1

35 12 2
                                    

Gadis berambut panjang sepinggang baru saja duduk di kursi yang tersedia di depan toko agen travel, ia memakai sweater berwarna hijau tosca, celana levis abu-abu, dan sepatu snackers.

"Tin-tin!"

Gadis itu mengangkat kepalanya, memandang bus yang terparkir di depannya. Kemudian ia beranjak dan mendatangi si agent travel.

"Permisi, Pak. Ini bus yang tujuan Surabaya 'kan, Pak?" Tanya gadis itu sambil menunjuk bus yang tadi.

Si agent travel yang merupakan bapak-bapak berkepala botak dan berkacamata lantas mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat bus yang kaca depannya tertulis 'Malang-Surabaya'. "Oh, iya-iya. Silakan naik, Mbak."

"Makasih ya, Pak."

Bapak itu mengangguk sambil mengatakan 'iya' dalam bahasa Jawa.

Kemudian, gadis itu mengambil koper kecilnya dan menaiki bus. Saat ia naik, banyak pasang mata memperhatikannya. Kebanyakan penumpang sudah tidur karena ini sudah malam.

Karena malam, gadis itu tidak melihat di mana tempat duduk yang kosong. Oleh karena itu, ia menghampiri supir bus dan bertanya. Dan, supir itu mencarikan tempat duduk.

Untungnya masih tersisa satu, berada paling pojok kanan dekat dengan toilet. Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu meletakkan koper kecilnya di bawah dan duduk.

Di sampingnya ada laki-laki yang mungkin seumuran dengannya sedang memainkan ponsel. Tak berapa lama, bus berjalan bersamaan dengan asisten supir yang mendatangi gadis itu.

"Sampeyan seng njenenge Mbak Amaya Haley yo?"

"Iya, Pak."

"Oh, yo wes. Mudun nang bandara Juanda to?"

Amaya mengangguk sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Yo wes. Permisi yo, Mbak."

Amaya kembali mengangguk lalu memperhatikan asisten supir yang berjalan ke depan. Walaupun tidak mengerti apa kata bapak tadi, Amaya hanya mengiyakan.

Amaya menghela napas lalu menoleh ke kanan, jalanan agak macet karena ini arus balik. Lalu melihat jam tangannya sebentar yang menunjukkan pukul 11 malam.

Kursi penumpang tersedia dua, sebelah kiri dan kanan, Amaya berada di pinggir kiri, sedangkan laki-laki itu di pinggir kanan dekat kaca. Ac menyala, membuat Amaya mengusap telapak tangan berulang kali. Bergerak kecil ke sana-kemari agar dinginnya udara ac tidak terlalu masuk ke tubuhnya, tanpa menyadari laki-laki di sampingnya menatap Amaya heran.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur di atas kepala Amaya, Amaya mendongak melihat tangan itu menutup saluran udara ac. Amaya melirik laki-laki di sampingnya tanpa mau melihat.

Rasa tidak nyaman mulai muncul, ia berpikir bahwa laki-laki itu kepanasan dan rela menutup saluran udara ac agar Amaya tidak kedinginan.

Dengan keberanian, Amaya berucap tanpa melihat laki-laki itu, "Buka aja."

Laki-laki itu lantas menoleh. "Nanti kedinginan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EjhamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang