Dia hanya bisa berdiri kaku di depan tubuh-tubuh yang tergeletak tak berdaya. Mereka adalah orang tua dan saudara-saudaranya. Cairan kental berwarna merah pekat membanjiri lantai marmer. Pandangannya agak kabur. Hatinya bergemuruh. Perlahan, dia runtuh.
Tak ada tangisan histeris. Tiada jeritan atas amarah yang meledak-ledak. Dia hanya diam bertekuk lutut. Lupa bagaimana cara bernapas dengan benar. Lupa bagaimana cara memejamkan mata.
Sorot matanya mengedar ke segala arah dan berhenti pada satu objek. Sebuah kue tart dengan lima belas buah lilin kecil yang telah padam. Hari ini adalah hari istimewa. Bukan hanya untuknya saja, tetapi bagi keluarga Jeon. Hari di mana putra bungsu dari keluarga itu menghirup udara dunia untuk pertama kalinya.
Bukan senyuman serta canda tawa atas suka cita akan datangnya hari ini yang dia dapat. Bukan pula ucapan terima kasih atas kehadirannya selama ini di dalam hidup orang-orang yang dicintainya. Namun sebuah tragedi mengerikan yang kini terpampang di depan matanya.
"Abeoji."
Suara lirihnya membangunkan seseorang. Kakak iparnya yang tergeletak di sana sedang meregang nyawa. Kala menyaksikan pergerakan kecil itu, dia segera menghampiri. Tanpa pikir panjang,Jeon Jungkook langsung menahan aliran darah yang terus mengucur dari perut kakak iparnya. Perut yang tengah mengandung keponakannya.
"Noona! Hyemyung Noona!"
Dengan tangan gemetar dan lemah, wanita yang tengah hamil besar dan sekarat itu menggenggam tangannya lalu berbisik lirih, "La-lari, Kook. Lari-"
Brakkk!
Pintu depan yang menjadi akses untuknya masuk ke dalam rumah kembali terbuka lebar. Dari sana, masuklah beberapa orang yang membawa berbagai senjata. Mereka berpakaian hitam. Detik berikutnya, orang-orang itu bergerak cepat ketika mendapati putra bungsu Jeon yang menjadi target tersisa.
Tak dapat dihindari, sebuah tembakan dari salah satu pria berpakaian serba hitam mengenai bahunya. Meninggalkan rasa sakit tak terkira.
Jeon muda pun mengerang. Rasa terbakar dan pedih menjalar dari bahu, lalu ke seluruh tubuh. Hyemyung mengibaskan tangannya dengan sisa tenaga yang ada, menyuruh adik iparnya itu untuk melarikan diri.
Pemuda itu tidak panik. Dia sudah tahu kalau ayah dan keluarga besarnya memang mempunyai kaitan dalam dunia gelap yang tidak lepas dari kriminalitas. Namun, jika mengingat kekuasaan yang digenggam Tuan Jeon, tidak pernah secuil pun terlintas dalam kepalanya bahwa keluarganya akan dibantai habis seperti ini.
Peluru yang bersarang di bahunya sudah memberikan pernyataan bahwa setelah ini dialah yang akan menjadi target mereka selanjutnya. Maka, dengan segenap harapan yang tersisa, dia berlari menuju kamar sang ayah. Mengunci dirinya dari dalam dan menghindari hujaman peluru dari balik pintu.
Dia segera membuka jendela kamar yang terhubung langsung dengan taman belakang. Namun, ada satu hal yang tiba-tiba mengusik pikirannya.
Pintu itu.
Terpogoh-pogoh, dia mengurungkan niat untuk melompat ke jendela. Pemuda itu justru bergerak cepat ke lemari besar terbuat dari kayu mahagony dan membuka pintu paling tengah. Di sana, dia menemukan sebuah door lock system. Kemudian, dengan tangan gemetar dia menempelkan tangannya ke layar. Ketika akses dikonfirmasi, sebuah pintu rahasia dibalik gantungan pakaian pun terbuka. Dia segera masuk ke dalam sana dan otomatis pintu lemari kembali tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON'S ETHEREAL
Fanfiction[Telah dibukukan] Insiden mengerikan di hari istimewa Jungkook mengubah kehidupannya. Kala Jeon muda hampir menyerah, takdir mempertemukan dirinya dengan seorang lelaki bernama Min Suga. Pertemuan itu menyelamatkan hidup Jeon Jungkook. Namun, tanpa...