saat nanti pasti ada waktunya untuk kita menikmati kenikmatan duniawi ituu, saat kau benar-benar siap. Aku tidak keberatan sama sekali, asalkan kau tau dimana orang tua berdiri disekitar kita saat sedang bersama.

My busy man, tenang ya sayangku. Aku tidak kemana-mana kok.

Aku suka ketika sifat overprotective-mu muncul didepan teman-temanmu, atau atasan, maupun bawahanmu. Kau langsung mengeratkan pelukanmu dipinggangku dan tersenyum manis, lebih dari manis saat menatapku.

Oh how I love you ma main man. "

What I FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang