nine

22 5 0
                                    

_______________

"Iya cocok banget" ucap afina pelan dan berusaha menutupi rasa sakit hatinya,

"Gue tau lo sebenernya sakit hati saat gue bilang gitu"

Afina berhenti berjalan, sedikit kaget mendengar ucapan Sergio, oke kenapa dia bisa tahu?

"Eng-- hah? Sok tau lo!" Afina menyangkal ucapan Sergio tadi, bisa bisanya dia tahu hal ini. Tapi sayangnya, Sergio bukan anak kecil yang bisa dibohongi. Bukan.

Sergio menatap Afina dengan tatapan yang sulit sekali Afina artikan.

'Gue tau, gausah nyembunyiin ini dari gue. Gue bakal bikin lo bahagia' kini hati Sergio yang bersuara.

"Oh ya?" Goda sergio dengan tampang yang menjijikkan seperti ingin di gaplok.

Afina tak bergeming, masih fokus dengan jalannya. Afina tak membayangkan jika Sergio harus tau semua ini, ini bahkan sudah menjadi rahasia yang sangat ia sembunyikan. Kecuali Keyla yang mengetahuinya.

"Aduh..." Afina mengusap dahinya yang terasa nyeri saat ini. Karena sibuk melamun, Afina tidak memperhatikan sekitarnya.

Sergio yang setia berada di sampingnya pun terkekeh. Lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Afina. Dalam jarak sedekat ini, Afina merasakan hembusan nafas Sergio yang terasa menggelitik diwajah. Entah apa ini, Afina menahan nafasnya merasakan jantungnya yang berdetak kencang.

Saling menatap mata pun tak terelakkan, Sergio menggangkat tangannya ke udara, lalu...

"TAI KEBO SERGIOOOOO!!" Afina mengejar Sergio yang sudah melesat menuju kelas. Afina menyumpah serapahi sergio dengan berbagai umpatan, karena Sergio menyentip dahinya yang sedikit benjol tadi dan membuat jantungnya sakit. Karena berdegup kencang.

"HEH, SINI LU! GUE HAJAR LU" teriak Afina di dalam kelas dan masih mengejar Sergio yang gesit. Ia melipat lengan bajunya, lalu berlari tak kalah gesit. Dirinya dan Sergio menjadi tontonan gratis di dalam kelas.

Afina memutar otak, "aduhh" afina mengeluh dan sedikit membungkuk memegangi perutnya.

Benar saja, Sergio menoleh kebelakang, lalu berlari menuju Afina yang terlihat kesakitan.

"Heh, kenape lu hah" tanya Sergio dengan wajah tengilnya, padahal mah dihatinya sudah khawatir tak karuan.

"Nah lu kena!, hih awas lu huuhhh sebel gue sama luu!" Seru Afina sambil memkuli Sergio, menjambak, mencubit dan menginjak kaki Sergio.

"Aduh aduh, ampun fin, dasar lu ye mainnya gini duh fin" keluh Sergio dengan menyilangkan tangannya di atas kepala sebagai tameng.

"Hih, sekali lagii gue gampar lu!" Ucap Afina lalu berjalan menuju mejanya.

"Dasar mak - mak gilaa!" Gumam Sergio dan masih bisa didengar oleh Afina.

"Ngomong apa lu!?" Teriak Afina sekali lagi.

"Apa!?" Teriak Sergio tak kalah nyaring, sambil mendelik kearah Afina dan Afina menatap Sergio sengit.

****

"Oke, anak anak terimah kasih." Ucap Bu Tika lalu berjalan menuju pintu kelas untuk keluar, "oh ya, Afina ikut saya sebentar" lanjut Bu Tika sambil berbalik menatap Afina.

Afina membawa tumpukan buku dari perpustakaan, perintah Bu Tika tadi. Bu Tika menyuruhnya mengambil buku di perpus untuk di serahkan ke Dilla, rival Afina-- lebih tepatnya saingan Afina.

Karena belum jam istirahat, Afina memutuskan untuk ke kelas Dilla, dia  melengokkan kepala mencari Dilla di kelasnya. Tidak ada tanda tanda Dilla ada di sana.

"Kak Han, kak Dilla kemana ya?" Karena Afina mencari di dalam kelas tidak ada, ia memutuskan bertanya pada teman sekelas Dilla yang ia ketaui namanya kak Hani.

"Hmm" gumam Kak Hani berfikir, "lo cek aja di musholla fin, mungkin ada di sana" lanjut Kak Hani.

"Okedeh kak, makasih ya" ucap Afina berterima kasih, dan dijawab senyuman oleh kak Hani.

Afina buru-buru ke musholla, menemui kak Dilla untuk menyerahkan buku buku yang tadi ia pegang, dan itu berat banget asal kalian tau.

Baru saja Afina menginjakkan kaki di halaman musholla, Afina melihat pemandangan yang kurang tidak mengenakkan dimatanya. Abdilla dan Dilla, makin hari makin nempel kayak perangko.

Afina menarik nafasnya, lalu berjalan ke arah Dilla yang sedang mengobrol dengan Abdillah dengan beberapa kertas di tangan Dilla.

"Em, kak Dilla?" Panggil Afina, bukan Dilla yang menoleh ke arah Afina, namun Abdillah yang menoleh ke arahnya, setelah itu Abdillah menyenggol lengan Dilla. Barulah Dilla berbalik ke arah Afina.

"Iya kak sama-sama, saya pamit dulu. Nanti kakak di suruh ke Bu Tika katanya." Pamit Afina, lalu berlalu sebelum menutup pintu musholla, Afina menoleh kearah Abdilla yang sedang menatapnya saat ini. Dengan cepat Afina memalingkan pandangannya. Dan berlalu menuju kelas.

Vote comment eaa:) telimakasih. Btw, minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir batin:)



Pieces of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang