Bunyi ketukan di pintu membuyarkan lamunan indah Riana akan agenda pagi damai yang telah dia rencanakan. Suara teriakan melengking membuatnya mau tak mau beranjak dari sofa.
" Kenapa kau datang pagi sekali sih? Ini saja belum tepat jam 7 pagi" Oceh Riana yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Jinny. Wanita itu terus melangkah masuk tanpa permisi membuat Riana menghela nafas jengah.
" Yaa nona, jika kau ingat ini hari pertamamu bekerja dan kau belum bersiap sama sekali? Setidaknya kau harus terlihat rapi dan bersinar dengan make up 1000 dolar mu itu." Ucap Jinny sedikit sebal.
Mereka akhirnya masuk ke dalam kamar Riana dengan Jinny yang sibuk mengatur setelan kantor yang akan dikenakan oleh Riana.
Polesan bedak dan make up tipis dibubuhkan kewajahnya yang sudah cantik natural, dengan sentuhan terakhir pada bibir peach yang diolesi lipbalm berwarna cherry.
" Perfect, sekarang bergegaslah pakai baju ini dan selesaikan tugasmu dengan baik" Kata Jinny dengan senyum yang mengambang.
Riana berjalan memasuki ruang ganti dan bersiap untuk hari pertamanya di kantor.
***
" Rapat hari ini ditunda lagi pak?" Tanya sekertaris pria yang tengah berjalan mensejajarkan langkah dengan sang atasan.
" Memang apa salahnya, ini kan bukan pertama kalinya. Lagi pula saya merasa kurang tertarik dengan kerja sama ini" Ucap sang atasan angkuh.
" Bukan begitu, tapi bapak kan tahu sendiri jika kerjasama ini terlaksana tentunya akan membawa keuntungan besar bagi perusahaan bapak" Terang si sekretaris.
Sang atasan diam, tersenyum licik dengan ekspresi yang begitu ambigu kemudian berbalik menatap sekertarisnya.
" Come on Frans, kau tahu sendiri kan kalau semua ini hanya kedok untuk menghancurkan CEO kita, Maxwell Christian."
Pria bernama Frans itu terdiam, tidak berani angkat suara. Dia lebih memilih bungkam dan membungkukkan badan tanda hormat pada sang atasan, Demian Fernando calon penerus Jaya corp. Pria itu berjalan memasuki lift khusus petinggi seorang diri.
Sementara Demian sedang bersiap memencet tombol lift, dengan tidak tahu malunya wanita berpakaian rapi dan seksi dengan rambut yang digerai indah segera menghalau pintu lift yang akan tertutup.
Demian diam, mengamati wanita yang kini tengah berdiri tepat di sampingnya. Merasa diperhatikan refleks wanita tadi menoleh dan menyunggingkan senyum ramahnya tanpa mengetahui pasti dengan siapa saat ini dirinya berhadapan.
" Kau tahu siapa aku?" Tanya Demian dengan suara yang pelan.
Wanita itu mengernyit bingung, memangnya dia dukun Marvel yang bisa tahu semua hal ?. Dengan polosnya dia menggeleng.
" Kau tahu jika saat ini kau salah masuk lift ?"
Lagi, wanita itu kembali menggelengkan kepala.
" Apa kau baru di sini? Kelihatannya kau belum tahu jika lift yang baru saja kau masuki ini adalah lift khusus petinggi" Ucap Demian santai, terlewat santai sampai dia tidak merasakan perubahan ekspresi dari wanita yang tengah berdiri di sampingnya.
" Maaf pak, tolong maafkan saya saya tidak tahu, saya keluar sekarang pak." Ucap Riana sambil membungkuk sopan.
Demian terkekeh melihat perubahan ekspresi dari wanita yang menurutnya terkesan sedikit angkuh itu. Dia menghadap tepat kearah wanita itu, menahan tangannya yang baru saja akan beranjak.
" Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan berbagi ruang bersama wanita cantik sepertimu. Kalau perlu kau bisa memakai lift ini sesukamu dengan begitu kita akan lebih sering berjumpa bukan?" Demian terkekeh pelan. Wanita tadi tersenyum kikuk menanggapi candaan dari atasannya.
'Ting'
Pintu lift terbuka. Dengan tergesa-gesa wanita itu berjalan mendahului Demian menuju ke sebuah ruangan yang sialnya juga menjadi tujuan dari sang atasan.
Tok tok tok
" Permisi pak" Ucap wanita tadi sopan.
" Riana? Oh, ada kau juga? Sejak kapan kau tiba di Indonesia?" Tanya Max pada Demian yang kini berjalan memasuki ruangannya diikuti oleh Riana yang merasa canggung dengan suasana ruangan yang tiba-tiba terasa begitu dingin penuh intimidasi.
" Kau mengenalnya?" Tanya Demian kemudian.
" Dia sekertaris baruku" Jawab Max.
Demian mengangguk singkat.
Riana yang merasa dirinya tidak dihiraukan memilih berjalan keluar ruangan sebelum suara tegas sang atasan menghentikan langkahnya.
" Kau mau kemana Ri? Aku bahkan belum memberikan daftar tugasmu" Ucap Max yang langsung diindahkan oleh Riana. Wanita itu mau tak mau memilih diam dan duduk di sofa kerja Max sambil menunggu kapan perang batin dari kedua pria itu usai.
" Kau belum menjawab pertanyaanku, sejak kapan kau pulang?" Tanya Max lagi.
" Sebulan yang lalu" Demian mengangkat bahu acuh.
" Kakek menyuruhku pulang dia bilang akan menempatkanku pada jabatan Presdir diperusahaannya dan aku tidak mungkin menolaknya kan Max?"
" Terserah, urus saja semua urusanmu sendiri dan segera keluar dari ruanganku" Tungkas Max dingin.
" Hmm baiklah, ngomong-ngomong malam ini akan ada acara makan malam keluarga, kakek memintamu dan Freya agar datang juga. Mungkin dia sudah tidak sabar menunggu kehadiran penerusnya" Demian berujar dengan nada mengejek.
Max menggertakkan giginya menahan amarah, dia melirik ke arah Riana takut jika wanita itu akan salah paham dengan hubungan palsunya dengan sang istri.
Sangat disayangkan, Riana tidak memasang tampang yang diinginkan. Wanita itu tampak sibuk sendiri dengan iphone nya. Mengabaikan fakta bahwa sebenarnya dia juga mendengar yang baru saja kedua pria itu perbincangkan. Secara tidak langsung membuat salah satu bagian dihatinya terasa sakit.
Sementara itu Demian yang terlihat akan meninggalkan ruangan Max berhenti sejenak dan menengok ke arah sofa. Memberikan senyuman hangat pada Riana yang dibalas wanita itu dengan senyum serupa.
Demian kembali melangkahkan kaki dan benar-benar meninggalkan ruangan Max.
" Apa kau menyukainya?" Tanya Max tiba-tiba.
" Hah? Apa? Apa kau sudah gila?"
Ucapan spontan itu membuat senyum manis mengambang di pipi Max, membentuk lengkungan yang indah.
" Baguslah, kau memang tidak boleh menyukainya atau menyukai pria manapun" Ucap Max yang membuat Riana memutar bola matanya jengah.
" Sudahlah jangan terlalu bertele-tele katakan saja apa yang harus ku kerjakan sekarang?" Ujar wanita itu dengan sedikit penekanan.
" Hei tenanglah. Jika kau lupa, aku adalah atasanmu, jangan memerintahku seenaknya" Max mengulas senyuman kemenangannya.
Sementara Riana yang sudah naik pitam memilih kembali duduk dan menyimak sang atasan yang mulai berkomat-kamit.
'Kenapa manusia ini jadi lebih menyebalkan sih?' batin Riana kesal.
"Jadi agenda untuk Minggu ini kau- ehh bapak ada rapat sabtu siang dengan FLO Grup untuk pembahasan lebih lanjut mengenai proyek pembangunan villa di Semarang"
Demian menatap Riana, sesaat kemudian terlintas sebuah ide yang membuatnya tersenyum manis.
"Bagaimana jika kita pergi bersama?"
"Maksud bapak ?"
"Pekan depan, peninjauan lapangan. Baiklah sudah kuputuskan aku akan pergi denganmu"
"Tapi-"
"Okee, pekerjaan mu hari ini sudah cukup"
Max kemudian mengalihkan fokus kembali menatap layar monitornya dengan senyum tipis.'Kurasa dia mulai sinting' batin Riana.
Wanita itu memilih beranjak keluar dan bersiap untuk makan siangnya.
____________
TBC
JANGAN LUPA VOMENT YAH READERS YANG BAIK!
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You Love ?
RomanceKalian Tidak Akan Mendatanginya Hanya Karena Sedang Bosan, Kalian Datang Karena Dia Adalah Takdir ! Riana Anastasya Rihadi, wanita cantik berusia 21 tahun menjalankan misi untuk memeras sang milyarder kaya, Max Christian calon penerus perusahaan ter...