3

1K 87 2
                                    

"Kok melamun?"

Mark terkejut. Suara seorang wanita membuyarkan lamunannya, "Huh? Siapa?" Mark menoleh ke kanan dan kiri.

"Aku disini." Mark merendahkan pandangannya dan menemukan sosok wanita yang tersenyum. ia mengenakan pakaian santai dengan rok jeans, wanita itu lebih pendek dari Mark. dan menurut Mark ia sangat manis.

Wanita itu mengeluarkan sebungkus roti dari tasnya, "Ini. Makan roti bisa sedikit meringankan beban pikiranmu." katanya sambil menyodorkan roti isi coklat pada Mark. Mark menerimanya, "Terima kasih.."

"Waah sunset sore hari memang menakjubkan! Ya 'kan?"
"Eh?"
"Walaupun melihatnya dari jembatan layang seperti ini hihi"
Mark hanya diam, "Haha.. iya."
"Kusarankan ya, sesekali lihatlah sunset disini biar antimainstream!"
"I-iya.."
"Wah, kau tidak banyak bicara ya.. kau pasti orang yang cuek sekali. Oh ya, namaku Bamie." Bamie menjabat tangan Mark. Mark sedikit terkejut tapi menerima jabatannya. "N-namaku Mark Tuan."
"Tuan? margamu keren sekali, kau pasti orang kaya!" ucap Bamie.
"Ah.. tidak mesti orang yang bermarga Tuan itu kaya."
"Tenang saja kok, aku bukan cewek matre. Tipeku itu orang yang pendiam dan nggak banyak omong. Oh! Mungkin saja kita bisa cocok kan??" Bamie tersenyum.

Mark terkejut, 'cocok?' apa ini kode? ada seorang wanita manis mengatakan kalau tipenya adalah pria yang seperti Mark.

"Hey Mark, apa kau mau menemaniku? aku ingin sekali makan es krim." ajak Bamie ceria.
"Hah? menemanimu? A-aku.." Mark gugup. Bamie tersenyum dan menarik tangan Mark, "Sudahlah ayo ikut saja!"
"Eeehh.!!"
Bamie terus menarik Mark untuk berjalan mengikutinya, Mark ikut saja karena ia juga ingin makan es krim seperti yang dikatakan Bamie. Mark akui ia agak lapar.

--

Jackson berjalan di pinggir kota. Ia masih berusaha keras mencari Mark, seharian dia belum mandi dan sekarang ia merasa lapar.
"Hah.. lapar sekali.. aku dari kemarin malam belum makan.." ucap Jackson lemas. Jackson sama sekali tidak membawa uang jadi disepanjang perjalanan ia hanya meneguk ludahnya sendiri ketika melewati deretan rumah makan dijalan yang dilewatinya.
"Samyang.. Ttebokki.. Dimsuuumm.." mata Jackson berbinar-binar melihat kumpulan makanan kesukaannya itu. Tapi semua tak ada artinya karena ia tak membawa uang. Jackson yang malang.

Jackson duduk diteras kafe(?) dengan muka ngenes ia mengelus elus perutnya.

"Paman makan ini."
Jackson menoleh ke asal suara. Anak kecil memberinya sekotak nasi.

Hening. Jackson terdiam. Ia berpikir, dirinya sedang duduk dengan keadaan kelaparan dan ada anak kecil dengan muka polosnya memberikan sekotak nasi padanya.. Jackson seperti..

'Seorang pengemis?!'

"HEI AKU BUKAN PENGEMIS!! BAJU RAPI MUKA GANTENG KAYAK GINI DISANGKA PENGEMIS?!" Teriak Jackson tidak terima namun anak itu malah menatap Jackson polos masih menyodorkan sekotak nasi padanya.

Jackson sangat tidak suka, harga dirinya langsung anjlok. Tapi perut Jackson tidak bisa menolak bantuan anak itu.
"Ishh.." Jackson akhirnya menerima sekotak nasi itu.

"Terima kasih.. nak." anjir! Jackson merasa benar-benar seperti seorang pengemis.

Anak kecil tadi tersenyum dan pergi dari pandangan Jackson. Jackson terus memandangnya.

Hati Jackson seketika luluh.
Anak itu mendorong kursi roda yang duduk seorang anak yang lebih kecil dari anak itu, kakinya tidak ada. Seperti sudah diamputasi.
Anak itu berhenti dibawah lampu pinggir jalan dan duduk disebelah kursi roda.

Anak itu mengadahkan tangannya, ia meminta.

Jackson bukan seorang pengemis. Tapi anak itu yang pengemis.

I am JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang