fourth

30 3 0
                                    


Aku menghentikan tangisku, badanku gemetar terlonjak siap untuk teriak saat aku merasa ada yang menyentuh bahuku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Sejenak aku teringat film yang kutonton bareng kak poli hasil rekomendasi sahabat karibku wila, entahlah apa judulnya yang kutahu hanya film yang gak ada lucunya sama sekali dan membuat jantung ini meresmikan ketidakikutsertaan lagi dari sistem organ seorang Nata alias get out in my body, yang aneh lagi kak Poli teriak-teriak gak jelas saranghae psikopat oppa, menunjuk-nunjuk pembunuh yang ada difilm itu memang sih si psikopat oppa kak poli guantengnya ngalahin oppa-oppa koreaku tapi satu yang aku gak suka dan ngebuat aku ngundurin diri sebelum jadi fans psikopat oppa ternyata dia "pembunuh" seremkan!. Apakah psikopat oppa tahu aku ngebenci dia? Astagaaa...

"Nata..." ucapnya membuyarkan lamunanku.

Tubuhku semakin bergetar aku takut sangat sangat ketakutan over scare, aku sayang ayah, ibu, kak poli. "Nanat, kalo ada yang macem-macem sama kamu, tendang aja dia terus kabur!" Ucapan kak poli yang kuingat selalu dalam sanubariku. "Ahaaa, tendang" ucapku dalam hati.

"Nata...nga.."

"Hiiiiiaaaaaaattttt"

"A...du..uh apa-apaan sih lo nat, gue davi" ringisnya akibat tendangan mautku yang spektakuler maklum mantan atlit taekwondo.

"Davi" tanya batinku, kubuka perlahan mataku dan ternyata sosok berpakaian serba hitam ini adalah cowok nyebelin yang sok kegantengan pokoknya rese banget. "Lo ngapain disini?" Tanyaku setengah jengkel dan masih diikuti rasa takut.

"Haha...seharusnya gue yang nanya elo, kenapa lo disini sendirian tengah malem gak takut anak perempuat lagi?" tanyanya balik membuatku skakmat brow.

"Apa hubungannya sih sama lo, gue cuman pengen nyari angin seger doang tadi abis hangout bareng temen gue. Oh ya bukannnya lo baru pindah disini kok berani banget jalan sendiri gak takut nyasar" ucapku kesal.

"Disini gak ada yang berubah dari dulu ya?" Tanyanya sembari melihat sekeliling.

"Apanya gak ada yang berubah? Siapa dia? Jika benar kenapa tak jujur." Aku terdiam mencoba mencerna apa yang diucapkannya, aku hanya teringat bocah lelaki yang tampan beralis tebal yang selalu datang untuk bermain sepanjang hari denganku.

Entahlah mungkin hanya kebetulan...

Cukup lama kami terdiam, davi hanya tersenyum senyum melihat sekelilingnya.

"Dav? Lo kok keliatan aneh gitu?" Tanyaku

"Lo ingat gue gak nat, gue kangen lo. Ini tempat yang sering kita datangi bersama terutama saat kita bolos sewaktu SMA" batin davi.

"DAV! GUE NANYA SAMA ELO. HELLOW?" Ucapku dengan nada tinggi yang membuyarkan lamunan davi.

"Gak usah teriak juga nat, lo nanya apa tadi?" Tanyanya dengan muka tak bersalah yang makin membuatku jengkel.

"Malas banget ngomong sama lo!, gue mau pulang cape" ucapku kesal.

"Pulang sama siapa?" Ucapnya dengan mimik wajah tak tahu menahu dengan ajakannya tadi.

Haaaa? Nyebelin! Rese!!!
Kalau bukan lo nemuin gue tengah malam sebatang kara kedinginan didepan kafe yang gelap ini, fix detik itu juga gue kubur hidup hidup lo! I kill you DAVI.

Cause He's a Resent MenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang