"Aku masih ingat bagaimana perasaanku ketika pertama kali kita memulai untuk saling berbicara "
•••"Tass..tasyaaa, buka pintunya"
Sudah hampir 10 menit clara mengetuk pintu kamar anaknya, namun tidak ada jawaban yang terdengar dari dalam kamar.
Sedari tadi tasya menatap pigura foto yang berada ditangannya sambil melamun, dan sesekali mengeluarkan air matanya. Tasya baru saja tersadar dari lamunannya setelah mendengar bahwa ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya, itu suara mamanya.
"Iyaa ma sebentar"
Dengan terburu-buru tasya menyeka air mata yang sedari tadi membasahi pipinya. Tasya langsung beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dengan air. Setelah itu tasya menuju pintu yang sedari tadi masih tertutup rapat, tasya yakin bahwa mamanya sudah menunggu cukup lama diluar.
"Kamu, mama panggil-panggil dari tadi ga ada suaranya. Kirain mama, kamu kenapa-kenapa."
"Maaf ma, tadi tuh tasya ketiduran. Ngantuk banget soalnya."
"Hm, yaudah kamu mandi dulu sana. Liat tuh mukanya kusut banget. Abis itu cepet-cepet turun buat makan siang. mama, ayah sama ka bagas tunggu di bawah "
"Okeeee, Siappp kapten.Tunggu-tunggu, mama masak apa hari ini?"
"Adadeh, yang jelas masak makanan kesukaan kamu."
"Serius? Asyikkkk. yaudah gih sana ma hussss."
"Oh jadi gitu, kamu ngusir mama? Kamu belum pernah jadi batu ya? mama kutuk jadi batu ulekan, mau?"
"Ih apaansi mah, udah gih sana bercanda mulu lagi. Kalo mama disini tasya kapan mandinya, katanya disuruh buru-buru"
"Oh iyaa, yaudahdeh mama turun. Ingettt, jangan lama-lama ya mandinya."
"Iyaa ma, udah tenang aja."
▪▪▪
Tasya masih bersyukur setidaknya walaupun ia sudah tidak lagi memiliki kekasih, namun ia memiliki sahabat yang bisa membuatnya lupa akan kesedihannya selama ini. Padahal mereka bertiga sudah berumur tujuhbelas tahun, namun sifat kekanak-kanakan masih melekat pada diri mereka. ditambah lagi dengan aksi tingkah konyol dua sahabatnya ini, mampu membuat tasya nyaman dan tidak lagi merasa kesepian. Walau terkadang, jika ia sedang sendirian kesepian itu mulai menyapa.
"Yah, pliss ya yah. Kali-kali gitu tasya nginep dirumah temen, masa setiap kali nadia nginep dirumah mira tasya gapernah ikut." rengek tasya, seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan oleh ayahnya.
Beginilah tasya, sebagai anak perempuan satu-satunya dirumah. jika ia ingin pergi kemana-mana, ia harus meminta izin kepada ayahnya. Sangat sulit memang untuk meminta izin ayahnya, ayahnya harus benar-benar tahu bahwa tujuan tasya itu baik dan tidak salah jalur. Seperti anak perempuan diluar sana yang rusak akibat pergaulan terlalu bebas, ayahnya tidak mau sampai itu terjadi kepada anak perempuan satu-satunya.
"Enggak, sekali ayah bilang enggak ya enggak"
"Yaampun yah, plisss yah plisss. Tasya ga macem-macem ko, suerrr." rengek tasya, jari telunjuk dan jari tengah tasya terangkat keatas membentuk huruf V.
"Jangan yah, jangan dibolehin. Palingan juga dya Pengen nongkrong sama masteng-masteng pinggir jalan"
Tasya menatap bagas dengan kesal. "Boong yah, jangan dengerin apa kata iblis. Yang ada itu lo, nongkrong dipinggir jalan sama tante girang haha"
"Panggil gue ka bagas! Yang sopan apa lo, sama kaka lo yang paling ganteng ."
"Idih, males banget gue dengernya. Lagipula, umur gue sama lo gabeda jauh. Cuma beda satu tahun doang wlee" ucap tasya, sambil menjulurkan lidahnya di depan muka bagas.
"Saaaaaa" tegur ayah.
"Iya yah, maaf. Tasya khilaf" ucap tasya, sambil menunjukan deretan giginya yang rapih.
"Kamu emang mau nginep dirumah mira kapan? Kesana naik apa? Yang nginep disana siapa aja?" tanya ayah.
Tasya menarik nafas dalam-dalam Sebelum menjawab pertanyaan dari ayahnya. "Tasya nginep dirumah mira hari libur yah. tasya gatau kapan, kita belom nentuin lagi. Tasya mau minta izin dari jauh-jauh hari supaya nanti tasya gaperlu minta izin lagi ke ayah. Kesananyakan bisa di anter ka bagas, tasya juga bisa sendiri ko kalo ka bagas gamau nganterin.Yang nginep dirumah mira cuma tasya sama nadia ko yah gaada cowonya, tenang aja. Jelas tasya, dengan panjang lebar.
"Hmmm.." gumam ayah, seperti memikirkan sesuatu.
"Gimana yah?" tanya tasya dengan cemas, ia takut jika ayahnya tidak mengizinkannya.
"Hhmmm..." sedari tadi ayah hanya bergumam tanpa memberikan jawaban, dan berpura-pura seperti seseorang yang sedang memikirkan sesuatu. Padahal, ia sengaja melakukan itu karena ingin melihat ekspresi putrinya yang sangat lucu, ketika menunggu izin darinya.
SABAR, batin tasya. "Ayah mah, jawab dong yah buruan." rujuk tasya, dengan tidak sabar.
"Hmmm, okee. Kamu boleh pergi."
"Ha? Seriusss? Yaampun ayah, makasih ya yah" pekik tasya dengan girang, ia langsung memeluk ayahnya dengan sangat erat.
"Tapiiii, ada tapinya" tegas ayah, membuat pelukan tasya sedikit melonggar.
"Apaa?" tanya tasya, dengan raut wajah yang sedikit cemas.
"Ayah mau kamu kesana dianter ka bagas."
"Oke, siap kapten" ucap tasya, sambil menunjukan deretan giginya yang rapih dan mengangkat tangan nya diatas kepala, membentuk hormat.
"Bagas, lo mau kan nganterin gue?." tanya tasya, kepada bagas yang sedari tadi sibuk dengan makan siangnya.
"Kalo lo gamau manggil gue pake sebutan ka, gue ogah nganterin lo."
"ka bagas kakanya tasya yang paling ganteng. Mau kan nganterin adenya yang imut bin unyu ini." ucap tasya, sambil memutar kedua bola matanya.
"Ga,ah" ucap bagas, sengaja menggoda tasya
Tasya melirik ayahnya, berharap bahwa ayahnya sedari tadi mendengar percakapan ia dan bagas. "Ishhh, ayaaaaahh. Kabagas nya nih yah."
"Gassss..." tegur ayah.
"Iya yah, bagas anterin." ucap bagas, dengan malas.
Clara hanya tersenyum, melihat kelakuan suaminya dan juga anak-anaknya. Beginilah kehangatan keluarganya disaat mereka sedang berkumpul bersama, dimeja makan.
▪▪▪
Tbc.
Waduuuuu Panjang juga ya😄
voment sangat dinanti.Salam,
ALF

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost The Love
Novela Juvenil#1 - TeenFiction. [SEGERA UPDET] ••• Ada rindu dibalik menunggu, ada harapan dibalik penantian. Seperti itulah takdir, memang terkadang terlihat kejam dan tidak peduli seberapa cepatnya kamu berlari, kenyataan akan terus mengejarmu sampai kau mau...