Part 3

4 0 0
                                    

"kau terpana dengan melodi yang ku mainkan?" namja itu mengeluarkan senyuman miring yang membuat Yejin kembali sadar.

Yejin tak meladeni ucapan Jikyung dirinya masih terkejut jika namja yang ia tau hanya suka merusak dan membuat orang lain kesal, kali ini untuk pertama kalinya dirinya di buat terkejut jika seorang Park Jikyung mempunyai keahlian di bidang musik. otaknya mulai muncul pertanyaan apakah ia juga bisa memainkan alat musik lain.

" Jikyung-ah apa kau bisa memainkan piano itu?" setelah pertanyaan itu terucap, tawa menyebalkan bagi Yejin muncul mungkin namja ini mengira dirinya benar-benar jatuh dalam melodi yang tadi ia mainkan. Hell yang benar saja ia hanya terkejut dengan keahliannya dalam memainkan gitar dan jika namja ini memang bisa memainkan beberapa alat musik, ia bisa meromendasikan untuk masuk universitas seni pada guru pembimbing nanti.

Mengingat jika namja menyeblkan ini jarang berada di kelas dan juga sangat sering membuat pelanggaran, membuat para guru kesal setengah mati dengan kelakuan Jikyung.tentu saja itu berdampak pada nilainya apalagi sekarang ia berada di tahun terakhir.

"sudah ku duga kau menyukainya, aku tak akan terkejut lagi jika memainkan piano itu kau akan menyukaiku nantinya" dengan percaya dirinya namja itu berucap di luar kenyataan, sedangkan Yejin hanya mengedikkan bahu tak peduli toh, itu sangat tak mungkin menyukai namja yang sangat suka membuat onar.

Saat ini namja itu sudah duduk di depan piano mencoba beberapa nada dan perlahan mulai memainkannya, melodi awalnya cukup enak di dengar santai namun terdapat emosi di dalamnya hingga saat di tengah-tengah melodi itu berubah tempo jadi cepat. Jemari- jemari seorang Park Jikyung sangat terampil memainkan tuts piano hingga tanpa sadar membut Yejin membolakan matanya ia sangat tak percaya lelaki ini memainkan piano itu seperti seorang professional namun masih ada kesalahan yang dapat di dengar oleh Yejin, tapi itu tak membuat keterkejutannya berkurang.

Hingga Jikyung selesai bermain lalu menatap Yejin dengan smirk andalannya, ia yakin gadis ini akan terkejut jika ia bermain sepert tadi. Namja itu beranjak dari tempatnya berniat pergi dari ruangan menuju tempat ia biasa membolos "aku tau kau terpesona olehku setelah aku memainkan piano tadi" Jikyung tersenyum meremehkan " tapi jangan pernah membicarakan ini dengan para guru ataupun berpikir hendak menjadikan hal tadi sebagai alat untuk memasukkanku ke universitas!" wajah namja itu berubah serius, Yejin menatap kesal kearah Jiikyung ia yakin jika maksudnya memang mudah di baca tapi ia sangat ingin membahas hal ini dengan beberapa guru dan juga tuan Park.

"aku akan tetap membahas hal ini dan aku juga akan memberi tahu ayahmu nanti, tak peduli apa katamu Park, dan jangan mencoba pergi membolos lagi setidaknya pergi kekelas mu hari ini" setelah mengatakan itu Yejin berlalu pergi namun baru saja ia ingin membuka pintu kerah belakang bajunya di tarik oleh Jikyung membuatnya sedikit berontak ingin melepaskan diri "jangan coba-coba mencampuri urusanku Han Yejin!" Yejin terdiam nada bicara yang ia dengar lebih serius kali ini "aku lebih tau apa yang akan aku lakukan setelah lulus nanti. Ini hidupku kau bahkan bukan siapa-siapaku dan kau lebih tau jika tugasmu hanya menjaga kedisiplinan para siswa, lalu kenapa kau sangat memikirkan urusan pribadiku?" Jikyung melepaskan cengkramannya dan pergi dengan membanting pintu tanda ia kesal,

Untuk sejenak Yejin terdiam, apakah ia telah memasuki urusan pribadi Jikyung selama ini? Yang ia tau bahwa dirinya hanya membantu sebagai sesama siswa dan juga sebagai dewan kedisiplinan dan ia mau karena ia tau bagaimana para guru membicarakannya, bagaimana para guru menyerah akan sikap dan nilainya . Dan Yejin memang tak membela siapapun disini karena itu memang kesalahan dari Jikyung karena tak berubah hingga di tahun terakhirnya, apalagi setelah tahu bagaimana hubungan keluarga Jikyung beberapa bulan yang lalu lewat pembicaraan para guru tentunya yang tak sengaja ia dengar.

***

Jam sudah menunjukkan jam pulang dan saat ini Minwoo hendak mengajak kakak nya untuk sekedar jalan-jalan juga membicarakan suatu hal yang sejak kemarin ia pikirkan. Mengikuti audisi dance yang memang sudah sangat ia tunggu, namun ia takut jika Yejin tak mengijinkan. Di lihatnya sang kakak sedang berjalan menuju ke arahnya dan ia melambai

"nuna, apa kau sibuk hari ini?" Tanya Minwoo setelah mereka berjalan beriringan menuju gerbang "tidak aku hari ini ingin bolos bekerja saja, mood ku juga sedang tidak baik" nada lesu dari Yejin dapat ia rasakan, dan ini juga saat yang tepat untuk mengajak jalan-jalan bukan.

"baiklah, kalau begitu ayo kita keluar aku juga akan bolos latihan, ayo!" seru semangat Minwoo membuat senyum Yejin muncul, baiklah hari ini ia akan bersenang-senang dengan adiknya melupakan pikirannya sejenak,dan waktu seperti ini juga jarang mereka lakukan karena dirinya yang sibuk dengan tugas di sekolah dan juga waktu untuk bekerja hingga malam hari.

Dan saat ia pulang Minwoo sudah tertidur lalu paginya ia harus segera berangkat sebelum para siswa datang dan berdiri di depan gerbang untuk mengawasi semua penampilan dan menjaga agar taka ada yang bolos, selalu seperti itu dan waktu mereka berbicara hanya jika Minwoo menunggnya untuk pulang bersama. Dan dimana orang tuanya hanya ada sang ibu yang tinggal di desa untuk menjaga nenek yang sakit sedangkan sang ayah telah lama meninggal.

Dan saat lulus dirinya mendapat beasiswa di seoul dan sangat sayang jika tak diambil bukan maka dirinya yang hanya sedikit tau tentang seoul segera berangkat, mencari pekerjaan dan tempat tinggal yang lumayan untuk hidup. Dan beberapa lama kemudian saat Minwoo lulus adiknya ini juga mendapat beasiswa yang sama di sekolahnya dan meninggalkan ibu juga neneknya di desa.

" ini minumlah " ucap Minwoo memberikan sebotol air mineral padanya, saat ini mereka ada di taman tak jauh dari sekolah mereka yang cukup ramai karena hari juga sudah sore, dan biasa banyak para pasangan ataupun mereka yang sedang jalan-jalan sore dengan peliharaan. "nuna aku ingin mengatakan sesuatu hari ini" Tanya Minwoo sambil menatap Yejin, sedangkan sang kakak berpikir aneh dengan petanyaan adiknya ini "hoho, ada apa dengan adik tampan ku ini, hem? Apa kau ingin berlatih menyatakan perasaan pada gadis di kelasmu?" Yejin sedikit menggoda Minwoo yang membuat sang adik menatap sebal ke arahnya. "haha baiklah, apa? Katakanlah" ucap Yejin lagi dan kini wajah Minwoo menatapnya serius. Ok sepertinya ini masalah yang cukup penting pikirnya lagi

"nuna, sebelum aku mengatakannya berjanjilah jika kau tak akan marah nanti, ok?" Minwoo berusaha memberanikan hatinya untuk meminta ijin, audisi itu tinggal empat hari lagi dan hari ini ia harus mendapat ijin sang kakak, melihat Yejin mengangguk kembali dirinya menghela nafas yakin dan semakin membuat rasa penasaran Yejin membesar, " beberapa hari lagi diadakan audisi dance di salah satu agency, dan aku ingin mengikutinya jadi apa kau mengijinkan nuna?" setelah mendengar itu Yejin membulatkan matanya dan menatap tajam Minwoo, yang sudah ia kira jika sang kakak tak akan mengijinkannya "jika nuna tak meng-" belum selesai ia berucap Yejin beranjak dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan Minwoo yang mulai takut jika kakaknya akan sangat marah.

"nuna tunggu! Nuna, Yejin nuna!" panggilan itu tak diharaukan sama sekali oleh Yejin dan semakin membuat Minwoo takut. 'Baiklah jika Yejin nuna tak menyukai ku mengikuti audisi ini' batin Minwoo lirih ia akan menerima jika kakanya tak mengijinkan, bukankah ia masih bisa menari di club dance.


Aaaaahhh.... Ini benar-benar aneh kan?

Tapi makasih yang mau baca

Jangan lupa untuk vote ya 

Thanks to RainWhere stories live. Discover now