🍪Sang Harapan

515 63 3
                                    

Hari yang membosankan menurut Jennie. So pasti, dari awal masuk sekolah, kelas semuanya sama sibuk ngomongin artis idola sang ayah itu, siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung. Baru sehari saja, ia sudah bosan mendengar nama itu, apalagi setahun kedepan? Sial.

Jennie pun turun dari bus sekolah yang setiap hari mengantarnya. Ia berjalan melewati beberapa rumah dan sampailah ia pada toko roti kesayangannya. Ia terkejut karna tokonya ramai di penuhi oleh segerombolan preman mungkin? Yang pasti orang-orang tersebut bukanlah pelanggan Toko Cookie's in Love.

Jennie segera berlari menuju ayahnya yang ketakutan menghadapi preman-preman ini. Ia memeluk ayahnya.

"Ayah! Apa yang terjadi?"

"Toko ini mau di tutup, Jen!"

"Apa? Trus ayah kenapa diem aja?" tanya Jennie melepaskan pelukannya.

"Maafkan ayah, Jen, ayah.."

'BRAAKKK'

Terdengar suara gebrakan meja oleh salah satu tangan kekar yang dimiliki oleh preman tersebut. Preman? Bukan, lebih tepatnya anak buah rentenir.

"Jadi gimana? Bayar sekarang atau toko jelek ini bakal lenyap dari bumi! Cepat!!" teriak ketua rentenir tersebut. Ketua??? oke biarin, abaikan.

"Beri kami waktu seminggu lagi. Kami janji akan bayar lunas semuanya. Kami mohon, Pak! Satu minggu lagi."

Kali ini Jennie dengan berani menghadap ke segerombolan rentenir itu. Meskipun ia tidak tau mengenai hutang dan berapa jumlah uang yang di maksud, tapi ia tidak suka mereka memperlakukan ayahnya seperti itu.

Si ketua rentenir pun mendekat ke arah Jennie. Namun, sang ayah berusaha untuk menjauhkan Jennie dari rentenir.

"Tak ku sangka, Kim Sang Bum memiliki gadis yang cantik. Hai gadis cantik. Baiklah, karna aku sedang baik hati, maka akan ku tunggu janjimu nona manis. Sampai jumpa lagi satu minggu, Sayang. Ayo semuanya pergi!!"

Akhirnya segerombolan rentenir itu pergi dari toko mereka. Jennie pun menghela nafas besar usai menghadapi orang-orang yang mengerikan seperti mereka. Ia pun segera membereskan beberapa kursi yang jatuh berserakan akibat ulah monster hidup tadi. Sedangkan sang ayah hanya tertegun karna masih memikirkan cara untuk membayar hutangnya.

"Bagaimana cara kita membayarnya ya, Jen?"

Jennie tidak menjawab. Ia masih membenarkan kursi dan tata letak meja yang berserakan. Sang ayah pun menghampiri Jennie dan membantunya.

Setelah semuanya rapi, Jennie membenarkan seragamnya yang kusut dan menarik kursi yang sudah di rapikannya, begitu juga sang ayah. Jennie menatap sang ayah dengan curiga. Sang ayah yang mengetahui hal itu lantas mengalihkan pandangannya dari Jennie.

"Jelasin semuanya, Yah!"

Tanpa basa-basi Jennie menanyakan hal yang sebenarnya terjadi pada toko roti mereka. Sang ayah pun hanya tertunduk mendapati Jennie menanyakan hal itu.

"Ayah!" pekik Jennie.

"Maafkan ayah, Jen, ayah emang gak tau diri, ayah emang pecundang. Ayah, ayah minta maaf, Jen. Ayah menggadaikan toko cookies kita untuk taruhan judi ayah, Jen!"

"Apa?!!"

"Ayah minta maaf, Jen, ayah tau ayah salah, tapi ayah udah gak punya apa-apa lagi, Jen, jadi terpaksa ayah.."

"Hebat banget ya ayah! Ayah inget gak perjuangan kita bangun toko cookies itu? Hah? Ayah inget gak kita hampir mati gara2 toko cookies ini? Dan sekarang, ayah dengan egoisnya ngegadein toko kita cuman buat perbuatan haram itu, Yah? Ayah emang gak punya hati!" jawab Jennie beranjak pergi.

Cookie's in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang