Gone

1.7K 152 22
                                    

Author's ::: Aurelia Christy

Genre :: Romance, Hurt, Comfort

Cast :: Jung Hoseok
Kim Taehyung
Lee Taemin (Shinee)
Kai (Exo)
Others Member

Pairing :: Vhope

Warning : FF ini menceritakan tentang kehidupan, cinta, persahabatan, dan cita-cita seorang Jung Hoseok. Hobie stand hayo merapat :D Ini merupakan fict yaoi, jadi bagi yang tidak suka yaoi jangan memaksakan diri untuk membaca. DON'T LIKE DON'T READ okey! Selamat membaca readers ^^

Aku memberanikan diri mendekat kearah kedua orang tersebut. Mereka masih berdiri berhadapan dan bibir mereka tampak saling bertautan, wajah mereka samar karena berdiri menyamping dari tempatku berdiri, wanita yang berbaju merah maroon dan seorang lelaki mengenakan coat agak kecoklatan. Tunggu dulu. TUNGGU DULU! Jantungku mempompa darahku 10x lebih cepat, aku harus memastikan pengelihatanku.

Benar. Benar. Itu dia. Itu kekasihku. ITU KEKASIHKU!!

Part IV

"Kim.. Taehyung.." aku mencoba menyebutkan namanya dengan suara bergetar, memastikan sekali lagi siapa namja yang sedang bercumbu didepanku. Aku berdoa ini bukan dia.

Seolah menyadari kehadiranku, keduanya melepaskan tautan bibirnya dan menoleh cepat kearahku. Wajah itu. Wajah tampan yang sangat kukenal. Wajah yang juga memancarkan keterkejutan yang luar biasa karena mendapatiku memergokinya berciuman dengan seorang wanita.

Benar itu kekasihku. ITU KIM TAEHYUNG!

Oh Tuhan, cobaan apa lagi ini. Kakiku terasa lemas, mataku memanas dengan cepat, aku refleks menutup bibirku. Menggertakan gigiku dengan kuat. Brengsek!!

Dengan sisa kekuatanku aku langsung berbalik, berlari menjauh dari tempat laknat ini.

Cukup Taehyung-ah!

CUKUP!!

Aku berhenti. Aku akan benar-benar berhenti sekarang. Mungkin ini harus kulakukan sejak dulu. Berhenti. Bagaimanapun usahaku menyamakan langkahku denganmu, aku tidak akan pernah bisa sejajar lagi denganmu. Aku bahkan tidak tau dimana salahku sehingga kau tega memperlakukan aku seperti ini. Kenapa kau setega ini, why? Kau benar-benar brengsek!!

Seandainya kau memberikan aku satu alasan saja yang bisa menjelaskan kenapa aku harus berhenti sekarang, mungkin hatiku tidak akan sesakit ini. Apakah aku sangat berdosa padamu sehingga kau menghukumku seperti ini, hah?! Jika ada kumohon katakan apa itu? Seandainya ada jalan lain yang bisa kupilih selain berhenti, mungkin aku akan memilih jalan itu, tapi kurasa ini adalah satu-satunya jalan terbaik. Aku berhenti menyakiti diriku sendiri yang begitu bodoh menantikan cintamu yang tak kunjung datang. Aku dan dirimu sudah terpisah oleh jurang yang dalam, tidak akan ada jembatan yang menghubungi kita berdua, aku memilih jalanku sendiri dengan berhenti mencintaimu.

Aku terus berlari.. berlari.. tidak berharap kau akan datang mengejarku dan mencoba menjelaskan apapun alasanmu berbuat seperti ini padaku, tidak.. aku tidak pernah mengharapkannya. Aku terus berlari hingga kaki terasa berat. Aku tidak sanggup lagi, aku berjalan tertatih sambil sesekali mengusap air mataku yang berjatuhan. Aku masih berjalan tertatih hingga tiba didepan rumahku. Aku bersandar pada tembok pagarku. Aku memukul-mukul dadaku mencoba mengurangi rasa sakit ini, kenapa begitu sakit ya Tuhan?

Aku benar-benar tidak siap dengan keadaanku sekarang, tak pernah terpikirkan sekalipun bahwa kau akan mencampakanku seperti ini. Dengan bodohnya aku menyaksikan kau mencium dengan hangat gadis itu, kau jahat Taehyung-ah, kau brengsek!! Entah berapa bulir air mata yang jatuh dari mataku saat ini, aku ingin berteriak tapi sudah tidak punya kekuatan, aku terlalu lemah karena kehilanganmu. Apa berhak aku katakan bahwa aku cemburu melihat kalian saling berciuman? Sedangkan aku sadar kau tidak menganggapku siapa-siapa sekarang. Aku hanyalah sampah dihidupmu, aku adalah anak yatim piatu yang hanya bisa menjadi benalu dihidup seorang aktor kenamaan sepertimu. Kenapa aku tidak pernah menyadari hal itu dari dulu?

"Aarrrrrgghhh!!!!" akhirnya teriakan frustasi lolos dari mulutku. Aku menarik rambutku yang sedari tadi sudah berantakan. Aku mengerang kesakitan. Hati ini sakit. Ini sakit. Ini lebih sakit daripada saat aku sadar kedua orang tuaku meninggalkanku, setidaknya sudah banyak cinta yang mereka berikan padaku, tapi kenapa saat aku memberikan banyak cinta pada kekasihku, balasan ini yang aku dapatkan? Kenapa Tuhan, kenapa?..

Aku tidak mengindahkan dinginnya udara yang semakin menusuk kulitku. Aku terus menerus menangis mengeluarkan rasa sakit dihatiku. Beberapa saat kemudian aku berusaha menormalkan jantungku, menormalkan perasaanku. Aku benar-benar sudah lelah.

Terima kasih sudah mengkhianatiku. Terima kasih sudah pernah membahagiakanku. Aku berhenti Kim Taehyung-ah, aku berhenti sekarang.


Author POV

Hyoyeon menggeliat pelan, setelah makan malam tadi dia merasa sangat mengantuk. Ia melirik jam yang ada dimeja nakas, sudah pukul setengah 12 malam. Sudah waktunya untuk tidur. Tiba-tiba dia teringat, dia belum mengunci pintu pagarnya. 'Huaahh,, aku malas sekali' pikirnya. Tapi dia tetap menyeret kakinya dengan langkah malas, berniat untuk menyelesaikan pekerjaan terakhirnya malam ini.

Langkahnya terhenti setelah indera pendengarannya menangkap sebuah isak tangis 'Apakah itu hantu? Bahkan ini bukanlah kamis malam' Pandangannya menyapu sekelilingnya, tapi tidak ada seorangpun yang ada disekitar rumahnya ditengah malam buta seperti ini. Pikiran buruk semakin menjadi-jadi diotak polosnya 'Kurasa itu benar-benar hantu' Dia bergegas kearah pagar, dan isak tangis itu semakin jelas ditelinganya. Hyoyeon memberanikan diri melangkah keluar pagar, masih mengamati sekelilingnya, hingga akhirnya dia mendapati sosok bayangan disebelah kiri agak jauh dari tempatnya berdiri, tapi bukannya takut dia semakin mendekat, kearah semak-semak diantara pagar tetangga sebelah rumahnya. Matanya terbelalak setelah menyadari siapa laki-laki yang tersedu-sedu sambil membenamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

"Oppa.."

Namja itu menengadahkan wajahnya, memperlihatkan wajah tampannya yang menggemaskan dan menampakan matanya yang sembab karena terlalu banyak menangis.
"Hoseok oppa" Hyoyeon menghampiri lelaki yang masih terisak itu dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Kenapa kau berada disini? Bukankah kau tadi masih berada dirumah?" tanya Hyoyeon pelan, namun bukannya menjawab, tangis Hoseok semakin menjadi-jadi. Hyoyeon kebingungan, di umurnya yang menginjak 20 tahun, dia sama sekali tidak pernah berhadapan dengan lelaki dewasa yang menangis tersedu-sedu seperti ini. "Oppa.. kau kenapa?.." mau tidak mau Hyoyeon memeluk tubuh Hoseok yang ringkih, seolah kehilangan jiwanya.

"Oppa, lebih baik kita masuk kerumahmu dulu ne, diluar sangat dingin, kau bisa sakit oppa. Kau bisa menceritakan apapun padaku nanti, tapi yang terpenting saat ini adalah kau beristirahat, aku akan membuatkan teh hangat untukmu, ne?" bujuk Hyoyeon.

Hoseok hanya mengangguk lemah dan membiarkan tubuhnya dibimbing oleh gadis yang setahun lebih muda darinya itu, melangkah bersama masuk kedalam kediaman Hoseok.

*****

Waktu sudah menunjukan pukul 08.00 pagi, Hyoyeon menguap pelan setelah terbangun dari tempatnya tidur, bukan, dia semalaman duduk dilantai, bersender di sofa tempat Hoseok tidur dengan nyenyak. Tubuhnya terasa lengket karena belum mandi, apalagi tidur semalaman dalam posisi duduk bukanlah hal yang baik. Dia merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku 'Aiisshh, pinggangku terasa sakit' Sejenak gadis muda ini mengerjap-ngerjapkan matanya, kemudian dia menepuk kepalanya berkali-kali setelah menyadari apa yang dia lakukan. Bagaimana mungkin seorang perawan muda merelakan dirinya menginap dirumah tetangga laki-laki yang baru beberapa hari ini dia kenal? Pasti bibinya akan murka jika mengetahui perbuatannya hari ini. Tapi kemudian dia menimang-nimang 'Aku kan tidak melakukan hal yang salah? Aku hanya ingin memastikan Hoseok oppa dalam keadaan baik-baik saja' Hyoyeon kemudian berbalik memandang wajah polos namja yang tertidur didepannya sambil tersenyum sendiri. Memperhatikan kulitnya yang mulus, hidungnya yang bangir, matanya sipitnya yang mungil, dan yang paling Hyoyeon sukai adalah saat Hoseok menarik senyumnya, memperlihatkan dimple kecil dikedua pipinya, itu sangat menggemaskan.

'Kau sangat tampan Oppa' Hyoyeon memberanikan diri memain-mainkan ujung rambut namja yang masih tertidur didepannya, nafasnya yang teratur menandakan dia tidur dengan nyenyak. Masih jelas kelihatan jejak-jejak air mata diwajah Hoseok, menyisakan mata yang sembab dan bengkak.

'Kenapa kau menangis Oppa? Apa yang terjadi padamu? Jangan menangis lagi ne, aku mencemaskanmu' Hyoyeon masih menggumamkan kalimat-kalimat yang mungkin tidak akan pernah didengar oleh namja itu. 'Sebaiknya aku membuatkan bubur untuk Hoseok oppa, mungkin itu bisa sedikit menghiburnya' Hyoyeon pun bangkit berdiri dan bergegas kearah dapur, membuka satu persatu lemari yang ada disana dan melancarkan jurus memasaknya.


Hoseok POV

Aku bergerak perlahan, kepalaku terasa sangat berat, aku menyadari aku tertidur disofa rumahku. Aiishh, kepalaku benar-benar terasa sakit dan perutku terasa mual, apakah aku masuk angin? Aku mencoba mendudukan diriku, mendapati diriku masih menggunakan sweater dan jaket tebal yang kugunakan tadi malam. Aku mencoba untuk mengingat-ingat kejadian terakhir kemarin.

KIM TAEHYUNG MENCIUM SEORANG WANITA DIDEPAN MATAKU

Hatiku terasa sakit lagi, perasaan yang benar-benar tidak ingin kurasakan. Aku merogoh saku jaketku, kupandang layar Iphoneku yang gelap. Tidak ada satupun panggilan atau pesan darinya. Fixed. Aku dicampakkan.

Aku benar-benar ingin menangis lagi, tapi tidak boleh, aku harus kuat. Bukankah selama ini aku selalu sendiri. Apa bedanya ada dia atau tidak ada dirinya. Semua sama saja. Aku kekampus sendiri, aku makan sendiri, aku memikirkan diriku sendiri sehari makan apa, aku harus berusaha mengatur keuanganku yang pas-pasan dari asuransi kedua orang tuaku sendiri, aku melakukan semuanya serba sendiri. Apakah dia memikirkan semua itu? Tidak. Nol besar. Adanya Kim Taehyung dihidupku tidak berpengaruh apa-apa. Aku mencoba menguatkan diriku sendiri. Aku bukan budaknya lagi yang menantikan dia dalam kebodohan. Semua yang dikatakan Kai memang sepenuhnya benar. Aku tidak akan lagi mencintai seorang lelaki brengsek seperti dia. Aku bukanlah lagi orang bodoh yang terus menerus membiarkan hatiku disakiti. Jadi untuk apa bertahan? Aku percaya masih banyak orang diluar sana yang jauh lebih baik dari Kim Taehyung. Dia pikir dia siapa bisa menyia-nyiakan aku seperti ini. Seharusnya dari dulu aku meninggalkannya. Bersama dengannya hanya membuang-buang waktuku yang berharga.

Aku masih berusaha menguatkan diriku

Tapi kenapa lubuk hatiku menolak?

Apakah aku bisa bertahan tanpa dirimu Taehyung-ah?

"Selamat pagi Oppa"

Tunggu dulu. Kenapa ada suara seorang gadis dirumahku? Aku mempertajam pengelihatanku. Benar, itu Kim Hyoyeon.

"Kenapa kau bisa berada disini Hyo-ah?"

"Dasar oppa tidak tau terima kasih, aku yang mengantarmu masuk kedalam rumah setelah kau hampir pingsan menangis tersedu-sedu diluar pagar rumahmu. Ditengah malam buta seperti itu apakah tidak ada tempat yang lebih baik untuk menangis oppa?" gerutunya sambil meletakkan sebuah mangkuk yang mengepulkan uap panas diatas meja. Sepertinya dia membuatkan aku sesuatu. Ah, aku lupa, separuh kesadaranku hilang setelah aku menyaksikan pemandangan laknat itu tadi malam. Beruntunglah aku memiliki tetangga baik hati seperti dirinya.

"Gumawo Hyoyeon-ah, kau sudah banyak membantuku" ucapku tulus

"Oppa, kau benar-benar membuatku cemas, udara tadi malam sangat dingin, dan bajumu basah karena air matamu sendiri. Bagaimana jika kau sakit eoh?" dia menatapku dalam-dalam, aku bisa melihat ketulusan dimatanya.

"Jika aku sakit apakah kau akan merawatku?"

"Dalam mimpimu saja Oppa, kau tidak lihat aku sampai sesiang ini belum mandi karena menunggumu siuman? Semalaman aku duduk dilantai yang dingin hanya demi meyakinkan diriku sendiri kau dalam keadaan baik-baik saja. Kalau kau sampai sakit, kau pasti akan tambah merepotkanku"

"Kau.. kau menjagaku semalaman Hyoyeon-ah?" aku memandangnya dengan tidak percaya, dan dia hanya menganggukan kepalanya dengan cepat

"Aku ingin memastikan kau baik-baik saja Oppa" Lagi. Aku memandangnya tidak percaya, kenapa dia begitu baik padaku?

"Lihatlah, aku sudah membuatkan sesuatu untukmu" Dia menyodorkan mangkuk yang masih mengeluarkan uap panas kedepan wajahku. Pandanganku beralih pada benda ini. Cairan putih apa ini?

"Ini sup?"

"Ini bubur Oppa, ck!"

Bubur. Dia menyebut benda encer ini bubur. Bahkan ini lebih buruk dari kuah sup, aiisshh.

"Ini tidak bisa dibilang bubur Hyoyeon-ah, kau memasukan terlalu banyak air" Aku mencicipinya sedikit "Pfffttt.. Dan kau memasukan terlalu banyak garam, ini asin sekali! Ya Tuhan masakanmu benar-benar.." aku meliriknya yang tertunduk sambil memutar-mutar jarinya dengan lucu. 'Bodohnya kau Hoseok, tidakkah kau bisa menghargai sedikit usahanya yang mencoba merawatmu?' Aku menarik nafas pelan "Mianhae Hyo-ah, lain kali kau bisa belajar memasak denganku, ne? Ini awal yang baik untukmu" aku mencoba menghiburnya.

"Benarkah Oppa? Kau akan mengajariku memasak?" wajahnya tiba-tiba menjadi cerah. Begitu cepatnya perubahan suasana hatimu wahai gadis mungil.

"Neee.. sebagai hadiah karena kau sudah merawatku semalaman"

"Nah, ini juga kubuatkan untukmu" serunya sambil menyodorkan cangkir mungil. Kurasa ini adalah teh. Aku menyeruputnya pelan. Lagi. Kepalaku bertambah pusing. Teh ini terlalu manis. Mencicipi bubur encer keasinan, dikombinasi dengan teh hangat yang kemanisan. Mungkin setelah ini aku akan mencret. Tapi aku menyisakan senyuman termanisku saat menatap wajah polos gadis ini, dia benar-benar berusaha menghiburku setelah kejadian buruk yang menimpaku tadi malam.

Terima kasih Hyoyeon-ah..

*****

Kesunyian melingkupiku saat ini. Aku masih meringkuk diranjangku yang empuk. Rambutku basah, aku baru saja membersihkan diriku. Hari sudah senja, bisa kudengar guyuran hujan deras menerpa bumi tempatku berpijak. Seakan mengerti setiap menitnya hujan turun semakin deras, suaranya menelan isak tangisku yang sedari tadi kukeluarkan. Aku meringkuk, memeluk lututku dengan erat. Penampilanku sudah lusuh tak berbentuk. Aku bingung melakukan apa selain menangis mengeluarkan perasaan ini. Sejujurnya aku masih menunggu Taehyung menghubungiku, atau sekedar menanyakan kabarku. Hoseok baka! Untuk apa aku mengharapkan orang yang sama sekali tidak pernah mengharapkanku? Aku tidak bisa berhenti menangis. Hatiku sudah kosong. Aku hampir tidak bisa merasakan cinta atau benci pada kekasih.. maksudku mantan kekasihku itu.

Rasa sakit yang kualami mengikatku dengan kuat. Memikirkan betapa menyedihkan kehidupan yang kualami, setiap untaian kenangan pahit selalu terbayang. Apakah aku tidak pantas untuk bahagia? Apakah aku tidak pantas dicintai? Apakah wajar kekasihku mengkhianatiku? Kenapa Tuhan menciptakanku dengan segala kepahitan seperti ini? Kenapa seumur hidupku yang kualami sebagian besar hanyalah rasa sakit yang menyesakkan? Inikah jalan hidup yang harus kutempuh selama sisa perjalanan hidupku?

Saat aku berusaha menyusun kembali harapan yang terlah pupus, tapi kau malah menghancurkan semuanya dengan begitu mudah. Tidakkah kau tau rasanya saat hatiku yang berlubang karenamu? Melupakanmu bukanlah suatu hal yang mudah Taehyung-ah, aku tau itu. Kau telah melukai hatiku. Berkali-kali. Kau tidak pernah mengerti perasaan dan keadaanku. Berkali-kali. Kau selalu tak peduli denganku dan mengabaikanku. Berulang kali. Lalu mengapa aku sulit untuk membencimu? Aku lelah. Tapi hatiku tidak. Tidak bisakah kau berlalu dari ingatanku? Kumohon pergilah.

Aku mencoba berdiri, tanganku menghapus jejak cairan bening yang lolos dari pelupuk mataku, aku melangkah kearah cermin didalam kamarku. Cermin itu memantulkan seorang lelaki yang pucat pasi, terdapat lingkaran hitam dibawah kedua kelopak mataku, menyedihkan.

You Never Walk Alone (VHOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang