Part 1 - Try to forget you

18 4 0
                                    


"Lo sendiri yang bilang, gentleman always mean what they says, tapi lo sendiri yang mengkhianati gue!"




AUTHOR POV

Bel tanda pulang baru saja berdering. Ayra berjalan dengan tergesa-gesa sambil membawa novel dan kotak bekalnya. Hanya satu tempat yang ia tuju sekarang. Tempat yang tenang sekaligus sepi untuk membaca novelnya.

Begitu sampai disana, ia langsung melangkahkan kakinya untuk duduk di kursi yang memang sangat nyaman menurutnya. Ia tengah menetralkan detak jantungnya. Pasalnya, ia berjalan dengan sangat cepat untuk mencapai tempat ini –ralat, tepatnya ia berlari hingga tak sengaja menabrak orang yang berpapasan dengannya.

Tujuannya hanya satu, agar ia bisa sampai ke tempat ini. Dia tak akan mau kehilangan waktunya untuk tempat ini.

Matanya menjelajah satu persatu objek yang ada di tempat ini, tempat yang tidak pernah absen untuk dikunjunginya setiap hari. Ia menatap jeli semua yang ada di sampingnya, seolah dia baru pertama kali berada disini.

Nyaman.

Satu kata yang sangat tepat untuk mendefinisikan semuanya. Ia bisa merasakan kebahagiaan yang luar biasa dari sini, kebahagiaan yang tidak akan dia temukan di tempat lain, bahkan rumahnya sendiri.

Puas menatap objek sekitarnya, ia mengalihkan fokusnya pada kotak bekal di tangannya itu. Sandwich coklat favoritnya menjadi menu makan siangnya. Padahal, sandwich coklat ini seharusnya menjadi menu sarapannya karena ia tadi berangkat terlalu pagi –ralat, sangat pagi.

Ia hanya memakan satu saja sandwich itu, karena ia hanya ingin mengganjal perutnya sekarang.

Setelah selesai mengganjal perutnya, gadis itu pun segera meraih novelnya. Tak lupa, ia memakai headset birunya yang sudah tersambung dengan ipodnya.

Sesekali ia bersenandung sambil mengikuti alunan musik yang mengalun indah di telinganya. Terlihat gadis itu sangat menikmati aktivitasnya sekarang.

Mungkin orang yang melihatnya akan berpendapat bahwa gadis ini sangat gembira. Tapi nyantanya tidak, bahkan banyak rahasia yang ia sembunyikan dari semua orang.

Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk mengobati lukanya. Mengenang masa lalu, dan selalu berharap semua akan baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak, semuanya bahkan tidak baik-baik saja.

Rasanya ia ingin kembali ke masa lalu. Saat dimana ia tak perlu memikirkan permasalahan yang saat ini menyerangnya. Tapi itu hanyalah sebuah angan-angan, tak akan bisa jadi nyata.

Mungkin bibirnya bisa tersenyum, namun nyatanya hatinya tidak. Hatinya sangat sulit sekali untuk diajak berkompromi dengan keadaannya. Selama ini ia mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa, namun selama itu pula hatinya menolak.

Katakanlah ia pengecut atau munafik. Tapi, itulah kenyataannya. Suatu belenggu yang mengikatnya sangat erat, bahkan ia tak tahu bagaimana membebaskan dirinya dari belenggu itu.

Belenggu itu adalah masa lalunya sendiri. Belenggu yang selama ini menyiksa hati, pikiran, dan nuraninya. Entah kapan ia bisa terbebas dari semua ini. Semuanya terasa begitu sulit untuk diterima.

AYRA POV

Hanya satu tujuanku kesini, yaitu untuk mengenang masa lalu. Pati kalian bertanya-tanya. Masa lalu memang seharusnya dilupakan.

Itulah yang sudah aku lakukan. Aku sudah berulang kali mencoba untuk melupakan semuanya. Tapi apa daya, semakin aku ingin melupakannya semakin sering kenangan buruk itu menghantuiku. Semua ini kulakukan hanya untuk meyakinkan bahwa dirinya masih ada, walaupun tidak bersamaku.

Tiga tahun, aku kehilangan dirinya. Dia bisa menjadi sahabat, kakak, bahkan musuh. Tapi jangan salah, kami sangat menyayangi layaknya keluarga. Dia yang selalu ada untukku, kehilangannya pasti menjadi beban dalam hidupku.

Aku tidak tahu apa penyebanya dia pergi. Semenjak kejadian itu, dia hilang, lenyap seolah sudah ditelan bumi. Bahkan aku sudah mencoba ribuan kali untuk melacak keberadaannya. Tapi semua itu belum membuahkan hasil.

Setelah kepergiannya, semuanya terasa berbeda. Rasa nyaman yang selama ini aku rasakan, seolah hilang bersama dirinya. Ia memberi rasa nyaman yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun.

Konsentrasiku sudah buyar. Aku pun hanya menatap novel di depanku dengan malas. Kututup novelku dan meletakkannya di pangkuanku. Lantas, tanganku mengambil foto dari dalam tasku.

Foto ini seolah bisa mengobati rasa rinduku. Menatapnya saja membuatku senang dan sedih di waktu yang sama. Sontak saja aku terbawa perasaan.

Tawa mengembang dari anak laki-laki dan perempuan itu. Anak laki-laki itu terlihat lebih dewasa dari anak perempuan disampingnya. Mereka sedang bermain basket.

Arez Dinova

Orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini aku bicarakan. Orang yang selama ini aku rindukan dengan sepenuh hati.

"Rez, apa kabar lo disana? Kapan sih lo balik? Ngga kangen apa sama gue? Dulu sebelum lo pergi, lo janji mau tanding basket sama gue? Tapi apa, lo malah ingkar janji kan!"

Aku menghela napas dan memejamkan mataku untuk mengurangi rasa pedih yang aku rasakan sekarang.

"Lo sendiri yang bilang, gentleman always mean what they says, tapi lo sendiri yang mengkhianati gue!"

Cukup sudah. Pertahananku runtuh seketika dengan emosiku yang telah memuncak. Cairan bening mulai mengalir deras di pipiku. Aku membiarkannya jatuh, berharap bahwa kesedihanku juga akan mengalir seiring dengan tangisan ini.

Selalu seperti ini. Aku tidak bisa menahan air mataku untuk tidak jatuh saat mengenang Arez.

Waktu berjalan sangat cepat. Entah, sudah berapa jam aku menghabiskan waktuku untuk menangis disini. Langit pun sudah menampakkan semburat jingganya. Kakiku sulit sekali untuk beralih dari tempat ini.

Drrt... Drrt...

Dering ponsel itu sangat mengangguku. Sudah puluhan kali benda pipih itu berdering. Kutengok jam yang ada di pergelangan tanganku, aku sempat kaget melihatnya. Pasalnya sudah lama aku disini.

Akhirnya aku mengangkat telpon itu. Aku harus bergegas pulang sekarang. Entah apa yang akan terjadi di rumah nanti.


To be continue

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author's note

Thanks yang udah mau baca. Walaupun cerita ini gaje, absurd banget, dan mungkin agak nggak masuk akal. Sama absurdnya kayak penulisnya.

Maaf kalau feel-nya nggak sampai ke pembaca. Maklum masih abal-abal. Kritik, saran sangat ditunggu. Apalagi koreksi typo.

Dont be bored of my story. Keep enjoying this story. I hope you love it.

P.S : Paling seneng banget kalau lihat notif ada yang vote dan comment. Jadi, ditunggu ya vomment nya!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang