mak comblang jatuh cinta part 2

72 1 0
                                    

Rini masih membereskan pekerjaannya.sedangkan di luar hujan sangat deras.Sesekali ia melihat jam tangannya,jam 22.15 menit.Harusnya dia sudah pulang  10 menit yang lalu, tapi gara gara insiden kecil di meja kasir dia harus tinggal sebentar dan menghadap atasannya.Rini menghembuskan nafasnya pelan,kebetulan hari dia tidak membawa payung maupun jas hujan.

"Belum pulang?" sapa seseorang mengagetkan Rini
"Eeh..Pak Amir..."
"Maaf yang tadi ya..bukannya saya nggak percaya sama kamu,saya yakin itu bukan kesalahan kamu sepenuhnya" Kata laki laki itu sambil berdiri menjajari Rini.Rini menoleh sekilas,atasannya ini adalah laki laki berusia hampir 40 an tapi masih belum menikah,dari kabar yang sempat beredar di lingkungan kerja Rini,hal itu terjadi karena Pak Amir yang punya kelainan seksual.Tapi benar atau tidak kabar itu Rini tidak memperdulikannya.Kalau di lihat dari penampilannya sih Pak Amir cukup berwibawa,rambutnya di potong rapi dengan kumis tipis yang rapi pula,kulitnya kuning langsat dengan mata yang bulat dan tegas.Sama sekali tidak mencerminkan seorang pria metro seksual seperti yang Rini lihat di televisi.

"Iya Pak..saya mengerti kok" jawab Rini mengaguk sopan,Rini benar benar tidak nyaman dengan suasana saat ini,Apalagi Pak Amir terus menatapnya dengan tatapan yang...entahlah..Rini benar benar tidak nyaman.

"Apakah kamu mau pulang bareng saya?" tanya Pak Amir lagi kali ini dengan senyuman khasnya,senyuman yang kata teman teman kerja Rini senyuman maut buat pelanggan.

"Oh..nggak usah Pak..." Rini melihat ke depan toko,hujan masih rintik rintik tapi Rini segera bergegas.

"Maaf hujannya sudah reda Pak..saya pulang duluan" Rini langsung berlari menerobos hujan yang kembali deras.Rini tidak perduli dia benar benar ingin secepatnya pergi dari tempat itu.

Rini memasuki pagar rumah kos nya dengan keadaan basah kuyub,ternyata pas di pertigaan jalan tadi hujan bertambah deras.Memang jarak tempat kerja Rini tidak begitu jauh dari tempst kosnya,hingga ia cukup jalan kaki saja.Atau kadang nebeng Asti kalau tujuan mereka Searah.

"Kenapa nggak berteduh sih" sapa Naya,menyambut kedatangan Rini.Se resek reseknya Naya dia tetap sahabat yang baik saat ini bagi Rini.

"Tadi maunya nunggu sampai reda..eh di toko cuma ada pak Amir...masa gue harus di sana berdua,ogah" Rini mengganti bajunya lalu melangkah ke dapur untuk memasak air,buat mandi.

"Loe itu terlalu suudzon sama orang Rin.." Naya mengekor di belakang Rini,Rini mengangkat bahunya.

"Ya...Gue harus tetap waspada kan Nay,apalagi ini sudah malam. tadi kalau Loe lihat cara pak Amir natap gue...hiiyy..." Rini kembali membayangkan tatapan Atasannya itu."kayak kucing ngelihat ikan daging segar"lanjutnya.Naya tergelak.

"Loe itu.." Naya membuka lemari Es lalu mengambil sepiring pisang goreng.

"Tadi Asti yang bawa"kata Naya tatkala ia melihat ekspresi Rini bertanya tentang pisang goreng itu.

"Oh ya..kenapa Loe nggak tidur..?" tanya Rini sambil menyantap pisang goreng dengan cara aneh,pisangnya di kembalikan ke piring,cuma adonan tepungnya yang di makan.

"Ada yang mau gue  omongin  Rin.." bisik Naya,Rini menganguk.Rini dan Naya sudah saling kenal lebih dari 3 tahunan,selama ini mereka sudah saling mengerti maksud hati masing masing.

"Ya udah gue mandi dulu kalau gitu,ntar kita mgobrolnya di kamar gue  saja.Okey.." kata Rini lalu masuk ke kamarnya sambil membawa ember air panas.Naya menganguk lalu mengembalikan pisang goreng itu ke lemari es,pisang sisa Rini bagian dia yang makan.Karena ternyata Naya lebih suka pisangnya,dari pada tepung kriuknya.

Kos tempat Rini,bukan termasuk kos mewah.Mereka yang tinggal disana termasuk anak anak dari kalangan ekonomi ke bawah.Seperti Rini,orang tua Rini hanya Pegawai Negeri Sipil tingkat menengah.Sehingga mau tidak mau mereka harus pintar mengatur keuangan,mereka masak sendiri,cuci baju sendiri.

Naya berbaring di kamar Rini sambil membaca salah satu buku novel koleksi Rini,sedang Rini sibuk mengeringkan rambutnya sambil menghadap cermin,hari sudah malam saat itu.

"Gue tidur sini saja deh kayaknya,biar bisa cerita sepuasnya" kata Naya

"Hmmm...memang ada masalah apa sih?"
Naya menutup bukunya lalu duduk,

"Rin...gue lagi suka sama cowok"

"Yang beberapa waktu ke sini itu" tebak Rini sambil menyisir rambut panjangnya

"Bukaaan..."

"Yang Loe bilang senior itu?" tebak Naya lagi

"Bukan Rin...,dulu sih iya mereka..tapi sekarang beda orang" cerita Naya ber api api.Rini memutar tubuhnya ke arah Naya,heran dengan cepatnya perubahan sikap temannya itu.

"Lalu..???". Tanya Rini,Naya menarik tangan Rini agar mau mendekat,lalu membisikkan sesuatu.Ekspresi Rini berubah,dia tertawa mendengar bisikan Naya.

" bantuin gue dong Rin..kan Loe kenal sama dia"mohon Naya,Ternyata Naya naksir pemuda penjual pecel lele yang warungnya persis di depan toko tempat Rini kerja,Rini kenal karena pemuda  yang namanya Yoga itu sering beli ke toko Rini dan Rini juga pernah makan di warungnya.

"Benaran nih Loe naksir?" goda Rini sambil terus tertawa,dia tertawa karena yang Rini tahu selama ini Naya terlalu sering naksir cowok tapi biasanya sesama mahasiswa.Naya menganguk mantap,

"Trus gue bantu apa?"kali ini mimik wajah Rini di buat seserius mungkin,biarpun dalam hatinya ia tertawa membayangkan seandainya Naya beneran jadian sama tukang pecel lele itu.

" Minta nomer hpnya aja deh kayaknya,buat permulaan"

"Kalau berhasil hadiah apa yang cocok buat mulut mak coblang gue ini?" Naya melempar bantal Ji chang wook ke arah Rini,yang langsung dengan sigap di terima Rini sambil menggerutu.Nggak terima bang ichangnya di lempar lempar.

"Sialan Loe,sama teman sendiri peritungan" gerutu Naya

"Lha...kan gue butuh modal Nay..gimana bisa ngomong sama dia kalau ketemu saja jarang.Masak gue minta nomer pas gue kerja?,bisa bisa di strap gue sama pak Amir"

"Hmmm..." Naya mengetuk tangannya dengan telunjuknya.

"......"

"Gue ganti deh tiap Loe keluar duit buat ketemu dia" usul Naya,Rini melengos.Dia merebahkan tubuhnya di sebelah Naya yang masih dalam posisi duduk bersila.

"Gue kan dapat makan di toko" jawab Rini kemudian."Masa ketemunya di warungnya?alasan apa coba?"

"Lha nih anak,itu tugas Loe.Kalau dari awal gue berani,gak bakal minta bantuan Loe" Rini meringis mendengar penuturan Naya.

"Ya deh..ntar gue pikirin..sekarang gue ngantuk mau bobok cantik dulu.Biar besok fress"Rini sengaja menarik selimutnya sampai ke bagian lehernya.

"Ya elah..loe nggak niat banget sih Rin...hoee...bangun.."

Rini menurunkan selimutnya.

"Loe pikirin dulu keuntungan apa yang gue dapat,urusan minta nomer telfon bakal lancar" jawab Rini langsung mematikan lampu kamarnya dan menaikkan selimutnya kembali.Kontan saja membuat Naya teriak teriak ketakutan.Rupanya Rini tahu kalau Naya fobia suasana gelap,jadi dia iseng melakukannya agar Naya segera keluar dari kamarnya.Hari ini Rini capek sekali,di tambah tadi dia kehujanan.Kepalanya jadi pusing biarpun tadi sudah mandi dan keramas dengan air hangat.Apalagi hari sudah malam,dia hafal banget dengan tingkah Naya kalau sedang naksir seseorang.Naya akan mengajaknya bergadang sampai pagi buat cerita tentang cowok yang di sukainya,bukan Rini nggak pengertian sama teman tapi Rini besok ada kuliah pagi jadi dia harus lekas tidur.Biar tidak menyia nyiakan waktu,bagi Rini waktu adalah uang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mak comblang jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang