"Awww...ihh....arrghh.... Apis... Bangun..." Pela meringis menahan sakit yang mendera perutnya. Tangannya menggapai tubuh apis yang terletak jauh dari nya."Astaga... Arrghh... Nak tenang nak" Pela mengelus dengan sayang ke perut nya yang sedikit membuncit bermaksud menenangkan sesuatu yang terjadi di dalam sana.
Apis yang merasa ranjang nya sedikit bergoyang akhirnya membalikkan tubuhnya dan membuka sedikit matanya. Samar-samar ia seperti melihat seseorang yang duduk bersandar di kepala ranjang dengan mendesis-desis sakit. Terpikir sejenak bahwa ia sedang tidur di kamar nya dan berarti ia juga tidur bersama istrinya.
"Sayang..." Apis terduduk dan segera mendekat ke arah Pela yang kini bergelung sambil memeluk perutnya. Perasaan cemas kian melanda Apis, ia berpikir mungkin saja Pela akan melahirkan saat ini.
"Sayang,ada apa? Kamu mau melahirkan?" Apis mulai panik, tubuhnya sudah berkeringat dingin. Apalagi melihat wajah Pela yang begitu memucat.
Pela menggeleng lemah."Mereka bergerak" bisik Pela dengan lirih.
Apis berpikir dengan keras, bagaimana bisa bergerak memangnya mereka sudah besar?
"Ini sudah berapa bulan,yang?" tanya Apis dengan menatap manik mata Pela. Ia bergerak meraih tubuh Pela ke dirinya, di peluknya dengan hati-hati kemudian satu tangannya sudah merayap menuju perut buncit Pela mengelusnya pelan seraya berkata,"kalian lagi ngapain sih,nak?"
Terbit senyum tipis dari wajah Pela ia tak menyangka bahwa kini ia akan menjadi seorang ibu dan sudah menjadi seorang istri. Tak pernah terbayangkan sedikitpun olehnya.
"Mungkin mereka lagi latihan pencak silat, yang" ucap Pela lemah yang juga ikut mengelus perutnya.
"Ck.. Garing banget sih candaan mu yang" Apis terkekeh mendengarnya.Di kecupnya puncak kepala Pela, sambil terus memeluk dan mengelus perutnya.
Keduanya terus mengelus perut buncit itu, kemudian berangsur- angsur si cabang bayi mulai tenang dan tidak bertingkah lagi. Pela yang sudah merasa tenang akhirnya berhenti mengelus kemudian ia mendongakkan kepalanya menatap Apis yang masih serius menatap perut buncitnya.
Merasa di perhatikan Apis pun menurunkan kepalanya. Pandangan mata mereka bertemu di tatapnya keseluruhan wajah Pela dari bentuk alis hingga bibirnya.
Oh... Bibir...
Sudah berapa lama rasanya Apis tidak mengecup bibir penuh itu?. Pastinya sangat lama sekali mungkin, semenjak kegalakan istrinya berada di atas rata-rata ketika istrinya itu dinyatakan positif mengandung.Pela pun ikut memandangi wajah suaminya, dari alis tebal nya bentuk matanya bulu matanya hidungnya hingga ke bibir nya. Terbesit sebuah pertanyaan di hatinya 'kapan terakhir bibir itu menyatu dengan bibirnya?'
Tanpa Pela sadari sejak ia memperhatikan keseluruhan wajah suami nya ternyata tangan lembutnya juga ikut menyusuri setiap lekuk wajah suaminya begitu juga yang suaminya lakukan terhadap dirinya.
Mereka masih menatap seakan saling memancarkan cinta dari kedua mata mereka masing-masing. Terus memandang seperti sedang saling mengungkapkan kata cinta melalui mata.
Entah siapa yaang memulai pada akhirnya kedua bibir itu saling menyatu. Hanya menyatu dan saling menempel tanpa ada pergerakan atau suara decakan pun tak terdengar.
Mata keduanya masih saling menatap dengan dalam tanpa ada niat menggerakan penyatuan bibir mereka. Hanya dengan saling memandang, mereka menjadi sangat terbuai tanpa mau melakukan hal yang lebih.
Lalu, sebagai lelaki yang kodratnya memimpin,menuntun dan memulai pihak wanita. Akhirnya bibir tersebut bergerak dengan lembut selembut kapas membuat pihak wanita menjadi melayang bagaikan burung lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Macan Galak
ContoCerita ini hanya hiburan semata... Menceritakan kisah memusingkan yang bertema kegalakan sang istri dan kecintaan sang suami kepada istrinya. Lalu dibumbui dengan kehebohan mertua, orang tua dan asisten rumah tangga. Terinspirasi dari hubungan teman...