CHAPTER 1 : "Pertemuan pertama"

22.5K 762 45
                                    

Sebuah mobil Camry hitam berhenti di depan rumah. Tak lama, seorang pria paruh baya berkepala plontos dengan senyuman yang menghiasi bibirnya, melambaikan tangan padaku yang tengah terduduk di atas ayunan. Dia adalah Johnny Davenheim, Ayahku.

"Kenapa lama sekali? Aku sudah menunggu selama dua jam. Dad, kau sudah janji untuk mengantarku ke toko buku hari ini. Kau lupa?" cecarku.

"Maaf, sayang. Hari ini banyak sekali pekerjaan di kantor."

Dia memelas; Aku berdecak sebal memandangnya.

"Payah. Mom!" Panggilku setelah masuk ke dalam rumah.

"Iya. Aku datang!" Dari arah dapur Mary datang, dan langsung menyergap ayahku dengan memeluk dan mengecup singkat bibirnya.

"Besok libur, pokoknya kita bertiga harus mengadakan piknik. Tidak ada penolakan, ya, Dad."

"Ide bagus!" Mary menimpali ucapanku.

Sedangkan Johnny hanya bisa mengangguk pasrah, membuat Mary terkikik pelan. Tahu bahwa Johnny hanya ingin tidur kalau hari libur.

"Baiklah, mari kita makan dulu."

Kami bertiga sedang asik makan ketika telepon rumah berdering panjang. Aku segera beranjak sebagai perwakilan mengangkat telepon masuk.

"Halo?" sapaku.

Dari seberang telepon hanya senyap tanpa suara sampai kesabaranku menipis dan kembali menyapa, "Halo? Kalau tidak menyahut akan kututup teleponnya."

Baru saja berniat menutup, suara seorang pria berdehem menggaung di telingaku.

"Halo, Jane." Pria itu menyapaku balik.

Lantas lanjut berkata, "ada berita duka yang ingin kusampaikan."

Suaranya terdengar berat.

Aku mengernyit bingung. "Sebentar, kau ini siapa dulu? Berita duka apa?"

"Xander. Aku Xander. Tolong sampaikan pada orangtuamu, Sue ... telah meninggal."

"Sue yang mana? Bukan Sue nenekku, 'kan?" Aku memastikan. Harap-harap orang itu hanya salah sambung.

"Suesan Wedlouw," jelas pria itu.

Secepat mungkin aku menutup telepon, menaruhnya di tempat seperti semula. Aku menarik napas penuh sesak, meremas-remas tanganku. Mataku mulai berair hingga menetes-netes ke lantai. Meninggal? Tidak mungkin.

"Jane, ada apa?" tanya Johnny yang tiba-tiba muncul di hadapanku, menatapku khawatir cenderung penasaran setelah mendapatiku menangis. Aku tidak menjawab, hanya terisak.

"Jane, jawab. Kenapa menangis?" Johnny memegang kedua bahuku, mengguncang-guncang tubuhku hingga aku terkesiap. "Jane!"

Mary sampai datang menghampiri kami saking berisiknya suara Johnny. Lalu, menatap kami berdua bergantian dengan pandangan bingung.

"Ada apa, Jane?"

Susah payah aku menahan agar tidak terisak, tapi sia-sia.

"Grandma... meninggal," jawabku tertahan.

⚘️⚘️⚘️


Kabar kematian Suesan-nenekku-sungguh membuatku terpukul. Apalagi Mary. Kasihan, ia sampai pingsan karena syok ketika kuberitahu kabar itu. Alhasil, makan malam kami harus tertunda dan kami bertiga langsung terbang ke New York saat itu juga. Menempuh puluhan kilometer untuk melihat Sue terakhir kalinya sebelum dikebumikan.

Setelah dua jam menempuh perjalanan dengan taksi dari bandara menuju kediaman nenekku, akhirnya kami sampai di tujuan. Tujuan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beloved UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang