03. Our Promise (2)

406 30 6
                                    

Hari ini perpustakaan istana terasa lebih ramai. Banyak prajurit serta sage yang berlalu-lalang. Petugas perpustakaan dikerahkan lebih banyak dari biasanya. Termasuk omega manis kita, Tetsuya ikut dalam pekerjaan ini. Bebal. Keras kepala. Licanna sudah menyuruhnya untuk istirahat. Tapi Tetsuya menolak.

Saat ini Tetsuya sedang menghitung jumlah buku yang dipinjam melalui catatan peminjaman. Agar pertugas tidak mengecek berulang kali. Dan membuang waktu sia-sia.

"Kuroko-san terimakasih atas hari ini, kau boleh istirahat.", Ucap kepala pengurus.

"Ah, iya. Terimakasih juga pak kepala.", Balas Tetsuya sambil membungkukkan badannya.

"Tidak, tidak, justru kami tertolong. Sudahlah cepat pulang dan beristirahat. Hari ini sangat melelahkan. Tapi besok lebih melelahkan, nee, Kuroko-san.", Kata Kepala pengurus dengan senyum lembut. Tetsuya mengangguk pelan dan pergi kembali ke kamarnya.

Hari ini tepat 3 Bulan dari peristiwa yang merenggut kepala keluarga Bangsawan kelas 1 dan 2 Bulan kepergian pasukan penyelidik khusus bersama dengan Pangeran Ollyvyan. Juga Akashi ikut ambil dalam penyelidikan ini.

Tanpa sadar Tetsuya mengelus lehernya. Panas. Tetsuya tidak pernah mengatakan kepada siapa pun lehernya terasa panas sejak Tatsuya menemukan tanda itu. Tanda itu. Berdenyut panas.

"Khhh...". Tetsuya merasa tubuhnya memanas. Rasanya seperti heat yang datang tiba-tiba. Untung lorong yang menuju kamarnya terbilang sepi. Dengan perlahan Tetsuya memaksakan kakinya melangkah.

Ia berjalan pelan sambil menempelkan salah satu tangannya di tembok. Tangan satu lagi ia menekan tanda itu dibalik choker. Bulir keringat menghiasi wajahnya. Sesampai pintu kamarnya Tetsuya langsung membuka kunci mantra yang baru—sebelumnya rusak karena entah siapa yang memaksa masuk—dan terbuka.

Buru-buru ia kembali merapalkan kunci agar pintu tertutup. Pecahan seperti kaca berwarna biru muda menyala berhamburan. Kemudian Omega kecil itu langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur queen size-nya.

"Hhhh... Khhh...", Desah Tetsuya. Tuburnya terasa panas, terbakar. Dengan sisa tenaga ia bangkit ke sisi ranjang. Membuka laci kecil. Dan mengambil sebuah herbal untuk tertidur. Dan memakannya. Tidak butuh waktu yang lama. Dirinya mulai terkantuk.

Sebuah jam pasir di atas laci itu menarik perhatian Tetsuya di ambang kesadarannya. Warna biru dan merah bercampur. Menyala. 'Indahnya....' batin Tetsuya sebelum benar-benar tenggelam dalam dunia mimpi. Merah. Rasanya teringat oleh seseorang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seorang anak kecil berkeliaran di koridor istana. Bosan. Hari ini perayaan panen besar. Ratu membuat pesta untuk seluruh rakyatnya. Semua bangsawan hadir di ballroom istana. Berdansa. Bergosip. Berkenalan. Membicarakan hal politik. Dan hal-hal lain yang sulit.

Bocah bersurai biru itu datang bersama orangtuanya, tapi orangtuanya terlalu sibuk dengan orang lain dan membicarakan hal-hal yang sulit dimengerti bocah itu.

Langkah kecilnya berjalan pelan melewati koridor yang sepi ini. Ia mengenakan setelan jas berwarna navy blue, dengan rompi bergaris-garis putih dan biru muda. Kemeja putih ia kenakan pita senada jasnya sebagai pengganti dasi. Celana pendek sebatas lulut serta kaus kaki panjang ¾ betis berwarna putih, tak lupa sepatu pantofel yang mini. Cukup membuat bocah itu terlihat sangat manis.

Banyak dari kenalan orangtuanya yang mengatakan dirinya terlihat manis. Tapi padahal dirinya itu seorang anak laki-laki. Dengan menggembungkan pipinya yang gembil. Ia kesal. Sebuah cahaya lembut menarik perhatiannya.

Bocah itu menoleh kesamping. Seketika mata biru bulat itu berbinar-binar. Lihat. Sebuah pohon yang cukup besar berhiaskan tamburan pecahan mantra berwarna-warni. Bagaikan lampu tidur yang Indah. Sinarnya tidak terlalu menyilaukan tapi cukup menerangi malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang