#PART 5 (Last Part)

1.7K 92 11
                                    

Disinilah mereka.  Di koridor paling sepi di hotel karantina. Desyca memainkan kakinya sementara mas Juna menunggu kata-kata terlontar dari bibir Desyca.

Desyca tidak pernah berpikir bahwa suatu hari nanti akan ada cowok yang menyukainya. Atau bahkan dia tidak yakin kalau mimpi yang sempurna miliknya itu akan menjadi kenyataan yang sempurna. Atau sekarang dia masih di alam mimpi?
Desyca mencoba mencubit pipinya. Sakit. Menabok kepalanya.  Sakit juga. Berarti ini bukan mimpi.  Ini kenyataan. Kenyataan yang sempurna. Dan Indah. Dengan senyum merekah dan rona merah, dia menatap mas Juna.

Dihadapan Desyca, mas Juna bingung melihat Desyca yang tiba-tiba tersenyum merekah. "Des? Lu udah tau mau jawab apa?"

Desyca mengangguk. "Sebelum menjawab, aku mau cerita. Mimpiku yang kemarin." ujarnya.

"Yang kemarin lu ngigo manggil-manggil nama gua?"

Desyca mengangguk. "Aku mimpi, mas Juna nepuk-nepuk kepalaku. Dan aku langsung refleks teriak. Terus aku bangun." ceritanya masih dengan rona merah pekat yang tak bisa disembunyikannya. "Sejak itu aku berpikir. Kenapa aku bisa mimpi mas Juna kalau aku gak mikirin mas Juna terus? Kalau aku mikirin mas Juna terus berarti aku suka sama mas Juna kan? Makanya tentang pernyataan mas Juna semalam. Aku jawab iya." Desyca tersenyum manis sambil menahan malu di dalam hatinya.

Mendengarnya, mas Juna malu sendiri. Dia mengalihkan pandangannya tak tentu arah dengan satu tujuan. Jangan sampai Desyca melihatnya merona merah. "Lu cepat ambil kesimpulan ya."

Desyca tertawa kecil. "Tapi... " tawanya memudar. Dengan menerawang ke atas, menatapi langit-langit koridor Desyca tampak mengkhayal. "Rasanya aku mau merasakan tepukan itu tidak hanya di alam mimpi." ujarnya polos.

Cowo cebol dihadapannya kaget bukan main. Wajahnya semakin memerah dan seolah-olah tak bisa mengendalikan reaksinya.

Reaksi mas Juna membuat Desyca tertawa lebar. "Mas Juna salting ihhh" ujarnya keras di sela-sela tawanya.

Yang ditertawakan memasang wajah kesal. Menatap si jail di hadapannya. Berharap bisa membalas.

Tawa Desyca perlahan mereda. "Maaf mas. Tapi tadi mas beneran lucu." ujarnya

"Des." panggil mas Juna. "Lu bisa nunduk sedikit gak?"

Desyca langsung terdiam. Ucapan mas Juna sama dengan yang di mimpi Desyca. 'Jangan-jangan mas Juna,'

"Gua bukan mau nepuk kepala lu kok." ujar mas Juna seolah bisa membaca pikiran Desyca.

Setelah mengangguk, Desyca menekuk sedikit lututnya, sambil melihat terus mas Juna yang menunggunya.

"Segini mas?" tanya Desyca.

Tanpa menjawab apapun, mas Juna memajukan wajahnya. Mengecup kening Desyca dan langsung memundurkan wajahnya kembali. "Lu tunggu aja sebentar lagi, gua pasti bisa lebih tinggi dari lu. Lu gak perlu nunduk lagi kalau gua mau ngecup kening lu lagi. Tunggu aja." mas Juna menunjukkan wajah Tsundere khas miliknya.

Desyca terperangah sebentar, lalu tersenyum geli. "Aku tunggu mas." jawabnya menahan tawa.

~The End~


Pendek ya? Hehe
Ini emang cuma fanfict yang Hwang bikin buat akun rp Hwang di Ig 😂. But i won't stop :3. Hwang lagi buat fanfict lain lagi. 304th Study Room lagi? Iya 😂. Karena bagi Hwang, lebih mudah bikin fanfict daripada buat cerita sendiri yang harus sibuk suntuk mikirin pengembangan karakter yang rumit 😅
But, i'll try guys.
Hope you like this short fanfict,  and hope you'll stay and wait for ma another story 💜😀

-- Hwang Rin Young --

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang