Hari Ulang Tahunku

133 7 0
                                    

Dihari ulang tahunku yang ke-15 tidak ada yang spesial, tidak mengundang orang orang kerumahku apalagi ada acara tiup lilin.

Hanya saja dihari ulang tahunku ini aku terus tersenyum tanpa henti, bahkan ayahku melirikku dengan tatapan jijik seolah olah ingin berkata

"Bisakah kau hentikan senyummu itu ?, dasar anak yang tak berguna" mungkin ayah akan berbicara kepadaku seperti itu

Tapi aku tak peduli, tapi kemudian ayah memberiku sesuatu

"Ini hadiah untukmu" ayah memberikan sebungkus kotak kecil padaku, aku senang sekali.

Jadi karena aku terlalu senang, aku langsung mengambil hadiah dari ayah dengan kasar dan pergi. Samar samar aku mendengar ayah berkata

"Dasar anak tidak tahu sopan santun, akan ku pukul kau nanti" yah, aku tak peduli toh sekarang aku sedang berfokus pada kotak kecil yang ada digengaman ku.

Aku segera membukanya dengan cara dipaksa, lalu aku melongo setelah melihat jepit rambut bunga mawar putih. Mawar putih adalah kesukaanku..

Putih.... bersih... kesuciaan...kepolosan

"Kepolosan ?" Tak kusadari kata kata yang kupikirkan terlontar keluar, ah..

"Kau ingin makan cake tiara ?" Aku menatap ibu dengan tatapan datar. Lalu aku mulai memcerna perkataan ibu, tapi..

"Kau... ingin makan... cake Tiara ?" Aku hanya bisa mengulangi perkataan ibu, lalu karena aku menyadari hal itu. Aku menundukan kepalaku.

"Nah ayo kita keruangan makan.." ibu tidak mengengam tanganku atau tidak melakukan hal yang lain, ibu berjalan senderian keruang makan tanpa peduli dengan diriku.

Aku tetap menatapi jepitan rambut mawar putih itu, lalu berjalan menyusul ibu.

Diruang makan aku tak melihat ayah, tidak apa apa justru aku senang, lebih baik ayah tidak ada dirumah, karena jika ayah dirumah ayah akan memarahi ibu.

Aku cuma memandang cake buatan ibu, aku tak berniat untuk memakan cake itu. Aku terus terusan memandang jepit rambut

"Ayolah Tiara, kau harus makan" ibu menyendokan sepotong cake kearahku. Tapi aku tak merespon, aku tetap memandang jepit rambut pemberiaan ayah.

"Hah baiklah kalau begitu" ibu menghela nafas panjang, kemudian beranjak pergi dari meja makan entah kemana.

Aku sendirian diruang makan, karena bosan aku menyedok sepotong cake kemulutku dan mulai mengunyahnya.

Rasanya manis, ada selai coklatnya yang lumer dimulut tapi rasanya sedikit gosong. Ah iya, coklat mengingatkan ku pada sesuatu

Coklat... lumpur...kotor

"Kotor, aku tak suka" aku mendorong piring cake itu menjauh dariku, kemudian aku berlari kearah kamarku.

Berlari menjauhi hal yang tak kusuka dan berjuang untuk hal yang kusuka

Ya apa kabar para pembaca ?, cerita ini author lanjutin untuk kalian yang sempurna dalam hal mental. Author sengaja bikin cerita model ini, untuk mengajari kita selalu bersyukur apa yang telah kita miliki

Dan soal omongan Tiara yang melantur, itu emang pengalaman author sendiri. Author pernah liat ada anak SLB, katena rumah author dekat dengan sekolah anak SLB

Waktu pulang sekolah ada anak SLB yang jegat author menuju rumah dia ngomongya rada ngelantur gitu. Saya pikir dia sedang menjelaskan sesuatu yang ada dipikirannya

Lebih tepatnya dia tertarik pada satu objek kemudian berfikir objek yang fisiknya yang sama seperti objek pertama yang ia tertarik.

Ya semoga kita berjumpa di chapter berikutnya. Mohon tinggalkan jejak anda setelah membaca cerita. Karena suara anda sangat membantu saya 😇

Kisah Tanpa NamaWhere stories live. Discover now