Pertemuan

50.3K 1.5K 66
                                    

Rizal Ayyashi.

Nama itu seperti mimpi buruk yang selalu datang bahkan saat aku tak terlelap. Berhari-hari aku tak bisa tidur dengan tenang, tak ada selera makan, bahkan selalu merasa ketakutan. Aku memang tak mengenal dia secara dekat. Karena mungkin jarak umur kami yang lumayan jauh. Seingatku dia teman main Bang Salman dulu, aku juga tak begitu tau bagaimana perangainya. Namun semua orang di kampung kami pasti tau siapa dia dan siapa keluarganya.

Rizal Ayyashi, putra bungsu dari Haji Fathurrahman Ghozali. Mereka di kenal sebagai keluarga yang cukup berada di kampung ini. Setauku keluarga mereka memiliki toko bahan bangunan di kecamatan dan sebuah ruko yang di sewakan. Selain itu,  masih ada rumah keluarga mereka yang tak jauh dari rumah Kak Muthia, tapi entah sekarang ini, apakah di tempati familly mereka atau di sewakan. Karena memang keluarga mereka tak tinggal lagi di kampung ini setelah kejadian memalukan yang di lakukan Rizal sepuluh tahun yang lalu.

Aku bahkan tak bisa mengingatnya dengan baik. Saat itu aku masih kelas satu Madrasah Tsanawiyah, ketika terjadi keributan yang menggemparkan seisi kampung. Yang ku tau dari kejadian itu hanya orang-orang yang sangat marah dan menghajar habis-habisan putra bungsu Haji Fathurrahman. Imbas dari kejadian malam itu, mereka sekeluarga pindah dan tidak tinggal di kampung ini lagi. Bahkan sampai saat ini tak ada satupun keluarga mereka yang pulang kemari. Setauku. 

Aku memang tak berusaha mencari tau apa masalahnya, aku juga tak tertarik bergosip pagi-pagi di tukang penjual sayur keliling. Tapi seperti biasa, sebuah kabar burung bisa dengan mudah sampai di telinga orang-orang karena memang kampung kami relatif kecil dan semua warga pasti tau siapa Haji Fathurrahman, selain itu semua orang juga nyaris tau tentang kejadian malam itu. Setauku.

Dari kabar yang beredar yang hingga kini masih saja di ingat warga, Rizal Ayyashi tertangkap berbuat zina dengan perempuan bersuami yang saat itu di tinggal suaminya pergi berlayar. Warga menggerebek rumah perempuan itu, dan mendapati mereka berdua sedang ada di kamar dengan keadaan nyaris telanjang. Mereka berdua -yang ku dengar sih cuma Rizal- di arak keliling kampung dan di adili di balai desa. Itu yang menyebabkan keluarga mereka di usir dari kampung. Yang menyedihkan, tentu saja nama baik Haji Fathhurahman tercoreng dan perempuan  pasangan zina Rizal di cerai suaminya. Ku dengar sekarang dia menjadi TKI di kuwait.

Tapi, jujur saja, aku masih saja bingung. Apa sebenarnya yang membuat abah akhirnya mau menerima lamaran dari Rizal. Apa karena uang? 

Bisa di bilang keluarga Haji Fathurrahman adalah keluarga yang paling berada di kampung kami. Kampung kami memang kecil, namun berdekatan dengan kota kecamatan. Adanya Universitas Ibnu Sinna yang tepat berada di jantung kota membuat perekonomian berdenyut cepat. Rumah-rumah kontrakan, tempat kost-kost mahasiswa, warung makan sampai restoran tumbuh bagai jamur di musim hujan. Itulah yang membuat toko bahan bangunan Haji Fathurrahman -yang merupakan satu-satunya toko bahan bangunan terbesar dan terlengkap di kota- tak pernah sepi dari pembeli.

Tapi, masa iya abah menerima menerima lamaran Rizal karena itu. Walaupun tidak bisa di bilang kaya, keluarga kami berkecukupan. Abah masih mendapat uang pensiunan PNS beliau setiap bulan. Selain itu kami juga masih punya beberapa rumah petak yang di kontrakkan. Seingatku Abah bersama Bang Salman dan Mang Arsyad -adik Abah- patungan untuk berinvestasi menanam jati emas di perkebunan di daerah Indramayu yang di sewa hak pakainya.  Jadi, intinya sih keluarga kami tidak kekurangan materi. Bahkan pekerjaanku sebagai guru Taman Kanak-Kanak -yang ku sebut pekerjaan impian- yang notabene bergaji kecil tak pernah di permasalahkan oleh Abah.

Jodoh Untuk NainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang