Cerita Gore.
Sudah seminggu aku pindah ke rumah adik ku. Dia meninggal dua minggu lalu karena pembunuhan sadis yang dilakukan oleh sosok misterius yang didugah berada dekat rumahnya. Adik ku tinggal bersama anak semata wayangnya, Tisha. Anak itu berumur dua belas tahun dan aku menggantikan adik ku untuk menjaga dan merawatnya. Tisha bisa dikatakan anak yang sangat pendiam dan jarang sekali bergaul di luar rumah. Aku menawarkannya untuk tinggal bersamaku di kota tapi dia tidak mau karena alasan anak itu ingin tinggal bersama semua kenangan tentang ibunya dan aku pun mengerti itu. Ku putuskan untuk merawatnya dan tinggal sementara di rumah lama mereka sampai dia bisa merelakan untuk pindah ke rumah lain.
Beberapa hari ini terjadi pemadaman bergilir di tiap desa. Terkadang kami kehabisan lilin karena pemadaman jangka panjang di malam hari. Malam ini untunglah tidak ada pemadaman jadi aku bisa tidur tenang. Aku berjalan menuju ke dapur untuk mengambil segelas air yang selalu ku sediakan di kamarku maupun di kamar Tisha. Lampu ruangan itu sangatlah remang dan hal itu membuatku berniat untuk menggantinya.
Kriet....
Suara aneh apa itu? Suara itu berasal dari dekat lemari penyimpanan alat potong. Dengan ragu aku berjalan mendekat untuk mengecek apa yang ada di situ.
"Tisha.... Kamu di situ nak?" panggilku mencoba memastikan apakah anak itu berada di situ.
Aku berjalan pelan-pelan menuju ke bagian itu. Seperti ada yang aneh dari tempat itu dan benar saja, pintu lemari penyimpanan pisau terbuka. Aku semakin takut melihat hal itu. Tiba-tiba tanganku ditarik dari belakang dan membuatku kaget.
"Aaa..." jeritku.
"Bibi, ini aku." ujar gadis itu.
Aku dengan cepat memeluknya. Semua kekonyolan ini membuatku takut. Seperti ada yang aneh saja dengan tempat ini.
"Ayo tidur bibi. Ini sudah malam." ajak gadis itu.
Tisha pun akhirnya mengantarku menuju ke kamar untuk beristirahat setelah itu gadis itu pergi keluar dan langsung menuju kamarnya. Aku pun langsung beristirahat.
Keesokan harinya aku langsung pergi ke tokoh terdekat dan mencari balon lampu yang bagus cahayanya. Aku mengganti lampu bagian dapur sehingga kejadian seperti kemarin malam tidak terulang kembali. Saat aku kembali ke rumahku terlihat Tisha sedang duduk dan melamun di bagian pinggiran danau yang tak jauh dari rumahnya. Anak itu sesekali melemparkan baru ke air.
"Mungkin ia sedag memikirkan ibunya." batinku.
Aku pun berjalan terus menuju rumah namun bertemu dengan salah seorang tetangga yang berpapasan. Dia terlihat takut dan begitu khawatir. Namanya nyonya Betrice, orang yang memiliki ternak besar yang rumahnya hanya beberapa meter dari rumah kami.
"Ada apa nyonya? Kelihatannya anda sedang cemas." tanyaku penasaran.
"Apa kau tahu? Pembunuhan berantai itu terjadi lagi, Jane. Beberapa bulan lalu Harmet sang empunya bengkel sekitar sini meninggal tragis dan beberapa minggu lalu disusul oleh adikmu Jinar setelaah itu tadi pagi ditemukan jasad pak Parkin yang meninggal tragis di kandang domba milik ku dengan luka tusukan serta jarinya yang di potong. Aku sangat takut Yosela. Aku takut." jelas wanita setengah paruh baya itu.
Ini memang benar-benar gila. Aku harus membawa Tisha keluar dari kota ini karena kalau tidak kami akan menjadi korban selanjutnya dari pembunuhan itu. Aku berlari menuju danau dan meninggalkan nyonya Betrice untuk menjemput Tisha dan pergi dari desa ini namun gadis itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Ku berlari dengan cepat menuju rumah dan mengecek kalau anak itu ada di rumah.
"Tisha! Tisha!" seruku mencari anak itu namun aku tidak mendapatkannya.
Aku berlari menuju kearah dapur untuk mencari sosok anak itu.
"Tisha!!!" panggilku.
"Aku di sini bibi Jane."
Gadis itu kemudian muncul seperti kemarin, dari arah belakangku. Namun kali ini dia memegang pisau dan tersenyum dengan raut yang misterius.
"Kenapa kau mencariku?"
"Tisha! Apa yang kau lakukan dengan pisau itu?"
"Pisau?" tanyanya. "Ini mainanku, bibi Jane. Apa kau tidak mau bermain bersamaku?"
Ini benar-benar gila. Anak itu... apa yang telah merasukinya? Jadi selama ini ia adalah dalang dari kasus pembunuhan tiap orang. Ini benar-benar bodoh sekali. Ia berjalan mendekat kearahku hingga aku harus mundur.
"Semuanya benar. Akulah pembunuh yang sebenarnya. Aku bukanlah Tisha yang kalian bayangkan karena namaku adalah Yalena, diri yang lain dari Tisha. Tisha memanglah anak yang baik tapi aku tidak ingin sepertinya. Aku sengaja membunuh adiku karena ia telah mengetahui diriku. Dia bahkan mengusirku dari tubuh anaknya dan menurutku itu hal yang konyol karena aku bukanlah jiwa yang merasuki tubuh anaknya, aku adalah kepribadian lain anaknya. Dan sekarang aku akan membunuhmu."
Dia berlari menuju arahku, aku mendadak tersandar ke arah dinding. Dia menusuk perutku dengan pisau itu kemudian mencabut dan menggores ke wajahku.
"Aaa..." jeritku karena perih.
"Sakit? Itu baru permulaan." ujarnya sambil tersenyum.
Aku berlari namun kakiku tersangkut pada sesuatu sehingga aku jatuh tersungkur dan terhempas ke lantai. Kepalaku membentur benda yang sangat keras sehingga kepalaku pusing sekali. Penglihatanku mendadak buram dan semuanya hilang....
Erghh....
Aku meracau tak jelas. Saat ini aku sedang berbaring di tempat tidurku, tunggu... apa yang terjadi? Aku segera mengecek perutku serta wajahku tapi... tidak ada. Jadi? Semuanya ternyata hanya mimpiku.
"Yang tadi hanyalah mimpi ternyata." gumamku
"Mimpi yang akan menjadi kenyataan."
"Aaaa!!!"
"Selamat tidur bibi, semoga mimpimu indah."
Kalimat terakhir yang dia ucap yang masih sempat ku dengar setelah jantungku telah ditikam dengan pisau yang ada di tangannya.
TAMAT.
![](https://img.wattpad.com/cover/113705725-288-k525973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Careful with Little Things
ContoYang kami sampaikan adalah... hati-hati dengan hal-hal kecil di sekitar kalian. Apapun bisa merenggut segalanya. ... Dalam buku ini ada 3 cerita Creepypasta yang disusun oleh Kelompok 2.