Naomi 22

5.3K 550 28
                                    

Gimana cover barunya? ada yang ngeh?

**

Naomi membuka matanya dengan berat. Ia mengerjapkan matanya dengan pelan karna masih belum terbiasa dengan sinar yang masuk melalui matanya.

"Akhirnya lo sadar juga." Ucap Laras.

"Gue dimana?" Tanya Naomi.

"Di rumah Refan."

Naomi langsung duduk mendengar ia berada dimana dan tersadar jika ia pingsan ketika mendengar berita tentang Ervin. Sungguh ia mencemaskan Ervin sekarang.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya?" ucap Naomi memelas pada Laras, Refan dan ibu Refan yang Naomi yakini juga ikut khawatir ketika Naomi pingsan tadi.

"Lo makan dulu ya? Ini udah siang, lo pingsan lama banget gue sampe khawatir. Makan dulu biar lo nggak ikut sakit."

"Nggak mau, Ras. Gue mau liat Ervin." Ucapnya sambil menangis.

"Iya tapi setelah lo makan ya? Kalau nggak, gue nggak bakal kasih Refan anter lo ke rumah sakit."

Mau tidak mau Naomi memakan makanan yang disediakan ibu Refan dengan cepat bahkan ia tidak mengunyah sampai tiga puluh dua kali yang dianjurkan dokter.

"Jangan buru-buru nanti keselek, nak." Ucap Ibu Refan.

Setelah makan, Naomi bergegas mengajak Refan dan Laras pergi ke rumah sakit. Tidak lupa ia meminta maaf dan berterima kasih pada ibu Refan karna ia merepotkan ibu Refan ketika ia pingsan.

Naomi berdoa sepanjang perjalanan agar Ervin tidak terjadi apa-apa.

"Emang keadaannya parah banget ya?" Tanya Laras pada Refan.

"Lumayan. Yang tadi aku denger tulang kaki, tulang hidung dan banyak memar yang perlu ditindak lanjuti lagi."

Naomi yang mendengar itu semakin menangis. Ia tidak tega dengan Ervin jika Ervin harus semenderita itu. Naomi ingin sekali mengomeli Ervin. Kenapa ia begitu baik menolong sepupunya? Kenapa ia tidak menelpon polisi dari awal? Jika ia menelpon polisi dari awal mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini kan?

"Terus gimana sama sepupu Ervin?" Tanya Laras lagi.

"Sonny dibawa sama polisi buat diperiksa. Ervin kan Cuma korban jadi sebenarnya Cuma butuh informasi dari Ervin apalagi keadaan Ervin parah jadi polisi Cuma amanin Sonny dan Bandar narkoba berserta antek-anteknya. Kita doain aja Ervin nggak kenapa-kenapa."

Naomi diam saja. Tidak menjawab, pikirannya penuh dengan Ervin. Mengapa Ervin begitu ceroboh dan sok-sokan berantem dengan Bandar narkoba yang sudah pasti badannya lebih besar dari dia. Kenapa juga ia harus yang menjadi korban disini?

Tidak lama, mereka sampai di rumah sakit bagus yang ada di Jakarta, Naomi berharap Ervin tidak semakin parah cukup tulang-tulang yang patah ia tidak ingin apapun terjadi lagi pada Ervin.

Naomi berlari mengikuti langkah Refan yang terburu-buru juga. Naomi yakin Refan juga sangat khawatir dengan Ervin biar bagaimanapun Ervin adalah sahabat kepompong Refan.

Sesampainya di ruang rawat Ervin, Refan membuka pintu. Jantung Naomi sudah berdetak lebih cepat ia takut sesuatu buruk terjadi pada Ervin.

Nihil. Kamar itu kosong.

"Kok kosong, Fan?" Tanya Laras.

"Aku nggak tau. Tadi pagi pas aku pulang Ervin disini. Sebentar aku Tanya suster."

Refan keluar dari ruangan itu sedangkan Naomi sudah terduduk di lantai, ia tidak bisa berpikir lagi. Laras memeluk dan mencoba menenangkannya.

Refan kembali dengan wajah yang sudah tidak bisa ditebak. Naomi berdiri ketika melihat Refan. "Gimana? Dipindah ke ruangan mana?" Tanya Naomi.

NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang