four

13K 1.7K 295
                                    

"Kemarin aku menonton film action bersama Mingyu Oppa. Keren banget! Ceritanya tentang mafia dan penjahat-penjahat yang saling berburu. Pemeran utamanya juga sangat tampan!"

"Lalu, bagaimana dengan Mingyu Oppa?"

"Di film action itu banyak adegan pembunuhan, jadi aku berpura-pura takut saja agar bisa memeluknya. Hehe!"

"Huuu! Dasar udang di dalam Jjampong!"

"Hehehe. Namanya juga kesempatan. Kapan lagi aku bisa dipeluk sama Mingyu-Oppa? Betul, nggak, Yerim?"

"Yerim?"

"Hei, Kim Yerim!"

"Hah??"

Kim Yerim terbangun dari lamunannya ketika mendengar Saeron dan Chaeyoung memanggil-manggil namanya. Sesungguhnya, sayup-sayup dia mendengarkan obrolan dua teman karibnya. Namun, gadis itu terlarut dalam lamunan tentang kejadian beberapa hari yang lalu saat di rumah sakit.

Ah, seandainya dua temannya ini tahu bahwa dia pernah mengalami hal mengerikan yang mereka bicarakan itu secara langsung.

Bahkan Kim Yerim melakukan kontak langsung dengan para penjahat seperti yang mereka obrolkan, mungkin dua temannya itu akan mati berdiri mendengarnya.

Gila saja, Yerim sepertinya sudah tidak waras karena telah berciuman dengan seorang pembunuh! Tidak hanya sekali saja, dia telah melakukannya dua kali!

Dalam hati, Yerim terus mengutuk sekaligus memberikan pembelaan atas perbuatannya itu. Mengutuk kegilaan yang bisa saja membahayakan nyawanya dan memberikan pembelaan karena hal tersebut wajar saja dilakukan sebab dia sudah ditolong oleh pria itu.

Terlebih lagi, lelaki yang disebut sebagai pembunuh terlatih berdarah dingin itu sangatlah tampan. Kalau Yerim boleh jujur, paras lelaki itu tidak pantas menjadi seorang kriminal, dia seperti pangeran saja.

Sebuah notifikasi pesan masuk berbunyi dari ponselnya bersamaan dengan dua teman karib yang sibuk protes karena dia tidak memperhatikan percakapan. Yerim sampai gelagapan sendiri. Bingung antara menjawab pertanyaan Saeron dan Chaeyoung atau membuka pesan tersebut terlebih dahulu.

"Tunggu, tunggu. Ada SMS," kata Yerim pada dua temannya itu sambil membuka kunci pada layar ponselnya.

Hoseok Oppa
Yerim, aku di jalan
menuju tempat Wendy.

Membaca SMS yang dia terima dari Jung Hoseok, Yerim segera memasukkan ponselnya ke kantong tas dan bangkit dari kursi taman kampus. Gadis itu lagi-lagi berhasil membuat Saeron dan Chaeyoung terheran-heran. Kali ini mereka tampak kebingungan dengan sikap Kim Yerim yang tidak seperti biasanya.

"Girls, aku duluan ya? Ada emergency."

Saeron mengerutkan keningnya. "Mau kemana? Dari kemarin selalu pulang lebih awal."

"Yup, jangan menggunakan alasan emergency, Kim Yerim. Memangnya kelasmu sudah selesai? Kami nggak menerima jasa penitipan nama di daftar presensi," timpal Chaeyoung.

Yerim menghela sejenak sebelum mulai menjelaskan pada teman-temannya. "Hei, kalian para perempuan tak pengertian, dengar. Tetanggaku sedang sakit. Lebih tepatnya, dia sedang mengalami traumatis. Aku nggak tahu apa penyebabnya. Sejak pulang dari kantor, dia tiba-tiba pingsan."

"Aku takut, kemungkinan terburuknya dia dirundungi oleh teman kerjanya. Kasihan, dia tinggal di Seoul seorang diri. Orang tuanya ada di Kanada. Besok dia akan pulang. Untung ada salah satu teman kantornya yang bersedia membantu," lanjutnya.

Mata Chaeyoung membulat. "Kanada? Orang asing? Apakah dia tampan?"

"Dia perempuan, bodoh," sahut Yerim kesal. "Lalu, dia juga keturunan Korea."

JEON'S ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang