Ramadhan dan Syawal

1.2K 49 12
                                    

Di suatu malam yang gelap ditaburi oleh bintang-bintang bersinar serta di iringi angin lembut meniup kencang hordeng kamar utama yang dihuni oleh sang ratu dan raja di Istana itu.
Tampak seorang nyonya besar berperawakan gendut dengan perut melendung kencang maju kedepan serta betis yang mengembang bulat hingga ke ujung kaki. Terlihat  sedang meringis di tepi ranjang nya, posisinya seperti kaki seribu yang apabila di sentuh akan menggulung bagaikan Ban kendaraan.

"Khokkk.....pyusss....khokkkk...pyuss" Suara dengkuran serak-serak menyebalkan sangat menggangu macan yang kini tengah bergulung diringi ringisan bak suara desisan ular.

Ibu muda berperut bundar itu melirik sebal suaminya yang sedang asik tertidur telentang memakan tempat dengan tangan terentang dan kaki yang sedikit melebar... Err mengangkang lebih tepatnya. Tanpa memakai baju, tangan terentangnya memperlihatkan kibaran bulu-bulu panjang yang terkadang menciptakan bau tak sedap. Sontak saja sang ibu hamil ingin muntah melihatnya.

Kata orang suaminya keren, tampan, mapan dan menggoda. Nyatanya? Lihat sekarang ia terlalu menjijikan untuk dipandang. Mulutnya sudah terbuka lebar menimbulkan suara gelegek seperti sedang kumur-kumur.

Lalu, Astaga!

"APISSS SUMPAH LO JOROK BANGET, GEDUBRAK...."  Laki-laki yang menjijikan tadi sudah mendarat mulus diatas lantai granit yang harganya cukup merobek dompet siapapun saja. Setelah meneteskan air liur diatas bantal membentuk pulau-pulau Sumatra dan Kalimantan.

"Ya Ampun yang. Apa gak ada kerjaan lain, selain nendang gue ke lantai?" Tanya si laki-laki menjijikan itu yang tak lain adalah suaminya.

"Sebenarnya malam ini gue tidur ama bini gue apa jelmaan kuda sih?" Gumam Apis.

"Lo tuh ya! Jadi lakik kok gak siaga banget sih!. Perut gue sakit nih. Ini kan hasil coba-coba elu kemaren!." Apis rasanya ingin melempar ribuan botol parfum koleksi istrinya dan menjejalkkannya kedalam mulut istrinya.

Bagaimana bisa istrinya berkata kalau dia tidak siaga? Jelas-jelas sedari tadi yang mengusap punggung si perut melendung itu siapa kalau bukan dia? Ia bahkan baru tertidur satu jam yang lalu.

Dan hei! Dia berkata hasil coba-coba? Dia kira ini ajang menggosok Minuman Ale-Ale.

"Sekarang bini gue yang HAWTTT ini maunya apa?" Sebagai suami yang cinta Istri ia harus banyak mengalah dan makan hati saja. Dari pada nanti akan jadi keributan panas yang berakhir dengan pergulatan panas sebab ini bulan Ramadhan juga sepertinya mau imsak. Mereka membutuhkan waktu lama kalau ingin bergulat.

"Perut gue sakit banget, Pis. Jangan-jangan pas lebaran dia mau brojol lagi." Apis mendekati istrinya dan duduk disamping istrinya, mengelus lembut purat bundar keras milik istrinya. Didalam ada jagoan ganteng titisan dia jagoan yang nantinya akan menjadi incaran para kaum hawa. Dan mungkin bisa menjadi generasi Boyband keren dimasa yang akan datang.

"Dedek... Ini Dady loh... Kalau mau brojol kasih kode. Biar ntar Dady HAWT mu ini siap siaga mengantar dedek menuju ruang operasi."

"Gue gak mau operasi begok!"
"Iyedah"

"SAHUR.....SAHUR......KEDUMPRANG...KERENTANG....PAKKPAKPAK..."

"TENGRENTENG RENTENG...SAHUR...SAHUR..." Teriakan nyaring di sertai suara berisik perpaduan antara barang dapur dan debuhan tangan menciptakan suara yang begitu melengking memekakakan telinga.

Itu semua adalah ide Kanjeng Meiris, seluruh penghuni Istana dikerahkan untuk membangunkan orang-orang sahur. Lebih tepatnya membangunkan dua insan yang apabila tidur akan sama-sama seperti kerbau! Sulit di bangunan dan malas bergerak seperti Ular Sawah.

Personil pembangun orang sahur terdiri dari Lola,Lia,Rima,Udin, dan Kanjeng Meiris tanpa Kanjeng Ratu.
Lola paling antusias membangunkan orang sahur padahal dia saja tidak sahur sebab hanya dia sendiri yang memeluk agama beda dari yang lain. Namun beda bukan berarti tidak bisa bersatu. Saling toleransi salah satu kuncinya. Dan saling menghormati serta saling menjaga satu sama lain.

Istriku Macan GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang