Chapter 1 : 12 Years Ago

321 22 2
                                    

I want you since the first time I saw you


.
.
.

12 Tahun yang lalu...

Pagi itu, Kenia dan Kanaya yang baru berusia 5 tahun sedang bermain di luar. Suasana diluar juga sangat mendung dan berangin. Kanaya sangat menyukai suasana yang dingin seperti itu, namun lain halnya dengan Kenia. Kenia sangat membenci hal itu. Mengapa? Alasannya simple, karena air bisa berubah sangat ganas saat bertemu petir. Lagipula, sudah banyak orang yang meninggal akibat sambaran petir, dan hal itu membuat Kenia bergidik ngeri.

Kenia sedikit memohon ke Kanaya yang sedang berputar-putar ditengah taman sambil merentangkan tangannya untuk segera pulang. Kilat juga mulai menyambar-nyambar, angin semakin kencang, dan hujan perlahan-lahan mulai turun. Kanaya sendiri tertawa. Betapa bahagianya dia saat ini. Disisi lain, Kenia mulai memeluk dirinya sendiri, dan memejamkan mata. Dia sangat takut. Demi Tuhan, dia benar-benar takut. Kenia bahkan memekik pelan saat kilat muncul membawa petir berfrekuensi pelan dibelakangnya. Hal itu membuat Kanaya melirik, kakaknya memang sangat aneh, batinnya. Hujan adalah hal yang menyenangkan, membuat udara menjadi sangat sejuk. Bahkan tanaman yang tumbuh sangat membutuhkan hujan, bukankah begitu? Pikirnya.

Namun akhirnya, ia mengalah. Ia berjalan ke arah Kenia dan mengulurkan tangannya kearah Kenia yang sekarang sedang jongkok ketakutan.

"Ayo, kita pulang sekarang. Aku tidak mau dimarahin mama lagi, ayo." Kenia melirik dan akhirnya tersenyum sambil menyambut uluran adiknya dengan senang.

"Ayo, hujan semakin deras. Larilah dengan cepat." Teriak Kanaya. Kenia sedikit kesusahan mensejajarkan langkah kakinya dengan langkah kaki adiknya. Adiknya sangat lincah, berbeda dengannya. Badannya yang sedikit lebih mungil membuatnya sulit berlari dengan cepat.

"Siapa yang lebih dulu sampai kerumah, menjadi pemenang. Yang kalah akan membelikan es krim." Kata Kanaya lagi. Selalu begitu, batin Kenia. Karena Kenia tahu, ia pasti akan selalu kalah dengan adiknya. Dia sedikit mendengus sambil berusaha melangkahkan kakinya dengan cepat. Hujan juga semakin deras, baju mereka sudah semakin basah.

Kenia berhenti. Dia sangat lelah saat ini, ia mencoba mengatur nafasnya. Kenia bahkan sudah tak memperdulikan hujan yang semakin deras. Ia melanjutkan langkah kakinya, dan beruntunglah ia. Rumahnya sudah kelihatan, sudah tidak jauh lagi. Dia berlari semakin cepat untuk menyusul adiknya yang sudah sangat jauh, dia bahkan sudah hampir sampai. Namun..

Bruukk

Kenia terjatuh tersandung akar pohon. Bajunya kotor terkena lumpur. Tangannya kotor dan kakinya sakit. Dia meringis pelan.

"Sakit sekali." Gumamnya. Dia mulai berdiri. Namun dia tidak merasakan butiran-butiran air dikepalanya. Dia mendongak, ternyata seorang anak laki-laki yang setahun lebih tua di atasnya sedang memayunginya dan mengulurkan tangan. Ditengah hujan yang dingin, di bawah payung berwarna ungu yang dibawa anak laki-laki itu, Kenia merasa terlindungi. Kenia menyukai itu, hingga akhirnya dia mencap anak laki-laki itu sebagai 'cinta pertamanya'. Karena kak Layla -sepupunya- pernah berkata bahwa cinta pertama itu adalah orang yang  melindungi kita. Dan laki-laki itu telah melindunginya, sehingga pikirnya, laki-laki itu adalah cinta pertamanya.

****

"Aku gak bohong Nay. Orang itu yang sudah menolongku waktu jatuh kemarin." Kata Kenia ke Kanaya. Saat ini mereka sedang mengintip kearah ruang tamu mereka, sepasang suami istri dan anak laki-laki yang pernah menolong Kenia tempo hari berada dirumah mereka, sedang duduk di sofa di rumah mereka.

"Aku gak percaya. Kakak kan suka menghayal hal-hal yang aneh. Kalau memang dia yang nolong kakak, nama dia siapa?" Tanya Kanaya.

"Dia pergi sewaktu aku membuka pagar rumah. Aku gak sempat nanya nama dia siapa." Namun Kanaya tetap tidak percaya.

Sepasang suami istri dan anak laki-lakinya akhirnya beranjak meninggalkan mereka dan berlalu pergi.

"Loh? Kalian kok disini? Kok gak ikutan gabung sama mama tadi?" Tanya mama mereka. Saudara kembar itu menggeleng.

"Yaudah sini bantu mama, kalian angkatin gelas yang ada disitu. Kan ada tiga gelas, kakak Keni bawa 2 gelas, dipegang di tangan kiri sama tangan kanan. Kanaya bawa gelasnya satu." Kata Mama menjelaskan. Mereka langsung mengangguk dan membawa gelasnya menuju dapur.

"Terima kasih sayang. Yaudah main-main diluar. Tapi jangan nakal ya." Lanjut mama mengecup pipi Kanaya dan Keni. Mereka mengangguk dengan semangat dan berlari keatas, ke kamar mereka berada.

"Kak, pita biru kakak, Naya pake ya. Pita merah Naya hilang. Kata mama, besok beli pita barunya." Kenia mengangguk. Dia menyerahkan pita biru kesayangannya ke Kanaya. Dia sendiri memakai
pita berwarna merah jambu dengan motif polkadot merah disekelilingnya. Setelah keduanya selesai, mereka akhirnya pergi bermain ketempat mereka biasanya.

***

"Naya ember yang merah kamu taroh mana?" Tanya Cindy ke Kanaya. Cindy ialah gadis kecil manis nan menggemaskan yang juga merupakan sahabat mereka berdua, namun Cindy memang lebih dekat dengan Kenia. Rumah Cindy juga sangat dekat dengan rumah mereka, itu sebabnya baik Kenia maupun Kanaya sering berkunjung kerumah Cindy, entah untuk sekedar duduk-duduk maupun berlindung dari kejaran Kak Layla.

"Dimana sih, Nay?" Tanyanya lagi. Kanaya mendengus dan menunjuk ke arah ujung, dekat pohon rindang yang dibawahnya terdapat tempat duduk kecil.

"Itu disana. Ambil aja, masakan aku sudah hampir matang, nanti gosong, anakku gak suka sayur gosong." Jawabnya sambil mengaduk-ngaduk daun hijau yang sudah dicacahnya ke panci mainannya.

"Ayo kita ambil Ken." Kenia mengangguk dan pergi mengambil ember yang isinya batu-batu kecil, sedangkan Cindy mengambil sekopnya. Namun mata Kenia menangkap anak laki-laki yang pernah menolongnya. Cinta pertamanya. Laki-laki itu sedang duduk, namun segerombolan anak laki-laki mendatanginya dan hampir memukulnya.

"Kanaya, tolong, ada anak-anak jahat." Pekiknya. Cindy yang melihat itu langsung terkejut dan berlari mengejar Kenia yang sudah lari duluan. Kanaya juga pergi menyusul Cindy dan Kenia. Mereka mendatangi anak laki-laki itu dan membantunya. Tanpa rasa takut, mereka memukul-mukul segerombolan anak laki-laki itu dengan ember dan sekop mainan mereka. Segerombolan anak laki-laki itu akhirnya pergi.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Kenia.

"Iya, kamu gak apa-apa?" Kanaya bertanya. Anak laki-laki itu menggeleng dan berlari pergi.

"Ditanyain kok malah kabur. " Kata Cindy. Kenia sendiri hanya memandang laki-laki yang telah ditandainya sebagai cinta pertamanya berlari pergi hingga hilang di belokan.

"Tapi dia mirip sama artis yang pernah Naya tonton loh kak, Naya suka deh kak." Cerocos Kanaya. Kenia hanya tersenyum.

"Tapi dia orang yang berbeda Naya, dia bukan artis. Ayo kita pulang." Ujar Kenia. Cindy juga mengangguk mendengarnya.

________________

Ini cerita tentang Kenia dan Kanaya waktu masih kecil. Semoga suka part 1 nya ya:)
Jangan lupa Voteee kakak💕

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang