Malam ini aku menangis, karena perutku sakit. Sakit sekali tak tertahankan sampai kubawa ke dokter. Setelah diperiksa, katanya kebanyakan makan sambal."Sambel yang mana dok?" Aku mulai berpikir dalam dan mengingat-ingat sambal mana, yang mampu meneteskan air mataku yang suci ini, *cielah.
Tadi pagi, aku membeli mie instant. Mie instant kesukaanku memang bersambal dan kemasan sambalnya terpisah dari bumbu-bumbu lainnya. Tapi mungkin bukan karena mie ini, soalnya sewaktu kubuka, ternyata sambelnya tidak ada! (Gawat)
Kucari ke sudut-sudut kemasan, barangkali terselip atau lengket di bungkus bumbunya atau sambelnya ngumpet di mienya, sambel mimikri. Berulangkali kucari ternyata memang tidak berada di dalam kemasan. Kucari di meja barangkali sambelnya lompat pas kubuka bungkus mienya, tidak kutemukan juga. Dengan sedikit putus asa kucari di sepanjang jalan tidak pakai kenangan, menuju toko tempatku membeli mie instan.
"Gak ada sambal ketinggalan nak."
"Mak, ini urgent! Bukain satu persatu bungkus mienya siapa tahu sambelnya dobel di yang lainnya."
Setelah dibongkar satu-satu, kami tak jua menemukannya. Aku semakin putus asa dan tak tahu harus berbuat apalagi, hidupku berantakan, serasa tak berguna.
"Cobalah ananda cari di pabriknya."
Bergegas aku menuju pabriknya yang berlokasi lumayan jauh dari kotaku. Setelah sampai, kudobrak pintu pabriknya.
"Mana sambelku!"
Aku meminta hakku. Akan kuladeni siapa saja yang menentang, kuajak berkelahi, kupukuli sampai mati!
Seorang bertubuh tegap tengah memeluk bungkus-bungkus sambal. Kudekati dan kupukul perutnya. Sungguh sangat keras perutnya, sampai tanganku remuk. Beberapa detik setelah kupukul, aku ganti dibogem sampai terjerembab di lantai. Bukan main ngamuknya orang itu, bahkan, jempol kakiku diinjaknya sampai penyet. Seorang wanita yang baik hati kemudian menolong dan membantuku berdiri.
"Hentikan ayah!" dia membelaku, memapah berdiri dan diajaknya keluar pabrik.
"Cepat bawa aku lari!"
"Kamu bawa sambel?"
"Bawa, cepat bawa lari aku!"
Ternyata pencarianku selama ini tidak sia-sia, kutemukan sambel beserta pengulegnya. . .
Beberapa jam mengkhayal tak kusadari mieku telah menjadi bubur, aku tidak suka bubur akhirnya mienya kubuang. Jadi, penyebabnya bukan karena makan sambal di pagi hari. Tidak sarapan malah.
Kumaklumi itu semua. Karena pekerjaan manusia tidak bisa selalu sempurna. Beli mie instant tak ada sambalnya, tak ada minyaknya, tak ada bumbunya, sering. Kalau tak ada mienya juga, beneran akan kudobrak pintu pabriknya.
Siang harinya aku membeli roti bakar. Aku memilih rasa stroberi campur keju. Rotinya gemuk, mirip mantan kekasihku. Aku jadi teringat padanya. Pada senyumnya, pada bau asem keringatnya. Menunggu penjualnya memanggang dan membolak-balik roti gemuk itu, dengan tabah dan air mata terurai, perasaan hati yang sukar sekali didefinisikan, aku meng-sms mantanku.
"Tan, Aak kangen. :'( "
"Bodo amat!"
@&#%#+@)
Beberapa menit kemudian, aku terbangun di trotoar. Kulihat di sekitar begitu berantakan. Gerobak roti bakarnya, gerobak cakwe, gerobak lontong semuanya terbalik. Lima meter dari tempatku, kulihat penjual roti bakarnya kejang-kejang.
"Bang, saya tadi kenapa?" tanyaku pada seorang pejalan kaki yang akan kejang-kejang juga, tapi tak tahan sebentar.
"K-kesurupan!"
"Kesurupan, kesurupan, abang gak ngerti ye, saya ini jenglot, yang ada abang yang tak surupin." kemudian, si abang tadi melanjutkan kejangnya.Lagi-lagi, aku tidak makan.
Sore harinya, dengan penuh kecewa, aku berkunjung ke restoran paling mahal sekotaku. Akan kuborong semua masakan yang ada di restoran itu. Ada sayur asem, botok lamtoro, botok sembukan, sayur tewel kemarin. Minumannya juga, ada es legen, sari tape ketan hitam, ahhh pokoknya yang paling mahal!
Makanan dan minuman sudah tersedia di atas meja tinggal disantap. Aku pun tidak sabar ingin segera melahap semuanya. Tapi aku selalu ingat pesan emak, kalau makan harus berdoa terlebih dahulu, biar barokah.
Belum selesai berdoa, tiba-tiba aku diusir satpamnya.
"Lah pak, pak, kenapa saya diusir? Saya sudah bayar di muka. Saya juga datang ke sini baik-baik, gak ngajak kawin lari pelayannya kok."
"Maaf mas, sudah dibaca pengumuman jam tutup restoran ini di banner depan?"
"Sudah pak, jam 16.00 kan?"
"Tepat!"
"Nah, terus?"
"Sekarang jam berapa?"
"16.01."
@&#%#+#&@%
***
"NnnnnAAAAAH." teriakku meninggi sampai pak dokternya kaget.
"Jadi, jadi, pas kapan adik makan sambelnya?"
"Bukan karena makan sambel, saya kelaparan, kampret!!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/114325874-288-k716573.jpg)
YOU ARE READING
Kontras
HumorKalau nggak lucu pura-pura tertawa saja, biar saja nggak kecele. Salam olah raga(t)