Chapter 1

68 11 16
                                    

Dibawah teriknya sinar matahari, ia memandangi layar laptopnya dengan mata haru, sekaligus tidak percaya. Ia seolah-olah sedang memandangi orang yang dicintainya yang baru saja mengajaknya untuk berpacaran.

Namanya Afuri Rosaline. Ia anak tunggal dari pasangan suami istri yang sekarang berdomisili di Surabaya, Indonesia. Awalnya ia tinggal di Manado. Setelah Papanya di pindah-tugaskan ke Surabaya, akhirnya ia juga memutuskan untuk pindah ke Surabaya, tempat Papanya bekerja.

Ia baru saja diterima di SMA pilihannya. SMA Harapan Kusuma. Iyap, Afuri baru lulus SMP. Masih kecil? Bener, sih. Tapi ia berusaha untuk tidak menyusahkan orang lain. Itu prinsipnya.

"Gimana dek? Sesuai harapan?" Tanya Linda pada Afuri. 'Adek' adalah panggilan kesayangan Linda untuk Afuri.

"Aku bersyukur banget Ma, sesuai harapan." Jawab Afuri dengan antusias.

Roi menghampirinya dengan santainya sambil memegang secangkir teh, "Wih. Selamat ya, Sayang. Ngomong-ngomong, kamu masih pacaran sama dia? Jarak jauh emang bisa?"

Afuri punya pacar selagi dia di Manado. Tapi semenjak kejadian Afuri memergoki pacarnya ciuman sama cewek lain, Afuri sangat membencinya. Dan ia lupa untuk memberi tahu kedua orang tuanya. Pikir Afuri memang saat ini lah yang tepat untuk berkata jujur.

"Ma.. Pa.. sebenernya, Afuri udah putus beberapa bulan yang lalu sebelum Afuri mutusin ke Surabaya. Afuri punya alasan kok buat mutusin dia. Dia bukan orang yang baik buat Afuri. Afuri gak sengaja lewat dan Afuri liat dia ci-u-man, sama cewe lain." Jelas Afuri dengan berat hati saat mengatakan kata 'ciuman'.

"Oh gitu ya, untunglah Dek, kamu udah tau kelakuan dia kayak apa. Mendingan kamu sekarang fokus sekolah aja. Minggu depan kamu tahun ajaran baru, 'kan?" Hibur Linda dengan lembut.

"Iya, Ma. Lagian Afuri masih SMA. Perjalanan hidup Afuri masih panjang."

"Oke. Jadi anak kesayangan Papa jomblo nih?" Goda Roi.

"Ah Papa, masa iya anak sendiri dikatain jomblo. Single gitu kek, kan agak bagus dikit walau statusnya sama. Hehe," senyum Afuri terukir saat ia bercanda dengan papanya.

"Afuri tidur, ya. Besok Mama ajak beli seragam sama peralatan sekolah yang baru."

"Iya, Ma. Siap."

🎡

Hari ini Afuri belanja seragam sekaligus peralatan sekolahnya. Ia tidak perlu melewati masa-masa Pra-MOS dan MOS. Karena sebelum Afuri pindah, ia sudah sekolah di Manado. Jadi statusnya dia disini adalah 'murid baru'.

"Dek, coba yang ini dong. Siapa tau cocok buat kamu" Linda menyodorkan dress hitam yang tergolong sexy dan simple.

"Iya, Ma." Kelihatannya sih Afuri nurut.

Katanya mau beli seragam sama peralatan sekolah. Eh sesudah semua lengkap, malah Mama shopping kayak gini. Gak ada gunanya lagi, buat apa coba? Mau kemana? Kan gue disini mau sekolah sekaligus ngelupain mantan. Bukannya pesta pora. Haish.
Batin Afuri yang tak suka ketika Mamanya menghambur-hamburkan uang Papanya.

Hmm, boleh nih. Ternyata gue cantik juga.
Batin Afuri tersenyum sambil memandangi dirinya di depan kaca dengan kagum.

"Boleh juga Ma, bagus. Tapi kita mau kemana, Ma? Lagian besok hari Minggu. Kita nggak liburan?" Tanya Afuri penasaran.

Linda menghela napas. Ia tahu bahwa anaknya akan bersikap seperti ini.
"Besok ada pertemuan sama temen-temen Papa. Jadi nggak ada salahnya kan kita beli untuk acara besok?"

"Pertemuan? Kok Afuri baru dikasih tau?"

"Karena, kemarin Papa kamu dapet kabar pas kamu udah tidur. Jadi Mama mutusin untuk ngasih tau kamu pas beli baju."

"Ooh." Afuri ber 'oh' ria mendengar penjelasan Mamanya.

🎡

"Pak. Semuanya sudah siap. Ada yang bisa saya kerjakan lagi?"

"Semuanya sudah? Ya sudah kamu sekarang istirahat. Nanti kalau saya butuh apa-apa, saya akan panggil kamu kembali."

Roi sibuk menyiapkan pertemuan mendadaknya dengan teman lamanya. Tidak disangka bahwa temannya juga sedang menetap di Surabaya.

"Halo?...Iya... Sekarang sudah siap semuanya... Besok kita tinggal berpesta dengan keluarga kita. Hahaha!" Gelak tawa gembira sekaligus perasaan lega Roi. Ia sedang mengangkat telfon dari Ade, teman lamanya.

"Jangan lupa bawa anak gadis yang selalu kau bangga-banggakan itu. Aku mau lihat, kalau-kalau dia cocok dengan anakku. Hahaha," suara diseberang alias Ade untuk mengimbangi percakapan mereka.

🎡

Haiii~
Bab 1 kurang baper ya? Kurang 'ngeh' gitu ya?
Maaf ya, maklum pemula hihihi ^^
Walaupun masih ada yang kurang. Vote dan komen sangat dibutuhkan untuk perkembangan cerita yaaa~~
Sampai jumpa👋 tunggu cerita selanjutnya😊

Trying to be Happy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang