Sebuah Kenangan.

56 0 0
                                    

"Tik.. Tik.. Tik.. Bunyi hujan di atas genting.." Adalah nyanyian yang sungguh indah di telingaku. Bunyi itu berasal dari sebelahku. Mata kecoklatan, tubuh langsing mempesona, bulu mata lentik, hidung yang mancung serta bibir yang menawan. Gambar itu terlihat jelas di mataku.

Itu Adalah Ibuku.

15 tahun mendatang, dan ia tidak kalah cantik oleh selebriti yang sering kalian lihat di sinetron. Walaupun umurnya sudah bertambah.

Ia cerai dengan suaminya alias ayah. Lalu ia bertambah tua dengan prinsip perempuan mandiri. Ia membanting tulang hanya untuk memberikanku yang terbaik. Sekolah International, barang yang bagus, makanan yang enak, baju dan sepatu model baru. Semuanya, aku mempunyai semuanya..

,tapi satu. Yaitu adalah Jendela.

Ia bilang bahwa, "Kamu akan mendapatkannya setelah kau sudah tidak tinggal di rumah ini, dan disaat itu, kamu bukan tanggung jawab saya lagi."

Oleh karena itu, ia juga ingin mendirikanku persis sepertinya, bahkan ia ingin aku menjadi lebih baik.

Aku didirikan sebagai seorang pemimpin. Pecundang.

Seorang yang bertanggung jawab. Ceroboh.

Seseorang yang ibuku bilang,"Sempurna." Cacat.

Dan tentu saja, saya sebagai anak, tidak mau mengecewakan orangtua saya. Jadi, saya selalu melakukan apa yang ia minta karena dia adalah ibu saya.

Rumah Tanpa JendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang