three

14.9K 1.8K 327
                                    

Yerim duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari IGD. Memberikan kesempatan untuk Wendy agar dapat beristirahat di sana beberapa saat. Beruntunglah tetangga yang baru ia kenal selama hampir dua minggu itu baik-baik saja. Tidak ada luka atau sesuatu yang sangat buruk dan fatal terjadi padanya. Namun, ada satu hal yang membuatnya berpikir ribuan kali, semua karena pernyataan dari dokter yang berkata;

"Dari memar-memar yang ada di tubuh Nona Son, dapat saya simpulkan bahwa Nona Son telah mengalami banyak benturan. Dikhawatirkan, saudari anda telah menjadi korban. Jika benar, saya sarankan agar segera melaporkannya ke pihak yang berwajib."

Hatinya tak karuan. Kim Yerim terus-menerus dipenuhi oleh spekulasi negatif tentang keadaan Wendy. Gadis itu memang sangat peduli pada tetangganya itu. Dia telah menganggap Wendy seperti kakak perempuannya sendiri meskipun baru mengenal hampir dua minggu. Wendy adalah tetangga yang sangat ramah dan baik, terutama pada Yerim.

Kriiiiing!

Ponsel yang ada di genggaman Yerim berdering. Telpon dari ibunya. Dia segera mengangkat panggilan tersebut.

"Iya, Eomma? ... Masih di rumah sakit. Iya. ... Kata dokter, nggak perlu opname. Hanya perlu istirahat yang cukup saja. ... Nanti kalau Wendy Eonni sudah bangun, kami langsung pulang. ... Iya, tapi Eomma, uangku sudah habis untuk bayar taksi berangkat ke rumah sakit tadi."

Yerim menghela napas. Menyimak instruksi yang diberikan Ibu untuknya. "Oke, jangan lama-lama," gumamnya lalu sambungan diakhiri. Dia langsung memasukkan ponsel ke saku mantel yang menghangatkan tubuhnya.

Sekali lagi, Yerim mengosongkan isi paru-parunya. Ibu akan segera menyusul ke rumah sakit. Jadi, dia hanya perlu menunggu beliau hingga datang dan setelah menyelesaikan administrasi, mereka akan pulang dan merawat Wendy di apartemen saja.

"Lapar," gumamnya sembari bangkit dari tempat duduk dan berjalan keluar dari area IGD yang sangat ramai.

Perutnya keroncongan.

Gadis itu baru saja teringat bahwa dia tidak sempat mengisi perut. Padahal, sebelumnya dia telah datang ke unit apartemen Wendy dengan sekantung makanan bergizi yang dia beli sendiri.

Bodoh sekali.

Kim Yerim merogoh kedua kantong celana jeans-nya. Ada uang seribu Won. Gadis itu memutuskan untuk mengganjal perutnya terlebih dahulu.

Dia melirik jam tangan. Jarum pendek menunjukkan pukul tujuh malam.

Sial.

Tenanglah, Kim Yerim. Tidak ada yang perlu ditakutkan.

Tak akan ada lagi hal menakutkan seperti yang dulu. Demi apapun, Kim Yerim, kau sedang berada di rumah sakit dengan puluhan orang di tempat kau berada sekarang. Kau tidak sedang sendirian dan...

Brukkk!

Lamunan Yerim buyar seketika saat dia menabrak sesuatu, seseorang lebih tepatnya. Lumayan keras karena Yerim hampir saja terjatuh. Untungnya, orang yang gadis tabrak itu segera menarik tubuhnya.

"Maaf," gumam pria dengan balutan pakaian formal itu.

Yerim membungkuk, menggumamkan kata yang sama lalu menatap pria itu sekilas. Tersenyum kaku padanya, kemudian melanjutkan langkahnya. Namun, baru saja dia berjalan tiga langkah, tangannya tiba-tiba saja ditarik. Kepalanya yang awalnya menunduk kontan terangkat. Menatap orang yang menariknya menjauh dari tempat itu.

JEON'S ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang