#PART 1

1.9K 97 1
                                    

Desyca Taniadi berlarian di sepanjang koridor SMA Binusvi dengan menggenggam lemon tea di kedua tangannya. Kenapa dia berlari? Gadis berkuncir 2 itu lupa alasannya. Dia bahkan tidak tahu kenapa bisa ada di SMA paling terkenal di Riau ini. Seingatnya ia sedang mencari alasan untuk kabur dari pelajaran salah satu guru killernya, lalu berakhir disini. Desyca pusing memikirkan semua itu sampai tidak melihat kak Juna sedang berjalan santai di jalur Desyca berlari sambil memainkan PSP nya.

"Mas Jun AWAS...!!" Teriak Desyca panik.

Ingin menghindar tapi terlambat sudah. Lemon Tea yang dingin itu mengguyur kak Juna yang terjatuh di lantai. Desyca meringis dan terkejut melihat keadaan mas Juna. Mas Juna menatap Desyca agak jengkel sementara Desyca hanya bisa cengengesan.

"Yah... Lemon tea nya tumpah semua deh...  Sayang banget. " ujar Desyca sama sekali tak sadar telah membangunkan iblis.

"Des... " Panggil mas Juna menahan kesal.
"Ya mas Jun? Kenapa?" Tanya Desyca masih juga belum sadar.

"Masih bisa lu mikirin lemon tea sementara gua udah basah gini?! PSP gua ikut keguyur nih!!" Kesal mas Juna sembari menunjukkan PSP kesayangan yang sudah basah dengan sedikit aroma lemon.

Desyca terkekeh. Benar-benar tak merasa bersalah dan tetap bersikap santai seperti biasa. Gadis jahil itu mencari-cari sapu tangan di balik saku baju kodoknya. Merogoh saputangan polkadot merah dan segera menyodorkannya kepada pemuda dengan nama lengkap Arjuna Wiradmatja itu.

"Maaf mas. Desyca gak sengaja. Jangan ngambek." Ucapnya sembari tersenyum manis.

Mas Juna yang sudah siap meledak,seketika terdiam saat melihat senyum manis itu. Perasaan kesalnya entah bagaimana menghilang begitu saja.

"Tsk." Juna berdecak kesal saat sadar akan apa yang baru saja ia pikirkan.

Ia mengulurkan tangan untuk mengambil sapu tangan yang Desyca tawarkan, tapi belum sampai tangan mas Juna meraih saputangan itu,  tangan putih nan kurus sudah meraih sapu tangan itu terlebih dahulu dengan sentuhan jijik.

Ratu Priscillia, puteri salah seorang tokoh berpengaruh di pendidikan Riau menatap sinis saputangan itu dan menunjukkannya ke hadapan Desyca.

"Saputangan beginian mau kamu pinjemin ke mas Juna?  Hah.. ! Rakyat jelata gak tahu diri." Hina Ratu sembari melempar saputangan itu ke lantai

Dengan tanpa perasaan menginjak-injaknya dan menatap tajam Desyca.

Satu hal yang membuat api kemarahan menyala dihati Desyca. Api yang kecil itu seolah diberi banyak minyak tanah. Yang kemudian dilahap habis oleh sang api. Api tersulut dan berkobar di mata Desyca. Tampak api yang menantang di balik bola mata cokelat itu. Siap membakar apa yang dilihatnya.

Desyca bangkit. Ingin mencoba melawan tapi Mas Juna segera menarik Desyca kebelakangnya.

"Memang kenapa dengan saputangannya? Setidaknya saputangan dia lebih pantas buat nyeka wajah gua daripada saputangan lu." Tegas mas Juna.

Ratu mengernyit tidak suka. Merasa tak adil kalau Desyca yang justru dibela. Padahal ia merasa lebih baik dan lebih segalanya dari Desyca. Ratu berdecak kesal, menghentakkan kaki dan melangkah pergi diikuti teman-temannya. Meninggalkan saputangan yang dipijaknya. Dan kemarahan 2 orang yang sudah mengutukinya itu.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang