1.

2K 171 42
                                    

Hari ini adalah hari pertama [Name] masuk ke sekolah barunya. Dengan langkah kecil [Name] melangkah masuk ke dalamnya.

Ia melihat sekeliling sekolahnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Perhatiannya teralihkan saat melihat suatu benda yang berdiri tegap di pojokan. Mesin minuman.

Dengan setengah berlari ia akhirnya sampai didepan mesin minuman itu. Disampingnya sosok pemuda menatapnya aneh, namun [Name] tidak peduli. Seketika peduli saat pemuda itu memencet tombol untuk susu rasa terbaru yang hanya tersisa 1. Dengan cepat ia menyambar susu itu dan berlari meninggalkan pemuda itu.

Sesuai dengan dugaannya pemuda itu mengejarnya. Dengan langkah-langkah besar pemuda itu berlari mengejarnya. [Name] menjerit ketakutan dan berlari sekuat tenaganya. Bersyukurlah ia memiliki tubuh yang kecil, ia dapat menyelit di sebuah perbatasan sebuah gedung yang terbilang sempit.

Dengan cepat ia menyeruput susunya dengan nikmat.

"Susu memang yang terbaik," ucapnya dan menghembuskan napas lega.

Saat ia hendak melangkah keluar, sosok bayangan besar didepannya menghentikkan langkahnya. Pemilik bayangan besar itu adalah pemuda pemilik susu---yang seharusnya---tadi.

Dengan langkah seribu ia berlari meninggalkan pemuda itu menuju kelasnya. Pemuda itu tetap mengejarnya tanpa rasa lelah.

"HEI KEMBALI KESINI!"

"GOMENASAI! NANTI AKAN KU GANTI!"

"TIDAK ADA KATA MAAF UNTUK SUSUKU!"

"KYAA!"

[Name] menjerit kencang saat pemuda itu berhasil menangkapnya. [Name] memukul-mukul dada pemuda itu agar melepaskannya.

"Lepaskan aku!"

"Kembalikan susuku!"

"Sudah habis!"

"Bohong!"

"Beneran!"

Mereka terus bercekcok sampai mereka sadar kalau mereka menjadi bahan omongan saat ini. Bagaimana tidak? Pemuda itu memeluk pinggang [Name] sedangkan [Name] terus memukul-mukul dadanya.

Wajah mereka berdua memerah dan pemuda itu melepaskan pelukannya. [Name] membungkukkan badannya terlebih dahulu dan berlari kecil menuju kelasnya.

Saat ia masuk ke dalam kelasnya, dua sosok pemuda terus memperhatikannya sampai ia duduk. Ia hanya menanggapinya dengan senyum tipis, dan salah satu pemuda yang memiliki bintikkan di wajahnya membalas senyumannya sedangkan pemuda satunya yang berambut pirang memutar bola matanya malas.

[Name] mendenguskan napasnya dan menengkelupkan wajahnya ke dalam lipatan lengannya. Habislah aku!, umpatnya dalam hati.

Tidak berselang lama, guru untuk jam pertama hari ini pun masuk. Ketua kelas menyiapkan teman-temannya dan memberikan salam kepada gurunya.

"Ohayou sensei!"

"Ohayou mou. Oh ya, kalian kedatangan teman baru hari ini. [Surname]-san, silahkan maju ke depan," pinta Makoto-sensei.

[Name] menganggukkan kepalanya dan berjalan kedepan dengan tubuhnya yang bergemataran karena ia menjadi tatapan penjuru kelas saat ini. Ia menutup wajahnya seakan-akan ia melihat sesuatu yang menyeramkan.

"P-perkenalkan. N-nama saya [Surname] [Name]. M-mohon bantuannya," ucapnya lalu membungkukkan tubuhnya.

"Baiklah [Surname]-san, silahkan duduk di tempatmu kembali," ucap Makoto-sensei.

[Name] menganggukkan kepalanya kecil, lalu dengan setengah berlari ia menuju tempat duduknya.

Ia sebisa mungkin terus fokus menghadap kedepan. Sedari tadi teman-temannya tidak berhenti menatapnya.

Revolution [ Kageyama Tobio X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang