Hay readers terhormat
Salam sayang Khar'I 😘ditempat
Tolong baca ceritaku dengan cermat
Jangan lupa vote dan vommentKutunggu guys...
#maaf kalo ceritanya basi, Hiks...************************************
Malam telah menyelimuti langit desa tempat tinggalku. Lampu tua itu masih setia berdiri dan membuat penerangan rumah Jogloku.
Aku yang kini termangu bersandar di bangku kayu depan rumahku karena sesuatu yang aku inginkan belum juga datang padaku.
Iya aku hampir lupa, namaku Hanna Audreana aku sekarang tinggal dengan bibiku setelah kedua orangtuaku pergi meninggalkanku sebelum aku sempat mengucapkan salam perpisahan kepada mereka.
"Hanna, sudah malam nduk. Ayo masuk," pinta bibiku yang terkadang menggunakan logat Jawa, walau hanya beberapa kata.
"Bibi, Hanna masih ingin disini."
"Tapi nduk, besok Bibi mau bertemu Pakdhe sing jare kepingin memberi sesuatu kepada Bibi. Jadi kamu sing akan nunggu omah iki." Tegasnya, walau aku sudah tahu apa yang ingin paman berikan kepada bibi. Karena hari inilah paman mendapat hasil kerja dengan bonus dan THR yang ia peroleh supaya bibi girang untuk membeli baju yang bermewah-mewahan lagi.
"Bi, aku boleh menagih apa yang aku pinta?" Tatapanku merunduk tak berani melihat wajah bibi yang pastinya akan mengomeliku.
"Itu... maaf nduk kamu kan tahu kalau uang besok akan kubelikan aneka kebutuhanku dan pangan kita. Kalo kamu mau nulis kenapa nggak pakai buku sekolahmu saja? Buku yang kau pinta harganya mahal! Toh itu melebihi apa yang kakang berikan padaku. Jadi kamu harus mikir." Tak lupa perilaku kasarnya menghujat tubuhku, tangannya mendorong kepalaku beberapa kali sampai aku tak sanggup untuk berlari.
Aku tak harus menerima siksaan ini, kenapa bibiku selalu menurunkan mentalku?
Kenapa ia mau menerima aku saat aku dilanda kesendirian?
Setidaknya aku tahu kalau masih banyak tetangga yang menyayangiku.
Aku sedih karena di Desa Melati ini hanya bibiku yang berperilaku seperti nenek sihir yang sedang baca mantra.
"Oh iya aku besok juga akan membawa hadiah yang belum kamu impikan." Kata-katanya menyudahi perbuatan keji dan membuatku tersentak kaget walau kepala kini masih dilanda pusing.
Untungnya besok hari Minggu jadi aku harus menjaga rumah Nenek sihir itu selama ia pergi.
Nah, kalau hari-hari biasa aku dipaksa untuk menjaga rumahnya sampai jam 7, aku sudah menangis berkali-kali di hadapannya. Kalau sampai jam 7 aku belum berangkat sekolah, aku bisa kesiangan dan akan mendapat hukuman bahkan skorsing, tapi apa yang terjadi? Nenek sihir itu tak menggubris apa yang aku katakan. Ini terjadi selama aku diasuh oleh wanita sialan itu.
Waktu pertama datang telat aku mendapat hukuman dari Pak Maestro dengan jongkok 5 kali.
Hari keduanya oleh Bu Bejo dengan menyuruhku merangkak menyusuri koridor sekolah, untung berlipat ganda kalau aku dihukum Bu Bejo.
Saat di kelas, Bu Bejo memberi pertanyaan yang menurut teman-temanku sulit untuk dijawab karena tanpa membawa buku Bu Bejo memberikan segudang pertanyaan mengenai sejarah. Apalagi harus maju ke depan kelas.
Aku berbeda dengan teman-temanku, saat giliranku maju, taklupa membawa catatan yang sudah ku persiapkan malamnya, walau catatanku hanya berisi sejarah yang hanya membuat pusing otakku.
Contohnya tanggal sejarah ini dan itu. Karena aku tak mau ribet menghafal tanggal yang tersusun ke bawah.
Di saat aku menjawab pertanyaan Bu Bejo aku menyuruh temanku untuk gaduh agar di saat genting bom yang di tanganku terlihat di mataku.
Usai pertanyaan aku juga sudah bersekongkol dengan Aceto Baktari teman sebangku untuk menyusun ledekan singkat mengenai Bu Bejo,"Bu Fortune... Boleh tanya?" Pekikku menahan tawa.
"Hannnnn..."
"Bu lucky, kenapa sih nama ibu begitu banyak? Jadi bingungkan kami manggilnya." Tanya Bakteri nata decoco dengan muka datar.
"Ace kalo mau ngganti nama orang'tuh katanya harus bubur abang dulu. Nah kenapa loh seberani itu manggil Bu Beruntung seperti ini?" kataku disertai tawa kecil teman sekelasku. Membuat Bu Bejo geram, menampakkan wajah cantiknya 'ralat wajah harimaunya'.
"Hanna dan Ace ke depan, SEKARANG!" Perintah yang disertai wajah harimaunya dibumbui senyum seluas samudera yang dibuat-buat olehnya.
Sebelum kami maju, Athala anak jutek, berkata jutek pada kami seolah ia pendukung Bu Bejo.
"Kalian tuh baru murid, nggak pantes kalian ngomong gitu! Kalian seperti anak gelandangan yang tak punya sopan santun." Katanya dengan mata yang difokuskan ke buku Ilmu Pengetahuan Sosial itu.
Aku pun tersinggung, bukan karena aku malu diejek begitu tapi karena ia telah mengejek gelandangan yang selama ini menghiburku saat di rumah nenek sihir.
"Asal lo tahu, bajingan ngak seperti gelandangan! Gelandangan itu punya sopan santun. Nggak kayak loh yang baik di depan bajingan di belakang. Gue beritahu ya agar lo sadar, belok kanan dari kursi tempat duduk loh nah lurus aja, tatap tuh kaca sepuas hati loh." Kataku, lebih tepatnya sih memerintah. Tanpa ku sadari, senyuman yang sudah tertera sedari tadi di wajah Bu Bejo akibat pembelaan Athala, sekarang kembali memudar.
Athala itu anak berengsek yang sok cool padahal dalemnya hot dan ngaku-ngakunya sih anak orang kaya.
"Cukup!" Bentak Bu Bejo dengan amarah terdalamnya, tadinya aku sama Ace hanya ingin menghibur teman sekelas karena keteganganya saat diberi pertanyaan Bu Bejo.
"Kalian tahu kan lapangan upacara bendera sang saka merah putih SMP N 1 Nusa?"
Kami mengangguk dan sudah menduga kalau akan dihukum lari 20 kali.
"Kalian bertiga latihan menjadi pengibar bendera untuk besok Senin, tahun depan saat bulan Januari, dan ku pastikan itu adalah hari terakhir kalian dihukum saat upacara." Senyum tulus nan manis Bu Bejo kini menyelimuti hatiku.
"Eh kamu denger nggak? Tidur sana!" suara yang sangat kukenali ini merusak lamunan nostalgia manisku.
"Iya bi, nggak usah bawel napa?" Saatnya kuberanikan berkata tidak sopan kepada bibiku setelah kesekian lamanya.
"Apa yang kau..." Teriaknya saat aku berlari menuju kamarku dan langsung menceklikan kunci tanpa mendengarkan alunan suara nenek sihir itu.
Aku pun segera beranjak ke tempat tidur. Seketika itu pula aku tekejut melihat siapa yang telah menempati tempat tidurku dan...
"Geeelllaaannn...."
************************************
Ciee gantung..
Eh btw siapa gelan hayo...
Klik bintang
👇👇👇
🌟🌟🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Karena Dia
Teen FictionTidak tersedia sinopsis, kalau penasaran langsung baca aja.