Myuto berjalan sambil nyiul-nyiul sekenanya, biar nggak sepi. Siulannya bernada, nggak sekedar siulan mesum yang biasa disiulin Aran kalo liat janda sebelah rumah yang bodi nggak beda sama gitar Spanyol itu. Di tangan Myuto, ada dua kresek berisi martabak India kesukaan Reo. Eh tapi itu martabak nggak cuma buat Reo. Buat makan sekeluarga seminggu tuh.
Pelit.
Myuto menaiki tangga, dia membuka pintu rumah.
"BUNDA~"
Myuto kejengkal, dia cengo liat Hagiya, Reo, dan Aran menyambut dengan muka semanis madu. Nggak masalah kalo yang nyambut Hagiya atau Reo, kan mereka emang anak-anak manis.
Nah Aran ngapa ikutan?
Ada apa-apa nih pasti.
"Bunda, pasti capek ya," Reo dengan sopannya cium tangan Myuto yang bau oli. Aran membawakan kresek martabak, dia nyaut, "Bunda, aku udah bikinin teh lho buat Bunda." "Aku juga udah nyiapin air anget buat Bunda Myu, jadi bisa langsung mandi," Hagiya ikutan nyaut, senyumnya sejuta watt.
Myuto melongo. Nggak biasanya mereka kayak gini. Kalo Reo, sekali lagi, Myuto nggak masalah. Dia emang belum disuruh udah gerak, Myuto kadang gregetan kepingin masung kakinya. Kalo Hagiya angin-anginan, kadang mau kadang nggak. Jadi setengah aneh kalo mendadak dia nyiapin air buat Myuto mandi.
Sekali lagi.
Ini ada angin apa Aran bikinin dia teh?
"Udah, Myu, elo mandi sana," Yasui nyaut tanpa dosa sambil gonta-ganti channel tivi, "mumpung anak-anak lagi bolong pantatnya."
Hubungannya apa coba, mandi sama pantat bolong?
Myuto ngangguk pelan, dengan sejuta pikiran aneh dia jalan ke kamar mandi. "Gue nggak salah masuk rumah kan ya?" batin Myuto, "apa jangan-jangan gue masuk dunia paralel?"
Yasui nengok, dia langsung ngedorong tiga bocah itu ke dapur dan menggeplak kepala mereka. "Pe'a! Gue udah bilang jangan terlalu alay! Myuto kan jadi curiga!" sentak Yasui kesal.
Reo nangis, mewek kesakitan. "Reo kan cuma mau salim ke Bunda," dia protes, "kenapa jadi salah?"
"Heh bekicot sawah, kita jadi gini kan juga gara-gara elo," sahut Aran, "awal masalahnya dari elo."
*
Beberapa jam sebelumnya....BLAM!
"ASTAGHFIRULLAH! ADA RUDAL JATOH!"
"Ma, kalo ada rudal satu komplek ancur. Oon boleh bego jangan."
Yasui dan Hagiya langsung keluar kamar, begitupun Aran dengan muka kesalnya karena kegiatannya ngerayu suster via video call keganggu.
"Ada asep! Beneran ada rudal!" teriak Yasui, Hagiya seketika gregetan dan ngegaplok kepala Yasui. "Jangan bego, deh!" sahut Hagiya, "paling juga Reo tuh, mecahin panci lagi!"
Eh.
"ASTAGHFIRULLAH REO!" Tiga orang itu langsung lari ke dapur, mereka batuk-batuk ngibasin tangan biar asepnya ilang. Yasui menoleh, dia melongo liat Reo udah mewek dengan muka kena angus. Dia semakin cengo liat microwave di deket Reo udah ngepul.
Yasui bengek.
Aran cengo.
Hagiya mendelik.
Itu.
Microwave.
Myuto.
"Re....." Yasui semakin bengek, "itu.... microwave.... punya bunda lo." "Baru lunas juga kan minggu lalu," sambung Hagiya, "elo apain Re, itu microwave sampe meleduk gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Koplak
FanfictionApa jadinya jika tujuh orang koplak membentuk sebuah "keluarga"? Yang jelas nggak akan normal. Ini hanya kisah keseharian sebuah "keluarga", yang aneh, nggak bermanfaat, dan nggak jelas alurnya kemana Pokoknya cerita aja.