first

52 5 0
                                    

Nath_asya:gue gak pernah ngerasakan yang namanya cinta. Well bukannya gue gak ada yang naksir ya. Gue cuma...

"NANAAAATTTT" teriakan itu berasal dari ruangan berwarna maskulin menenangkan hati berisi kakak gue yang paling-paling minta beliin cemilan, ya cemilan yang dijadiinnya obat melek ngehadepin setumpuk pekerjaan kantornya dan entah kenapa cemilan yang notabene junkfood itu tidak mempengaruhi bentuk tubuhnya tidak seperti gue yang dikutuk gendut bila junkfood itu masuk ketubuh ini.

"I'm coming" ucap gue sambil mengsave diary tadi dan mematikan uca laptop kesayangan

Dalam sekejap aku datang menghampiri kakakku dan bertanya "ad...."

Kakakku langsung menyerobot kata-kataku dengan memberiku uang dan berkata "adek nata sayang beliin kakak cemilan dong ntar dapat komisi lo"

Baru saja aku akan membalikkan badan kakakku sudah berkata lagi "jangan lama ya, ntar komisinya berkurang lo" ucapnya dengan senyum mengerikan.

Aku hanya mengangguk dan keluar rumah menuju kewarung.

"Huuuh panas buanget, mana pakai lengan pendek cokelat deh tangan ku" sambil menjauhkan tangan kesayanganku dari sengatan sinar matahari.

Dengan cekatan aku melompat di depan warung itu "Akhirnya sampai, maaf ya ta...." aku terlonjak menghentikan kata kataku karena tepat didepanku berdiri seseorang yang gak kukenal tengah tersenyum nyengir. Apa karena aku melompat tadi please deh itu perlindungan diri.

"Stop ini bukan konyol, ini kelakuan wajar seorang gadis terhadap sengatan matahari. Kamu hidupnya abad keberapa sih primitif amat" ucapku kesal

Lelaki itu hanya tersenyum mengejek dan makin membuatku jengkel.

"Apaan sih nih bocah senyum sendiri aneh" aku membatin sambil membalas dengan tatapan mengerikan, namun lelaki itu malah makin menatap dengan senyuman aneh ke arahku. Aku pun segera berpaling membeli cemilan-cemilan kakakku, namun lelaki itu mengekoriku dan membuatku semakin jengkel.

"Harus diberi pelajaran nih orang" ucapku didalam hati.

"Hh...." belum sempat berkata lelaki itu langsung menyerobot kedepanku sambil senyum-senyum.

"Ini satu bi" kata lelaki itu didepanku. Punggungnya hanya terpaut beberapa senti dari wajahku. Hidungku mencium bau parfum lelaki itu dan seketika pipiku bersemu

"Ini kembaliannya terima kasih" penjaga warung itu membalas dan tiba tiba menanyakan hal kepadaku yang membuatku kaget karena terlalu fokus dengan punggung lelaki aneh itu, "nata, mau bilang apa tadi"

"Aduuhh gimana nih uang cuma seribu mau alesan beli apa" aku membatin dengan wajah memerah, "hmm oh ini sisa uang tadi beliin permen aja deh" Alasan terbaikku agar tidak ketahuan memperhatikan lelaki itu.

Wajahku memerah karena lelaki itu tersenyum mengejek, cepat cepat kugerakkan kakiku bergegas pulang untuk menetralkan kembali emosiku, "bocah menyebalkan orang mana sih, pokoknya aku benci buaaangeet sama dia" dengan suara samarku.

Tiba tiba
"Nata..." ucap lelaki itu...

Langkahku terhenti dan seketika wajahku kembali memerah "Arrrrggghhh...why my face? Red? Why? Gak peduli dengan dia terus jalan Natasya Naviqha Aulan" sambil terus melangkahkan kakiku.

Namun...
Aku mendengar suara seseorang mengekoriku. Dengan sigap aku mempercepat langkah kakiku. Tetapi tetap saja lelaki itu mengekoriku entah apa yang diinginkan lelaki itu denganku setelah membuatku aneh.

Aku merasa tidak nyaman dan langsung membalikkan badanku dengan penuh amarah membuat lelaki itu kaget dan menabrakku, aku yang tak dapat menghindar lagi akhirnya oleng. Tetapi dengan sigap lelaki itu menahanku. Aku dan dia saling menatap.

Aku kaget menatap mata lelaki itu dan merasakan sebuah ingatan kembali datang, ingatan saat aku kecil dulu. Ingatan akan bentuk tegas mata itu, warna cokelat pekat mata itu, bulu mata yang panjang nan lentik itu, dan alisnya yang tebal yang amat kusukai itu.

Mungkinkah dia???

Cause He's a Resent MenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang