"Halo, Carissa.. Bagaimana dengan kencanmu semalam, apakah semuanya lancar?"
"Louwiiii.. Aku sangat ingin berterimakasih padamu. Berkat semua konseling yang kau berikan, akhirnya Daniel benar-benar melamarku. Seharusnya kau datang ke rumahku sekarang, dan aku akan menunjukan cincin dua puluh empat karatku padamu." Teriak Carissa girang. Aku tersenyum tipis menanggapi semua ocehannya sambil tetap menjepit ponselku diantara pundak dan juga telingaku. Hari ini aku harus menyelesaikan data-data pasien konseling milikku, jika aku tidak segera menyelesaikannya maka pihak rumah sakit akan terlambat untuk merekap data-data pasien yang telah kutangani bulan ini.
"Wahh, selamat. Sayang sekali hari ini aku benar-benar sangat sibuk dan tidak bisa datang ke rumahmu. Mungkin lain kali aku akan datang ke sana dan melihat sendiri bagaiaman bentuk sebuah cincin tunangan seberat dua puluh empat karat milikmu. Pasti sangat mahal dan mewah."
"Ya, tentu saja. Pokoknya jika kau tidak sedang sibuk, kau harus menyempatkan diri untuk datang ke rumahku. Aku akan sangat senang jika kau datang Louw."
"Baiklah. Aku akan segera menyelesaikan pekerjaanku, dan kita akan segera bertemu secepatnya. Kalau begitu sampai jumpa."
Klik
Huh, akhirnya. Telingaku rasanya sudah sangat panas mendengarkan segala celotehannya yang tak berujung itu. Bayangkan saja, aku hampir mendengarkan celotehannya selama satu jam. Jika ia bukan temanku, maka aku akan langsung mengabaikan panggilannya dan tidak akan menanggapi segala macam celotehannya yang tak penting itu. Oh ya ampun, pekerjaanku. Terlalu lama menggerutu tentang Carissa membuatku melupakan semua data-data pasien yang harus kuserahkan pada pihak administrasi rumah sakit. Oh God, ini sungguh sangat membosankan. Aku lebih baik membalas puluhan email yang masuk ke dalam webku daripada aku harus berkutat dengan tumpukan data-data pasien yang terlihat sangat membosankan ini. Andai saja aku memiliki seorang asisten pribadi, maka aku akan langsung mempekerjakannya untuk urusan yang satu ini.
Tok tok tok
Aku mendongakkan kepalaku dan menemukan seorang pria dengan wajah yang sangat tampan sedang tersenyum manis ke arahku.
"Dokter Im, apa aku mengganggumu?"
Ya Tuhan, si tampan Andrew Cole datang ke ruanganku. Ahh, aku merasa saat ini malaikat-malaikat sedang menari di sekitarku. Kurasa aku mendapatkan sedikit berkat dari mereka.
"Ah ya, silahkan masuk. Tumben sekali dokter Cole datang ke ruanganku." Ucapku malu-malu. Aku melirik cermin kecilku sekilas, dan kurasa wajahku tidak terlihat aneh atau semacamnya sehingga aku tidak perlu khawatir saat berhadapan dengan dokter tampan ini.
"Begini, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu, jadi mungkin aku akan mengganggu sedikit waktu yang kau miliki."
"Kau bisa menanyakan apapun yang kau inginkan. Kau juga tidak perlu bersikap formal seperti ini. Lagipula, umur kita tidak terpaut jauh."
Huh, rasanya sungguh aneh jika aku harus berhadapan langsung dengan seorang pria tampan bak dewa yunani seperti ini. Biasanya aku hanya memberi konseling pada klien-klienku mengenai cara berhadapan dengan pria tampan atau sejenisnya. Tapi, saat aku harus melakukannya sendiri, ternayata tidak semudah yang pernah kukatakan pada klien-klienku.
"Sebenarnya ini mengenai pasienku, tuan Devon. Sebenarnya kondisi tuan Devon sudah sangat baik dan stabil. Tapi, entah mengapa, sakit yang dideritanya tidak dapat sembuh secara total. Sebagai dokter psikiatri, mungkin kau memiliki jalan keluar untuk masalah yang dialami oleh tuan Devon. Kurasa tuan Devon memiliki sedikit masalah pribadi yang membuatnya stress dan tidak dapat fokus pada pengobatan hepatitis tulangnya. Jadi, apa kau bisa memberikan sedikit terapi pada tuan Devon. Kau bisa memulainya sore ini jika kau mau. BagaImana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomali Couple
ChickLitMenikah? Hmm, sepertinya bukan sebuah problematika yang perlu dikhawatirkan. Dengan menikah hidup akan berjalan dengan penuh warna dan keromantisan. Aku merasa tidak sabar untuk berperan sebagai isteri siaga yang cantik dan juga mempesona. Apalagi j...